Morning


Tepat pukul 06.00 pagi Abél bangun terlebih dahulu, sepasang tangan kekar melingkar di pinggang rampingnya nya.

Abél tersenyum tipis, tangannya memainkan tangan Keenan yang menurutnya itu sangat besar.

“Kenapa tangan kamu besar banget, tangan aku gak gitu.” Lelaki manis itu mengerucutkan bibirnya, dengan perlahan Abél berbalik agar Keenan tidak terbangun.

“Morning sayang.” Lelaki tampan itu terbangun gara-gara Abél memainkan tangannya.

“Loh kok udah bangun?”

“Kamu tadi mainin tangan aku, aku pikir kamu pergi.”

“Gimana bisa pergi pak? ini tangan erat banget meluk nya haha.” Ucap Lelaki manis itu sambil mencium pipi Keenan.

“Morning kak, hari ini berangkat kerja?” Lanjut Abél.

Alih-alih menjawab Keenan semakin membawa Abél ke dalam dekapannya, seolah-olah Abél ingin pergi jauh darinya, mendusalkan wajah tampannya di cengkuk leher si manis.

“Engga, aku mau di rumah aja sama kamu sama Jielon.”

“Tapi kan Jielon bentar lagi juga berangkat sekolah.”

“Kata siapa? libur katanya, gatau juga kenapa. Tadi malem gurunya bilang di grup orang tua kalo sekolah Jielon libur dulu.” Jelas Keenan.

“Ohh gitu, yaudah lepas. Aku mau masak dulu, kamu gak mau sarapan emang?” Sewot Abél.

“Mau lah, morning kiss dulu dong.” Keenan menunjukkan bibirnya.

Abél memukul bibir Keenan. “Belum sah, gaboleh cium bibir.” Ucap Abél sembari menekan-nekan bibir Keenan.

Lelaki tampan itu cemberut, menunjukan puppy eyes nya pada Abél. Yang di tatap seperti itu hanya memutar kedua bola matanya malas.

“Dasar bayi.” Kemudian memberikan kecupan halus di bibir si tampan, membuat Keenan tersenyum puas.

“Yaudah yuk, aku mau bantu kamu masak.”

“Gausah, kamu bantu potong-potong aja.”

“Potongnya pake apa?”

“Ya pake pisau lah, pake apa lagi emang.”

“Potong sayur kan? aku waktu itu pake gunting bél.”

Abél menghela nafas panjang. “Kamu motong sayur apa?”

“Wortel.”

Abél hanya bisa tersenyum kecut mendengar ucapan Keenan, sudahlah.

Selesai sikat gigi dan cuci muka. Keenan dan Abél turun ke bawah, lebih tepatnya menghampiri dapur.

Bahan makanan di kulkas lengkap, dari kulkas nyimpen bahan-bahan sampai kulkas yang isinya Snack dan minuman. Abél sendiri yang isi.

“Hmm aku mau masak apa ya.” Abél meletakkan telunjuk nya di dagu, melihat bahan-bahan di dalam kulkas.

“Sayang, aku mau sayur sop. Sama ayam kecap, kamu bisa bikin kan?”

“Gampang itu mah, ada lagi gak? buat prince.” Keenan berfikir sejenak.

“Prince apa ya? Jielon suka semua, tapi akhir-akhir ini dia sering minta puding susu.”

“Puding susu ya? oke deh. Kak kamu tolong potongin wortel sama kentang nya ya, jangan besar besar banget. Aku mau cuci ini dulu.”

“Siap sayang.” Keenan segera mengerjakan perintah Abél. Untungnya berjalan dengan lancar.

Beberapa saat kemudian, kedua orang dewasa itu sedang sibuk dengan apa yang mereka kerjakan. Keenan sibuk masukin puding itu ke dalam cetakan sedangkan Abél menata masakan nya di atas meja makan.

“Daddy.. Kakaa..” Panggil si kecil yang masih memejamkan mata, namun tangannya meraba sekitar.

Melihat Jielon, Keenan sama Abél tertawa gemas, sang Daddy langsung menghampiri putra kesayangannya lalu menggendong Jielon.

“Morning sayang, masih ngantuk hm?” Ucap Keenan sambil menciumi pipi gembul Jielon.

“Hu'um” Jielon memeluk leher Keenan, menyamankan posisinya.

Abél tersenyum gemas melihat interaksi Ayah dan Anak itu.

“Jagoan cuci muka gih sama Daddy, kaka udah bikin puding susu loh. Katanya kamu mau puding susu.” Ucap Abél sembari membelai Jielon.

“Puding susu!!” Si kecil langsung membuka kedua matanya, tersenyum menampilkan deretan gigi mungil nya.

“Daddyy ayo cuci muka, Jie mau nyam nyam puding susuu.” Lanjut Jielon.

“Iyaa jagoan, ayo.”