Night


Selesai acara pernikahan tadi, Oscar dan Hivi pulang ke rumah mereka berdua. Satu Minggu sebelum pernikahan Oscar membeli rumah itu untuk ia tinggali dengan Hivi, ia tidak mau merepotkan orang tuanya maupun mertuanya.

Oscar dan Hivi segera membersihkan tubuh mereka, kini jam sudah menunjukkan pukul 22.45 dan Hivi sudah mulai mengantuk, sedangkan Oscar. Pria itu masih sibuk dengan iPad di tangannya, Hivi sama sekali tidak peduli dengan itu. “Lo tidurnya kapan?” Tanya Hivi.

“Saya masih ada urusan, kamu kalau mau tidur ya tidur aja.” Jawab Oscar tanpa memalingkan wajahnya.

Namun Hivi sama sekali tidak menjawab Oscar, pemuda manis itu sedang duduk di sofa dengan kepala yang di dongakan ke atas.

“Hivi, sepertinya kita harus membuat rules.” Oscar mengalihkan pandangannya dari iPad yang tertuju pada Hivi.

“Rules apaan?”

“Rules pernikahan.”

“Boleh dah, lo dulu.” Sahut Hivi dengan mata yang sudah sangat mengantuk.

“Oke, dengerin ini baik-baik. Rules yang pertama ini hanya perjodohan, kedua kita tidur terpisah, ketiga kamu gak boleh ikut campur urusan saya, keempat kamu gak boleh larang saya buat bawa perempuan kerumah terutama itu Sebia, kelima kamu harus nurut sama saya, keenam kamu gak boleh suka sama saya, dan yang terakhir yang saya gak mau punya anak.” Ujar Oscar panjang lebar, sedangkan Hivi hanya memandang Oscar dengan tatapan mengantuknya namun tetap mengangguk.

“Yaudah sih gua juga gak mau anak gua punya daddy kaya lo. Gua cuma satu, lo jangan ikut campur urusan gua. Mau gua pulang malem kek gak pulang kek atau mungkin gua mabok-mabokan lo gak boleh cepu ke keluarga gua, gimana?”

Oscar mengerutkan keningnya heran. “Si telor ini nakal juga ya.” Batin Oscar disertai dengan senyuman tipis.

“Apaan lo kek gitu?”

“Engga, yaudah saya terima. Oiya kamu tenang aja, masalah uang tetep lancar asalkan kamu gak ngelanggar rules.” Ucapnya sambil memperhatikan Hivi.

Hivi tertidur.

“Di bilang kalo ngantuk tuh tidur bocah, nyusahin.” Dengus Oscar namun tetep menggendong Hivi menuju kamar si pemuda manis itu.

Oscar meletakkan Hivi dengan perlahan agar tidur si manis tidak terganggu.

Saat Oscar hendak pergi dari sana ia mendengar Hivi mengigau. “Dadah pangeran, nanti kita main kuda lagi ya.” Lalu ia langsung memeluk bantal yang ada disana.

“Astaga bocah itu, mana ada pangeran disini.” Ia melengos pergi meninggalkan Hivi dan menuju ke ruangan yang sengaja ia buat untuk bekerja di rumah.