Berantem
Dugaan Hivi memang benar, mobil yang dibelakangnya itu mengikutinya, jalan pulang ke rumah Hivi itu kalau suday malam memang sepi, apalagi ini hampir tengah malam.
Hivi tersenyum menyeringai, ia bisa melihat mobil itu semakin kencang mengejarnya. Hivi langsung menambah kecepatan motornya, ia juga memilih jalan yang gang nya cukup banyak dan semakin menjauh dari jalan pulang ke rumahnya.
Saat ini Hivi tiba di jalanan yang sebelah kanan kirinya itu hutan semua, ia juga melihat kalau mobil yang mengejarnya itu tertinggal cukup jauh.
Hivi memanfaatkan waktu itu untuk masuk ke dalam hutan dan menaruh motornya di belakang pohon besar agak tidak bisa di lihat oleh siapapun selain dirinya, ia juga bersembunyi sambil menunggu orang-orang yang mengejarnya itu tiba.
Tak menunggu waktu lama mobil itu berhenti, dua orang pria berpakaian serba hitam itu turun dari mobil.
“Sial, kemana bocah itu pergi” gerutu salah satu pria itu sambil menendang mobilnya.
“Dia pasti gak jauh dari sini bang, kita cari lebih teliti aja” ucap yang satunya.
Hivi yang mendengar percakapan mereka langsung mengerutkan keningnya, dari suaranya ia sepertinya kenal dengan salah satu orang itu.
Hampir setengah jam kedua orang itu mondar-mandir mencari keberadaan Hivi, sedangkan yang dicari malah sibuk memainkan daun sambil memperhatikan mereka.
“BRENGSEK! kalo gagal bunuh tuh bocah, gua gak bisa dapetin duit 500jt” kesal salah satu pria itu sambil memukul pohon.
Merasa kasihan pada mereka, akhirnya Hivi muncul dari persembunyiannya lalu menatap kedua pria bertopeng itu.
“Woi, kalian nyariin gua?” tanyanya.
Mendengar suara Hivi, kedua orang itu langsung menghadap Hivi yang sedang memasang ekspresi meledek.
“Sembunyi lo? cupu lo dek haha” ledek salah satu pria itu sambil mendekati Hivi, pria itu mulai membelai pipi gembul Hivi.
Hivi tersenyum simpul, cupu katanya? haha. Pemuda itu tertawa pelan lalu membalas perlakuan pria itu, Hivi menarik pria itu dan memeluknya.
Dengan gampang nya pria itu membalas pelukan Hivi, pria itu memeluk pinggang ramping Hivi dan mengelusnya pelan.
“Kok di bales pelukannya?” tanya Hivi dengan suara teredam sebab pemuda itu menenggelamkan mukanya pada ceruk leher pria itu.
“Kesempatan gak boleh di tolak sayang, apalagi ini sebelum lo mati di tangan gua” jawab pria itu dengan suara rendah.
Hivi terkekeh. “Yah.. bentar lagi gua mati ya?” lirih pemuda itu sambil mengelus surai pria asing yang sedang ia peluk.
“Tapi sayangnya gua gak bakal mati di tangan lo sayang” tegas nya sebelum memukul belakang kepala pria itu hingga pingsan.
Pemuda itu menunjukan seringainya lalu menatap yang satunya, orang itu sama sekali tidak bergeming, hanya suara tawa yang Hivi dengar dari orang itu.
“Cih dasar bodoh” decak orang itu pada pria yang pingsan tadi. “MAJU LO HIVI SHINE” teriak orang itu yang langsung menyerang Hivi.
Hivi menanggapinya dengan senang hati, kedua orang itu saling memukul satu sama lain.
Pemuda itu mengerang lalu memukul perut orang itu sampai terhuyung kebelakang, dengan cepat orang itu bangun dan kembali memukul Hivi di bagian pipi.
Hivi merasa puas dengan serangan orang itu, ia mengelap ujung bibirnya yang berdarah sebab pukulan kencang dari orang itu.
“Enak? haha gua pastiin lo mati ditangan gua Hivi” orang itu mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.
Saat orang itu berlari ke arahnya, Hivi dengan cepat mengambil bongkahan kayu dan memukul perut orang itu dengan kayu di tangannya.
Orang itu langsung tersungkur kebelakang dan menabrak pohon cukup kencang hingga membuat orang itu pingsan.
Hivi tersenyum tipis lalu menyabut pisau yang tertancap di bahunya, orang itu ternyata sempet menusuk pisau nya pada bahu Hivi.
Darah segar langsung mengalir dari bahu pemuda itu, untung saja pisaunya tidak tertancap terlalu dalam.
Pemuda itu mengeluarkan benda pipih dari sakunya dan membuka roomchat suaminya, banyak panggilan tak terjawab dari Oscar.