Cafe mbok lala

Hansen sama Kalana sekarang sedang ada di dalam mobil Hansen, menuju ke cafe mboh lala yang biasa jadi tempat nongkrong Hansen dengan teman-temannya.

Sekitar dua puluh menit berlalu akhirnya mereka sampai di cafe mbok lala.

Hansen mengajar Kalana masuk ke dalam, pas banget papasan sama mbok lala.

“Loh Hansen toh, bawa pacarnya ya?” Tanya mbok lala sambil tersenyum.

Alih-alih menjawab Hansen malah menunjukan eyesmile nya, melihat itu mbok lala seolah mengerti jadi cuma ngangguk aja.

“Yaudah kamu pesen aja, mbok mau pulang dulu.”

“Kok cepet banget mbok? biasanya sampe malem.”

“Iya nih sen, tadi mbok di telfon katanya Bella mendadak demam.” Jawab mbok lala nada khawatir.

Bella itu anak semata wayangnya mbok lala, umurnya baru 4 tahun cukup akrab juga sama Hansen, Marsel, Fatir.

“Kasian banget Bella, yaudah semoga cepet sembuh ya mbok Bella nya, titip salam juga buat Bella.”

“Iya sen, yaudah mbok duluan ya.”

“Iya mbok, hati-hati.”

Usai pembicaraan Hansen sama mbok lala. Kalana langsung menatap muka Hansen.

“Kok kamu kaya udah akrab gitu sama mbok tadi?”

“Ini sebenernya cafe tempat biasa gue nongkrong sama temen-temen gue An, kita mah udah akrab banget sama mbok lala.”

Mendengar ucapan Hansen. Kalana hanya membulatkan mulutnya.

“Ohh gitu.”

“Iya, udah ayo duduk.”

Tak lama setelah mereka duduk, ada pelayan yang menghampiri mereka.

“Mau pesen apa mas?”

“Saya mau americano aja satu, An kamu mau apa?”

“En aku boleh pesen lebih dari satu gak?” Tanya Kalana dengan mata berbinar.

Hansen yang ditatap seperti itu tentu saja langsung mengangguk.

“Boleh kok, pesen sesuka lo.”

“Hehe thank youu En.”

Hansen hanya diam memperhatikan Kalana yang sedang antusias memilih menu. Kalana memilih beberapa menu yang bentuknya lucu, entah apa aja yang di pesen sama Kalana.

Setelah selesai memesan, pelayan itu langsung pergi meninggalkan Hansen dan Kalana.

“Cafe nya bagus ya!” Ucap Kalana sambil memperhatikan sekitar.

Cafe mbok lala itu tema nya alam gitu, jadi terasa lebih sejuk sekaligus pemandangan nya selalu memanjakan mata pengunjung.

“An suka gak?”

“Suka! An suka banget.” Jawab An sambil menunjukan senyum manisnya.

“Makasih ya En udah ajak An kesini.”

“Sama-sama An, nanti gue ajak lo ke tempat yang lebih bagus dari ini.”

Mendengar itu Kalana langsung memegang tangan Hansen.

“BENERAN?” Tanya Kalana dengan mata berbinar.

“Iya An, banyak tempat yang pengen gue kasih liat sama lo.” Ucap Hansen sambil menyentil kening Kalana pelan.

“Okeey, aku tunggu.”

Setelahnya mereka berdua tertawa bersama, hingga pelayan mengantarkan pesanan mereka.

Hansen cuma pesen americano aja, berbeda dengan Kalana yang memesan banyak makanan ringan berbentuk lucu lucu.

Ada yang bentuk kelinci, paw kucing, dan banyak lagi.

Melihat Kalana tersenyum senang membuat Hansen ikut tersenyum.

“Senyuman lo indah banget An, gue harap lo selalu tersenyum.” Batin Hansen.