Bocil


Malam ini terasa begitu dingin, entah kenapa terasa lebih dingin dari biasanya. Oscar dan Arthur sedang duduk di salah satu cafe, kedua pemuda itu sibuk dengan dunia masing-masing.

Arthur sibuk dengan handphone nya dan Oscar sibuk bergulat dengan pikiran nya sendiri, sembari memperhatikan jalanan dan kendaraan yang berlalu lalang.

Mata Oscar tertuju pada seorang anak kecil yang ada di seberang jalan, mungkin anak itu kesulitan untuk menyebrang pikir Oscar. “Bro, lo diem ya gua mau keluar dulu sebentar” Pamit Oscar, tanpa menunggu balasan dari Arthur pemuda itu langsung keluar dan menyebrang untuk menghampiri anak kecil itu.

“Adek ngapain?” Tanya Oscar pada anak kecil itu. Namun tak ada balasan dari anak kecil itu dan membuat Oscar menjongkok untuk menyamai tinggi mereka. “Kakak bukan orang jahat kok, tadi kakak abis dari sana terus liat kamu, ada apa?” Tanya Oscar lagi dengan nada bicara yang lebih lembut dari sebelumnya.

“Aku mau nyebrang kak, tapi aku takut” Anak kecil itu menjawab sambil meremat plastik yang sedang ia bawa. “Mau kakak tolong? yuk sini pegang tangan kakak” Oscar tersenyum lalu menggandeng tangan anak kecil itu.

Yang tadi nya terlihat murung, kini anak kecil itu tersenyum senang sambil memainkan tangan Oscar yang membantunya untuk menyebrang jalan. “Nah udah, adek rumah nya dimana? mau kakak antar?” Anak kecil itu menggeleng lalu menepuk pipi Oscar pelan.

“Gak usah kak, rumah aku deket kok itu rumah aku” Anak kecil itu menunjuk rumah yang letaknya memang sangat dekat. “Yaudah gih kamu pulang, kakak liatin dari sini” Anak kecil itu mengangguk lalu menyuruh Oscar mendekat.

“Ada apa hm?” Tanya Oscar di sertai kekehan. Saat Oscar menyamai tinggi mereka dan mendekatkan mukanya pada anak kecil itu, pipi nya di kecup. Kecupan singkat, sangat singkat. “Makasih ya kakak tampan” Ucap anak kecil itu sambil tertawa.

Oscar tertawa gemas lalu mengusak rambut anak kecil itu. “Sama-sama adek, oiya nama kamu siapa?” Tanya Oscar penasaran.

“Hivi kak, Hivi Shine” Jawab anak kecil itu sebelum pergi meninggalkan Oscar.

“Dadaahh kakak tampan!”

“Dadah Hivi manis”

Oscar diam disana sampai Hivi benar-benar masuk ke dalam rumah. Saat Hivi sudah masuk Oscar baru berbalik dan kembali menghampiri Arthur yang masih ada di cafe yang tadi, pipi nya bersemu.

“Aneh banget, padahal di kecup sama anak kecil tapi kok deg deg an gini sih” Gumam Oscar sambil tersenyum. “Hivi ya? lucu banget anaknya, manis, lucu, cantik? hahaha gua jadi pengen jadi suami nya kalo dia udah gede” Lanjut Oscar.

Bahkan pemuda itu melupakan ucapannya bahwa ia masih menyukai perempuan, dasar anak muda.