Bad Night
Malam ini sangat cerah, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, begitupun wajah Hivi. Wajah Hivi terlihat sangat cerah, dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.
Pemuda itu melihat pantulan dirinya di cermin, melihat kagum dirinya yang sekarang sudah rapih. “Nah bagus, tinggal cus berangkat hehe gak sabar ketemu pak tua” Ucap nya lalu ia melangkahkan kaki nya untuk keluar dari kamarnya dan menuju bagasi.
Hivi melihat motor nya terparkir rapih disana, bersandingan dengan motor milik Oscar. Oscar, pria tampan itu memutuskan untuk membeli motor seperti Hivi agar bisa balapan dengan suami kecil nya itu.
“Berdy lo baik-baik ye disini, Luna mau pergi sama gua hehe mau ketemu pak su alias majikan lo” Monolog Hivi sembari menepuk-nepuk bagian depan motor Oscar atau bisa di sebut Berdy.
Setelah nya ia memakai helm nya lalu mengendarai motornya menuju lokasi yang di kasih Oscar.
Udara dingin mulai menghampiri Hivi, terasa semakin dingin saat gerimis mulai turun.
“Aish prasaan tadi cerah cerah aja kok malah gerimis gini sat, harus buru buru ini mah” Gumam Hivi, lalu ia menambah kecepatan nya.
Tiba-tiba saja dari belakang, Hivi merasa ada orang yang mengikutinya. Ia melihat dari kaca spion ada lima orang yang mengikuti nya dari belakang, mereka memakai jaket yang sama.
“Arshela? ngapain mereka ngikutin gua” Hivi semakin menambah kecepatan nya ketika dirasa orang yang mengikuti nya semakin bertambah.
Hivi mengubah arah tujuan nya ke sebuah tempat sepi, ia yakin anak-anak Arshela yang ngikutin dia itu punya niat jahat.
Pas sekali Hivi berpapasan dengan orang lain, yang penampilan nya hampir mirip dengan dirinya.
Saat itu juga Hivi mendekatkan kendaraan nya dengan orang itu hingga membuat anak-anak Arshela sedikit kebingungan dimana Hivi yang sebenarnya.
Orang asing itu benar-benar mirip Hivi, mungkin ada beberapa yang beda namun dari kejauhan mereka berdua terlihat seperti orang yang sama.
Saat di pertigaan Hivi dan orang itu berpisah. Hivi ke arah kanan dan orang itu ke arah Kiri, namun anak-anak Arshela terkecoh dengan itu dan mereka malah mengikuti orang asing tadi.
Hivi memarkirkan motornya di tepi an dan membuka handphone nya, ia ingin menghubungi Kalle atau mungkin Oscar untuk menolong nya, jaga jaga takut dia gak bisa lawan mereka semua.
“Aelah anjing ini pada kemana sih, giliran gini aja gak ada yang bisa di hubungi” Keluh Hivi sembari terus menghubungi mereka.
Namun tiba-tiba saja anak-anak tadi menghampiri Hivi lagi, bahkan sekarang mereka mengepung Hivi.
“Sialan” Batin Hivi.
“Hivi Shine, right?” Tanya ketua nya.
“Iye gua, ngape?” Jawab nya santai. Orang itu mendekat pada telinga Hivi dan membisikan sesuatu. “Lo harus mati” Ucap orang itu dengan penuh penekanan.
Hivi mengeluarkan smirk nya lalu mendorong orang itu. “Mati? kenapa gua harus mati?” Tanya nya dengan tangan yang di lipat di depan dada.
“INTINYA LO HARUS MATI SIALAN” Teriak orang itu lalu mulai menghajar Hivi di ikuti dengan yang lain nya.
Hivi melawan mereka dalam waktu bersamaan, sebenernya ini bukan apa apa untuk Hivi.
Walaupun begitu jumlah mereka sangat banyak, membuat beberapa bagian tubuh Hivi terluka. Hivi memukul mereka semua, hanya tersisa ketuanya yang masih belum terluka.
Wajah Hivi sangat kacau, banyak goresan di muka nya. Hivi tersenyum simpul lalu menggerakan tangan nya menyuruh orang itu mendekati nya.
“Bisa tahan, pantes aja Satria milih lo buat jadi penerus nya.”
“Jelas, gua bahkan lebih baik dari lo” Ucap nya di sertai dengan tawa. Orang itu mengepalkan tangan lalu menghajar pipi Hivi membuat pemuda itu terjatuh.
Hivi memegang ujung bibirnya yang sedikit robek lalu terkekeh. “Lumayan” Gumam nya.
Hivi berdiri lalu menghajar orang itu, Hivi mendorong orang itu hingga terjatuh ke bawa dan ia duduk di atas perut orang itu. Dengan perlahan Hivi mengelus muka orang itu. “Ganteng banget, udah punya pacar belum” Ucap nya dengan senyuman manis yang terukir di wajah nya, ia juga memberi beberapa pujian untuk orang itu sehingga membuatnya terbuai dengan apa yang di lakukan Hivi.
Di saat itu juga Hivi mulai memukul wajah orang itu dengan kuat.
Bugh! Bugh!
Ketua Arshela itu sama sekali tidak melawan sebab pergerakan nya sudah di kunci Hivi.
“LO YANG HARUS MATI ANJING” Teriak Hivi lalu memukul orang itu dengan sangat brutal.
Di rasa orang itu sudah tidak sadarkan diri Hivi berdiri lalu meludah pada orang itu.
“Lo bukan tandingan gua” Saat Hivi hendak naik ke motor nya, ketua Arshela itu menarik pundak Hivi dan mendorong nya ke tembok yang ada disana.
Tangan nya mencekek leher Hivi dengan sangat kuat, Hivi memukul-mukul tangan orang itu. “See? lo yang bakal mati di tangan gua Hivi!” Ucap orang itu disertai dengan seringai.
Hivi meraba saku belakang nya, mangambil belati kecil kesayangan nya lalu menusukan belati itu tepat di pinggang orang itu sehingga membuat cekikan nya terlepas.
Hivi mulai mengambil nafas dalam dalam, leher nya terasa sangat sakit. Orang itu bangun dan tertawa pelan. “Gua gak bakal mati Hivi” Orang itu hendak memegang Hivi namun ada orang lain yang menarik orang itu dan melempar nya kebelakang.
“Hivi lo gapapa kan? ada luka yang parah banget gak?” Laskar, Laskar yang menolong nya.
“Gua gapapa pak tua” Lirih Hivi sebelum kehilangan kesadaran nya.