Kue
“Hansen!”
Panggil Taera selaku mommy Hansen dengan sedikit berteriak.
Mendengar teriakan mommy nya. Hansen langsung turun ke bawah, ia baru aja selesai mandi.
“Yes mom, kenapa?”
“Turun juga kamu, ini tolong kasih ke temen mommy, rumahnya di samping rumah pak rt.”
“Itu apa mom?”
“Ohh ini kue, sana kasih dulu.”
“Iyaa mommy, yaudah aku keluar dulu ya.”
“Iya iya gih sana.”
Setelah mengatakan itu Taera lanjut meng oven kue yang baru aja ia taruh di loyang.
“Takdir emang gak kemana ya, semoga aja yang buka pintu An.” Batin Hansen sambil senyum-senyum gak jelas.
Tok
Tok
Tok
Hansen mengetok pintu itu, namun tidak ada yang membukakan pintu untuknya.
Tok
Tok
Tok
Sekitar dua menit berlalu pintu itu terbuka, bukan Kalana yang membuka pintu, melainkan Bunda nya.
“Eh Hansen ya? sini sini masuk dulu.”
“Ah iya tante, oiya ini kue dari mommy.”
“Wihh makasih ya, jadi ngerepotin gini.” Ucap Owen, bunda Kalana sambil tertawa.
“Haha gapapa kok tante.”
“Sini sini masuk dulu.” Ajak Owen.
Hansen sekarang sedang duduk di sofa ruang tamu, sambil menunggu bunda Kalana yang sedang membuatkannya minum.
BRAK!
Hansen yang mendengar itu langsung menghampiri darimana suara itu berasal.
Ia berjalan ke arah dapur, sesampainya ia disana. Hansen malah diam membeku tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.
Kalana sedang memakai piyama bulu karakter kucing, mulut nya penuh dengan kue yang tadi ia bawa.
Kalana pun sama seperti Hansen, ia malah diam sambil mengunyah kue yang ada di dalam mulutnya.
“Hehe kamu mau?” Tanya Kalana sambil menyodorkan kue di tangannya.
“An kenapaa? kamu gapapa kan?” Tanya bunda sambil berjalan turun ke bawah.
Bunda emang belum bikinin Hansen minum, tadi bunda pergi ke kamar dulu tapi pas mau masuk ke kamar. Kalana keluar dari kamar, makanya bunda sekalian nyuruh Kalana buat bikinin Hansen minum.
Tapi sayangnya saat tiba di dapur atensi Kalana langsung tertuju pada kue yang ada di atas meja makan, lalu ia memakannya.
Sampai-sampai ia lupa kalo lagi disuruh bikinin minum buat Hansen sama bunda.
“Loh kalian ngapain pada diem gitu?” Tanya bunda yang ikut diem melihat Hansen sama Kalana.
“Hehe bukan apa-apa kok bun.”
Hansen sama Kalana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Tadi suara apa? kenceng banget suaranya.”
“Itu bun, tadi An gak sengaja nyenggol tempat sendok.”
“Bikin panik aja kamu An, yaudah kamu bikinin Hansen minum dulu gih bunda belum selesai beresin itu.”
“Iyaa bundaa.”
Setelahnya bunda pergi ke atas lagi meninggalkan Hansen sama Kalana di dapur.
Melihat bunda udah masuk ke kamarnya Hansen langsung menghampiri Kalana, ia memutar tubuh Kalana sambil ngecek kalo Kalana beneran gak kenapa-kenapa.
“Lo beneran gapapa kan An, tadi pisau nya kena lo gak.” Ucap Hansen sambil terus memutar tubuh Kalana.
Kalana yang di putar-putar gitu jelas pusing, ia langsung terduduk di bawah saking pusingnya.
“Aku gapapa En, udah jangan di putar-putar mulu aku pusing!” Bentak Kalana sambil memegangi kepalanya.
Mendengar ucapan Kalana. Hansen hanya tertawa pelan lalu membantu Kalana berdiri.
Hansen juga membantu Kalana membereskan sendok yang tadi terjatuh, sekalian beneran pisau yang ikut terjatuh.
Setelah semuanya selesai Kalana langsung melihat ke arah Hansen.
“Kok kamu bisa ada disini sih?” Tanya Kalana sambil melipat kedua tangannya di dada.
“Gue disuruh mommy buat nganterin kue buat bunda lo, makanya ada disini.” Jelas Hansen.
“Ohh gitu.” Ucap Kalana sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Yaudah kamu mau minum apa? biar aku bikinin.”
“Apa aja deh.”
“Jus alpukat aja mau gak? aku lagi pengen jus alpukat.”
“Yaudah boleh, mau di bantu gak?”
Mendengar itu Kalana langsung menggeleng ribut.
“Gak gak, udah kamu duduk aja disini.”
Hansen hanya mengangguk lalu duduk di kursi yang ada disana, sambil melihat Kalana yang sedang membuatkannya jus alpukat.
Kalana terlihat sangat menggemaskan, tudung piyama yang ada hiasan telinga kucing nya membuat Kalana benar-benar seperti kucing.
Lima belas menit berlalu. Kalana selesai membuat jus alpukat buat dirinya dan juga buat Hansen.
“Nih udah jadi, kamu cobain dulu.”
Hansen mengerutkan keningnya, lalu meminum jus alpukat itu.
satu detik..
lima detik..
sepuluh detik..
“Wow ini enak! pinter juga lo bikin jus.” Ucap Hansen lalu meminum jus itu hingga tandas.
Kalana yang melihat itu hanya tertawa.