Khei Hoo!


Setelah menyelesaikan acara mandinya, Mozza menghampiri kamar Kheitara dengan wajah tersenyum, entah apa yang dipikirkan lelaki itu.

Namun saat Mozza membuka kamar Kheitara, lelaki itu mengeryit heran karena kamar yang biasanya terang kini sangat gelap. “Khei?” panggilnya pelan.

Nihil. Tak ada sahutan dari Kheitara, lelaki itu menelusuri tembok mencari saklar lampu dari kamar itu, tapi sialnya Mozza tak menemukannya.

Tiba-tiba sebuah instrumen terdengar dari pojok ruangan, instrumen yang biasa digunakan film film horor itu terdengar sangat kencang, entah berasal dari Handphone atau Vinyl.

“Khei, lo dimana?” panggil lelaki itu dengan suara bergetar, rasanya ia sedang ada di dalam rumah hantu, di tambah lagi kamar Kheitara suhu nya terasa lebih dingin dari biasanya.

Mozza berjalan menghampiri ranjang Kheitara, ia sempet berfikir kalau Kheitara sedang tidur namun lampunya sengaja dimatikan.

Mozza memeriksa ranjang Kheitara, namun tidak ada orang disana, hanya ada boneka kelinci yang biasa dipeluk Kheitara saat tidur.

Tiba-tiba dari bawah ranjang, Mozza merasakan ada tangan halus yang mengelus-elus betisnya. Namun lelaki itu masih berpositive thinking, dan menepis tangan itu.

“Wah gak beres nih kamar, ini gak mungkin temen setannya Kheikie kan? gua harap bukan.”

“Mou.... tangan aku patah...” “Mou.. kepalaku sepertinya akan patah, ayo jahit kan..” “Aku mayat yang terbangun dari kubur, aku ingin mengajakmu..”

Suara-suara itu terdengar dari bawah ranjang, seketika tubuh lelaki itu terasa membeku, tidak berani hanya sekedar menatap ke bawah.

Tidak mendapat respon dari target nya, Kheitara langsung mencengkram betis Mozza dan menariknya sehingga membuat lelaki itu berjatuh ke lantai.

“BANGSAT APAAN NIH”

Kheitara merangkak ke atas badan Mozza dan mengarahkan senter ke bawah dagu, bukan hanya itu. Kheitara berdandan layaknya hantu sekarang, muka pucat, bibir pecah-pecah yang mengeluarkan darah, darah keluar dari hidungnya, dan juga sebuah perban dimata kirinya. Jangan lupakan suaranya yang terdengar seperti suara orang sakit, serak namun yang ini bisa membuat orang merinding.

“Mata aku lepas...” gumamnya.

“SETAN KONTOL, PERGI LO BRENGSEK,” teriak Mozza sambil menendang perut Kheitara.

“AAKH—”

“SETAN APA LO BANGSAT?” todong lelaki itu sambil membawa sebuah pistol mainan milik Kheitara.

“Perutku, sakit.. Mou, aku Khei” balas lelaki manis itu sambil memegangi perutnya yang tadi terkena tendangan Mozza.

“Khei?” mendengar itu Mozza langsung mencari lagi saklar lampu kamar Kheitara, saat lampu itu menyala Mozza dapat melihat Kheitara terbaring di lantai sembari memegangi perutnya.

“KHEI LO GAPAPA?” “AKU SAKIT BODOH”

“Siapa suruh lo nakut-nakutin gua, mampus kan lu kena tendang” jawab Mozza dengan suara pelan, sangat pelan seperti gumaman.

“Hiks.. sakit..” gawat, isakan Kheitara mulai terdengar, buru-buru lelaki itu memeluk tubuh kecil Kheitara.

“Eh eh jangan nangis dong sayang, maaf ya? sakit ya perutnya? sini gua elus-elus perutnya, udah ya cantik nangisnya..”

Malam itu berakhir dengan Kheitara yang terus menangis merasakan perutnya yang sakit dan Mozza yang ketar-ketir melihat si cantik di dekapannya itu terus terisak.