Nathan
.
“Gimana keadaan saya dok?”
Dokter yang mendengar pertanyaan Nathan hanya bisa menghela nafas berat.
“Nathan maaf, keadaan kamu semakin memburuk.”
Nathan hanya tersenyum miris mendengar jawaban Dokter.
“Hidup saya gak lama lagi ya dok?”
“Iya Nathan, maafin saya ya.”
“Gapapa dok, udah takdirnya gini haha.” Ucap Nathan sambil tertawa.
“Sisa hidup kamu tinggal beberapa hari lagi, paling lama satu Minggu.” Dokter itu mengelus kedua tangan Nathan.
Nathan menangis mendengar apa yang di katakan Dokter. Dokter yang melihat Nathan menangis langsung membawa Nathan kedalam pelukannya.
Dokter itu bernama Dokter Wendy. Dokter yang menangani Nathan dari awal hingga sekarang.
Dokter Wendy tau semua tentang Nathan, bahkan yang tak diketahui sama orang tuanya. Nathan lebih sering bercerita ke Dokter Wendy, karena menurutnya Dokter Wendy itu udah kaya Ibu nya sendiri, begitupun dengan Dokter Wendy. Ia sudah menganggap Nathan sebagai anaknya sendiri.
“Kamu hebat Nathan, saya bangga sama kamu.”
Nathan mengidap kanker otak sejak ia masih duduk di bangku SMP, tidak ada yang tau tentang penyakitnya ini, kecuali Jordan. Teman ayahnya yang pertama kali membawa Nathan kesini.
Sampai sekarang kanker nya sudah di tahap stadium akhir, dan hidupnya sudah tak lama lagi.