Kelulusan


Siang ini anak-anak sedang bersiap untuk tampil, begitupun dengan Oscar dan teman-temannya.

“Car, Arthur kemana dah? kok gak keliatan daritadi” Seru Lingga pada Oscar. Oscar menggeleng, ia juga tidak tau dimana teman nya itu berada.

Saat ini istri dari kepala sekolah sedang ada di atas panggung menyampaikan selamat atas kelulusan mereka, dan mengapresiasi mereka.

“Terimakasih..” Saat ia hendak menaruh mic itu pada standing mic, mic itu tiba-tiba meledak.

Semua antensi tertuju ke atas panggung, mereka melihat sang istri dari kepala sekolah mereka meninggal di tempat dengan kondisi yang mengenaskan.

“MAMA!” Teriak Yola dari kejauhan. Perempuan itu menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Perasaan nya hancur, rencana nya gagal, rencana nya untuk membunuh Biru gagal dan malah membunuh Mama nya sendiri.

Perempuan itu ingin berlari ke arah Mama nya yang sedang di kerumuni oleh banyak orang termasuk Papa tiri nya. Ia melihat dengan jelas Papa tiri nya sedang memangku jasad Mama nya sambil terus menangis.

“Mau kemana? ini pasti ulah lo kan?” Biru menahan tangan Yola dan menyeretnya ke tempat dimana ada Oscar dan teman-teman nya.

“Lepasin! aku mau ketemu Mama. LEPASIN” Yola terus memberontak namun bagi Biru tenaga Yola memang tidak ada apa-apa nya.

Biru mendorong Yola ke lantai dan di kelilingi oleh ia dan teman-teman nya.

“Ck, niat mau bunuh gua malah bunuh mama nya ya? kasian banget” Ujar Biru yang di akhiri dengan kekehan.

Yola enggan menjawab.

1 Menit.

2 Menit

3 Menit.

Hingga 10 menit berlalu.

“Lo bisu?” Oscar memandang datar ke arah Yola yang sedari tadi menunduk sambil meremat rok nya.

Alih-alih menjawab Yola justru malah tertawa kencang dengan air mata yang menetes dari kedua matanya.

“AHAHAHAHA IYAAA! Niat aku emang mau bunuh kamu biru. Tapi tidak apa-apa, aku udah bunuh salah satu dari kelian haha kalian pasti nyari Arthur kan? Arthur udah mati Oscar! siapa yang bunuh? jelas aku HAHAHA”

“TAPI KENAPA MALAH MAMA YANG KENA??! Harus nya yang mati itu kamu Biru, kamu!” Yola melanjutkan kalimat nya sambil menunjuk-nunjuk Biru.

Mendengar apa yang di ucapkan Yola membuat perasaan mereka campur aduk, mereka tidak menyangka teman nya yang selalu membuat mereka tertawa kini sudah tiada, dan yang mengakibatkan itu adalah orang yang mereka benci.

Tubuh Oscar memanas, mata nya berkaca-kaca dan pemuda itu menjambak rambut Yola agar perempuan itu berdiri di hadapan nya.

PLAK

Tamparan keras mendarat pada pipi mulus Yola, seakan tamparan itu adalah amarah yang Oscar pendam untuk dirinya.

Oscar melempar tubuh Yola, saat ia ingin mendekati Yola lagi tiba-tiba Daddy nya datang dan menjauhkan Oscar dari Yola.

“Tenang Oscar, kita bawa Yola ke kantor polisi” Tahan Daddy Oscar.

Yola yang mendengar itu merasa tubuhnya bergetar hebat, ia segera berlari dari sana.

“OSCAR, YOLA KABUR” Teriak Lingga sambil mengejar Yola.

Mendengar itu Oscar langsung menggerayagi tubuh Daddy nya seakan memcari sesuatu, sebuah pistol.

Setelah mengambil pistol itu Oscar ikut berlari untuk mengejar Yola.

“OSCAR JANGAN BUNUH DIA” Teriak sang Ayah dari kejauhan namun tidak di hiraukan oleh Oscar.

“Mati di balas mati. Yola gua pastiin lo mati di tangan gua, cepat atau lambat” Batin Oscar yang terus berlari.

Sudah setengah jam mereka mencari Yola. Perempuan itu pintar bersembunyi, seperti ular.

“Hah hah sumpah gua capek banget” Keluh Shera dan duduk di samping Biru.

Keadaan Biru paling berantakan, bahkan make up nya hampir luntur sebab ia berlari sambil terus menangis.

Arthur itu teman yang paling dekat dengan dirinya setelah Oscar, bahkan sampai sekarang Biru masih terus teriak.

“Udah Biru, percuma lo nangis. Arthur gak bakal bisa bangkit lagi, nanti kita cari Arthur dimana ya” Jenifer berusaha untuk menenangkan Biru.

Perasaan mereka sangat hancur, terlebih dari itu ada Biru yang paling hancur di antara mereka.

“Jen, Arthur gua gak mungkin mati kan? dia masih ada janji sama gua” Tangisan Biru semakin menjadi-jadi. Oscar menatap sendu ke arah Biru dan membawa perempuan itu ke dalam pelukan nya.

“Kita temuin Arthur nanti ya? sekarang tenangin diri lo dulu, kita cari Yola sampe ketemu” Biru semakin mengeratkan pelukannya pada Oscar dan mengangguk.

Setelah Biru sudah mulai tenang Oscar melepaskan pelukan nya dan menghapus air mata Biru.

Saat sedang mengatakan kata-kata penenang pada Biru. Matanya menangkap Yola yang sedang berlari ke arah sekolah dasar, pemuda itu langsung berlari mengejar Yola dan mengabaikan teman-teman nya.

Untung nya sekolah itu sepi, mungkin anak-anak sudah pulang, pikirnya.

DOR

Oscar menembakan peluru tepat pada kaki Yola, perempuan itu terjatuh dan memegangi kaki nya sambil mengerang kesakitan.

Oscar mendekat dan berdiri di depan Yola. “Sakit yang lo alami itu gak ada apa-apanya Yola di bandingkan dengan Arthur yang lo bunuh.”

“AKU MAU KAMU OSCAR” Teriak Yola lantang.

“Aku mau kamu.. KENAPA KAMU GAK NGERTI? aku benci saat kamu main sama Arthur dan Biru, aku mau menyingkirkan mereka agar kita bisa bersama Oscar. Emang nya aku salah ya berjuang buat dapetin orang yang aku cintai? haha” Lanjut Yola.

“BERISIK LO ANJING, lo tuh cuma obsessed sama gua. Sampe lo tega bunuh Arthur dan lo bahkan hampir aja mau bunuh Biru! Lo bilang ini cinta? LO TERLALU OBSESSED YOLA ITU BUKAN CINTA” Pemuda itu bersimpuh di hadapan Yola, tubuhnya bergetar dan isakan pemuda itu mulai terdengar.

“Arthur udah kaya sodara gua sendiri Yol, dan lo malah bunuh dia? haha bangsat bangsat” Ucapnya dengan suara yang bergetar.

“Mati di balas mati kan? siap mati sekarang Yola?” Lanjut Oscar sambil tertawa miris.

Perempuan itu menoleh pada tangan Oscar yang masih memegang sebuah pistol. Dengan sekuat tenaga ia mencoba melarikan diri, kaki nya masih terasa sangat sakit.

“Jangan Oscar, jangan bunuh aku!” Walaupun Yola berusaha menghindari Oscar, tentu saja pemuda itu pasti bisa mengejarnya hanya dengan berjalan biasa.

“Mau main kucing-kucingan, huh?” Oscar terus mengikuti Yola, bahkan pistol nya sudah siap untuk menembakkan peluru.

Oscar berhenti dan mengarahkan pistol nya ke arah Yola. “OSCAR JANGAN, aku gak mau mati Oscar!” Saat Oscar hendak menekan trigger pistol itu Yola manarik seorang anak kecil dan memasang tubuh anak kecil itu agar melindungi nya.

Oscar tersentak dan mengarahkan pistol nya ke atas. Ia bisa melihat jelas wajah anak itu sangat ketakutan.

Oscar langsung berlari menghampiri anak itu dan memeluk nya. “Astaga Hivi maaf, maaf buat kamu takut, maafin kakak nya” Oscar terus mengelus punggung anak itu.

Hivi membalas pelukan Oscar, tangan nya bergetar ketakutan. “Kakak aku takut..” Lirih Hivi.

“Iya, maafin kakak ya” Samar-samar ia merasakan Hivi menganggur.

Ia bisa melihat Yola berjalan mundur, saat itu juga Oscar langsung menembakan peluru ke kaki Yola yang satu nya.

Sebelum ia menembakan peluru itu, ia sudah berbisik pada Hivi dan di angguki oleh Hivi. Hivi kecil memejamkan matanya dan memeluk Oscar erat saat suara tembakan itu terdengar dan di sertai dengan suara teriakan Yola.

Oscar membuang pistol nya asal dan kembali memeluk Hivi. Sampai teman-teman nya dan Daddy nya sampai, dengan beberapa polisi di belakang mereka.

Polisi-polisi itu langsung menangkap Yola dan membawanya pergi tertelah berbincang sebentar dengan Daddy Oscar.

Oscar langsung di serbu banyak pertanyaan dari teman-teman nya.

“Eh kamu Hivi ya?” Anak kecil itu mengangguk mengiyakan ucapan Daddy Oscar.

“Ayo, biar om anter kamu ke Bunda kamu. Tadi Bunda kamu nyariin loh” Daddy Oscar melanjutkan kalimat nya.

Sayang nya perkataan Daddy Oscar sama sekali tidak diindahkan oleh Hivi, justru si kecil masih terus memeluk Oscar.

“Biar aku aja Dad yang anterin, Bunda nya dimana?” Tanya Oscar sambil menggandeng tangan Hivi.

“Ada di depan, sana anterin”

Oscar mengangguk, ia dan Hivi jalan ke depan untuk menemui Bunda Hivi yang sedari tadi mencari anak nya yang entah pergi kemana. Saat mereka sudah dekat dengan Bunda Hivi, si kecil langsung lari dan memeluk kaki sang Bunda.

“Ibuunnn, maafin dede” Ucap si kecil dengan di sertai isakan kecil.

“Astaga sayang, kamu kemana sih. Ibun panik banget, takut kamu di culik ih” Bunda memeluk Hivi kecil lalu mengelus-elus punggung kecil nya.

Memperhatikan itu, Oscar tersenyum hangat. Bunda Hivi menoleh pada Oscar yang sedang memperhatikan mereka.

“Kamu yang waktu itu ketemu di taman ya?” Tanya Bunda.

Oscar mengangguk dengan senyumam yang masih menghiasi wajah tampan nya. “Iya Tante” Bunda Hivi tersenyum lalu mengucapkan terimakasih pada Oscar.

“Terimakasih ya ganteng, yaudah kalo gitu Tante sama Hivi pamit pulang dulu ya? selamat buat kelulusan kamu” Pamit Bunda Hivi lalu menepuk-nepuk pundak Oscar sebelum ia pergi.

“Dadaahh kakak tampan” Hivi berjalan sambil melambai pada Oscar. Oscar tertawa terkekeh lalu ia ikut melambai pada di kecil.