Jadi gitu
Mereka masih senantiasa mendengarkan cerita Oscar, sama sekali tidak ada yang berani memotong omongan ketua mereka itu.
“Waktu itu dia nyuruh orang buat dateng ke rumah gua, naruh surat sama bunga mawar putih. Dia bilang mau bunuh gua dan Hivi haha, emang nya dia siapa? dia cuma wanita jalang”
Oscar mengakhiri ceritanya lalu mengelus pinggang ramping Hivi.
“Wanita jalang?” Tanya Biru pada Oscar. Lelaki itu menangguk, ia membuka Ipad nya dan menunjukan sesuah foto.
Yola sedang bermain dengan beberapa di bar, Oscar punya banyak foto Yola. Setiap Yola berhubungan badan, Oscar pasti punya fotonya.
Darimana Oscar mendapatkan itu? tentu saja dari Laskar.
“Kamu takut sayang?” Tanya Oscar pada sang pujaan hatinya itu.
Hivi tersenyum menyeringai, tangan nya mengelus rahang Oscar sensual.
“Gua bukan cupu pak tua, dan gua gak akan biarin si ular itu ngerebut lo dari gua” Oscar mengangguk bangga, ia sangat bersyukur menikah dengan Hivi.
“Nahh ini nih yang gua maksud” Celetuk Biru tiba-tiba sambil bertepuk tangan.
Semua orang yang ada disana menatap Biru heran, apanya yang perempuan itu maksud.
“Apaan anjing” Lingga menoyor kepala Biru, perempuan itu langsung menghentikan tepukan tangan nya.
“Pasangan yang cocok buat Oscar, gak menye menye” Balas Biru sambil menoyor kepala Lingga.
Oscar hanya menghelas nafas, ia sudah capek melihat mereka berantem.
“Jadi gimana?” Tanya Shera yang sedari tadi memakan snack yang di bawa oleh Oscar dan Hivi.
“Kita tunggu aja si Yola mau ngapain, cepat atau lambat dia juga bakal mati di tangan gua”
“Untuk sekarang biarin kita ikut campur Car, Arthur itu teman kita. Kita juga mau bales dendam kita ke Yola, gapapa deh lo ngasih kita cuma buat siksa Yola doang” Ujar Jenifer dengan nada yang memohon.
“Iya kalian boleh ikut campur” Akhirnya Oscar mengiyakan permintaan Jenifer setelah sekian lama nya ia selalu menjawab tidak.
“Belati pasangan nya dimana?” Tanya Oscar pada semua anggota nya.
“Di kamar lo lah”
Setelah itu Oscar mengajak Hivi berjalan ke lantai 2, dimana kamar nya berada.
Oscar membuka pintu nya, dan mengajak Hivi untuk masuk ke dalam kamar nya. Kamar yang bernuasa hitam itu cukup membuat Hivi tertegun, disana banyak model gitar di dalam sana.
“Buset, ini kamar lo pak? gila keren bener dah” Tanya Hivi sambil melihat-lihat kamar Oscar.
“Iya, sayang. Bagus kan selera saya? haha” Oscar berjalan mendekati Hivi dengan membawa sebuah kotak yang entah apa isinya Hivi juga tidak tau.
“Iya anjay, kok lo gak bikin kamar gua kaya gini sih? malah terang gitu. Eh apaan tuh?” Hivi penasaran apa yang ada di dalam kotak itu.
Oscar menyuruh Hivi untuk duduk di atas kasur, ia memberikan kotak itu pada Hivi.
“Kalo buat kamu bagus nya warna yang terang Hivi, coba kamu buka kotak nya”
Hivi hanya mengangguk saja, lalu ia membuka kotak yang di kasih oleh Oscar tadi.
Setelah kotak itu terbuka, ia sangat kaget dengan isi dari kotak itu.
Itu adalah belati pasangan, ia pernah membaca sebuah artikel bahwa belati itu adalah barang peninggalan Raja dan Ratu zaman dulu. Bahkan umur belati itu sudah ribuan tahun dan di nyatakan barang itu telah hilang ratusan tahun yang lalu, namun bagaimana belati pasangan itu ada di hadapan nya sekarang.
“Anjing pak tua, lo dapet darimana sat? ini lo pasti bikin belati pasangan kw kan? lo pasti sering baca artikel tentang ini belati jadinya bikin” Celetuk Hivi yang masih tidak percaya, ia juga menunjuk-nunjuk Oscar.
Oscar menghela nafas panjang lalu menyentil kening Hivi lumayan kencang hingga membuat pemuda itu mengumpat kesakitan.
“Sakit anjing, lo kekencengan nyentil nya bangsat” Hivi mengelus-elus kening nya.
“Hahaha lagian kamu sok tau banget, orang itu asli kok. Itu tuh dari kakek saya, saya juga gak tau kenapa beliau ngasih itu ke saya”
“Kaan gatau, sakit banget nih” Bibir si manis mengerucut lucu, tangan nya masih setia mengelus kening nya.
“Maaf sayaaangg” Ucap Oscar sambil terkekeh, tangan nya ikut mengelus kening Hivi.
“Kiss dulu kening nya”
“Iyaa telor, sini saya kiss”
Oscar menangkup pipi Hivi dan mengecup kening nya, ia juga memberi kecupan di setiap inci muka Hivi, membuat si manis tertawa geli.
“Haha udaah udaah. Tapi dari mana kakek dapet belati ini? ini belati udah hilang ratusan tahun yang lalu loh” Hivi menatap Oscar heran.
“Mana saya tau Hivi, cuman beliau pernah berpesan kalo saya baru bisa gunain belati itu kalo udah nemu pasangan saya”
“Ini lo yang mana, gua yang mana” Hivi sama sekali belum berani menyentuh belati itu.
“Punya saya warna biru, punya kamu warna merah. Kamu kalo ada apa-apa pake belati ini aja, belati lama kamu simpen aja” Oscar memberikan belati merah itu pada Hivi.
“Anjir cok ini beneran?” Hivi tidak bisa menyembunyikan senyum nya, entah mengapa ia merasa sangat senang.
“Eh tapi, ini taruh disini dulu deh. Ini kita gak langsung pulang kan?”
“Engga, kita nginep disini aja ya? saya kangen kamar saya, saya mau tidur disini sama kamu” Ucap nya di sertai dengan kekehan.
Oscar menaruh kembali belati itu di kotak nya. Lalu ia naik ke kasur dan memeluk butuh sang pujaan hati nya itu, ia merasa senang.
“Sayang, kamu tau gak?”
“Kaga, kan lo belom bilang” Hivi mendongak untuk menatap Oscar. Oscar masih setia mengelus rambut si manis, sesekali ia juga mencium rambut Hivi.
“Saya gak pernah bawa orang lain untuk tidur disini, saya ngerasa seneng aja bisa tidur sama kamu disini. Tempat tidur yang dulu saya tiduri sendiri, sekarang saya tidur di tempat tidur ini bersama orang yang saya cintai”
Oscar mengatakan itu dengan senyuman yang terukir di wajah tampan nya, entah lah. Namun itu mampu membuat pipi Hivi bersemu, sangat lucu.
“O-oh gitu? yaudah” Hivi menyembunyikan wajah nya di dada bidang Oscar dan semakin mengeratkan pelukan nya, mengabaikan Oscar yang sedang menertawakan dirinya.