I'm yours


Setibanya mereka di kantor Oscar, banyak pasang mata yang menatap mereka, di tambah lagi mereka datang dengan Nelson yang ada di balakang mereka.

“Dia siapa? mainan pak Oscar?” Bisik salah satu karyawan pada teman nya, namun bisikan itu masih bisa di dengar oleh Hivi.

Pemuda manis itu hanya menghela nafas dan menatap malas pada karyawan tadi, kaki nya terus berjalan menuju ruangan Oscar.

“Gede juga ya pi kantor laki lo” Celetuk Kalle, yang hanya di balas anggukan oleh Hivi.

Saat mereka tiba di depan pintu ruangan Oscar, tanpa mengetuk terlebih dahulu Hivi langsung membuka pintu itu.

“Pak tua ini... Loh kalian ngapain?” Tanya Hivi.

Entah apa yang terjadi sebelumnya, saat ini Morgan duduk di atas perut Oscar yang sedang tiduran di lantai.

Melihat siapa yang datang Oscar langsung mendorong tubuh Morgan dengan kencang, lalu ia berdiri dan merapihkan bajunya, begitu juga dengan Morgan.

“Sayang, kamu gak boleh mikir yang macem-macem okey? tadi Morgan gak sengaja kesandung makanya jatuh di atas saya” Pria tampan itu segera menghapiri Hivi dan menggenggam tangan suami nya itu.

Hivi memicingkan matanya. “Kalian pacaran ya?” Celetuk Hivi.

Mendengar perkataan Hivi, pria yang berstatus suaminya itu langsung menoyor kepala Hivi, ia mendengus tidak terima.

“Enak aja, saya mah ogah pacaran sama dia” Ungkap Oscar seraya menunjuk Morgan.

“Idih pede lo, gua juga gamau kali pacaran sama lo. Udah lah, sayang mending kita pergi aja yuk?” Morgan langsung membawa Kalle yang sedang kebingungan pergi dari sana.

“Yaudah deh gua juga pergi, males banget liat orang bermesraan” Cibir Nelson lalu menutup pintu itu lumayan kencang.

Kini hanya tersisa Oscar dan Hivi di ruangan itu, kedua orang itu duduk di sofa yang tersedia disana. Yang lebih muda mulai menyiapkan makanan yang ia bawa tadi di atas meja, sedangkan yang lebih tua fokus pada muka Hivi yang sangat menggemaskan menurutnya.

“Sayang kamu masak apa?” Tanya Oscar.

“Makanan sesukaan lo, nih makan” Hivi memberikan bekal tadi pada Oscar, lalu menatap suaminya. “Lagian tumben banget, lagi kenapa nih?” Sambung Hivi.

Oscar masih belum menjawab pertanyaan Hivi, pria tampan itu justru malah menaruh bekal tadi dan mengangkat Hivi untuk duduk di pangkuan nya.

Dengan perlahan Oscar membawa Hivi kedalam dekapannya, membenamkan mukanya di ceruk leher yang lebih muda.

Mengerti apa yang Oscar inginkan, Hivi membalas pelukan Oscar. Tangannya mulai membelai rambut yang lebih tua, dan memberikan beberapa kecupan.

“Kenapaa sih? hari ini capek ya” Tebak Hivi.

Oscar hanya mengangguk dan menggumam tidak jelas, ia masih menikmati belaiian tangan Hivi pada rambutnya.

“Pak tua, tau gak? tadi ada yang ngasih kotak gitu, tapi isinya cuma tulisan. Kayanya itu dari Yola, soalnya ada Arthur Arthurnya”

“Apa tulisan nya?”

“Gatau, gua lupa. Nih lo liat aja sendiri di galery, gua sempet foto tadi” Hivi memberikan handphone nya pada Oscar.

“Ck, ancaman sampah. Kalo kaya gini apa yang bakal kamu lakuin? kalau semisalnya dia ambil saya dari kamu”

“Emang nya lo mau sama dia?”

Oscar menggeleng.

“Yaudah anjing, kalo pun dia mau rebut lo dari gua ya lawan gua dulu lah. Enak aja mau ambil sumber duit gua, kaga rela gua mah” Hivi menangkup pipi yang lebih tua, matanya menatap netra legam Oscar.

“Lo cuma punya gua Oscar, gua gak segampang itu buat ngelepasin apa yang udah jadi milik gua. Apalagi buat si anjing rabies itu, karena takdir lo itu gua. Bukan Yola, ataupun yang lainnya” Tegas Hivi, lalu memberikan kecupan ringan di bibir Oscar.

Oscar tersenyum bangga, pria tampan itu semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang yang lebih muda lalu berbisik tepat di depan bibir Hivi.

“I'm yours, kitten ” Tegas Oscar.