Pasar malem

.

Jendral berdiri di depan pintu rumah Nathan, ia menekan bel rumah itu, beberapa saat kemudian pintu itu terbuka.

“Eh Jendral, mau ketemu Nathan?” Tanya Ruby. Kakak Nathan.

“Iya kak.” Jawab Jendral sambil tersenyum.

“Bentar kakak panggil dulu Nathan nya, masuk dulu yuk.”

“Gak usah kak, aku nunggu disini aja.”

“Oh yaudah bentar ya.”

Pembicaraan itu berakhir. Amira masuk ke dalam untuk memanggil Nathan, sedangkan Jendral menunggu di kursi yang tersedia disana.

Tok

Tok

Tok

Amira mengetuk pintu kamar Nathan. “Nathan itu ada pacar kamu.”

“Iya kak! bentar lagi Nathan keluar, masih pake baju.” Sahut Nathan dari dalam kamar.

“Yaudah kakak tinggal ya.”

“Iya kak.”

Sementara di dalam kamar. Nathan sedang sibuk menyembunyikan lebam di sekujur tubuhnya karena pukulan yang ia dapat dari Ayah nya.

Ia melihat pantulan dirinya dari di cermin. “Udah ketutup semua kan, semoga aja Jendral sama Kak Amira gak tau.”

Setelah dirasa sudah tertutup semua, ia mengambil Hoodie yang cukup besar di tubuhnya.

Ia jalan keluar kamar menuju pintu depan, namun di ruang tengah ada Ayah sama Bunda nya.

Nathan berjalan perlahan agar kedua orang tuanya itu tidak menyadari keberadaan Nathan.

“Mau kemana kamu.”

Tubuh Nathan menegang mendengar suara Ayahnya. Nathan berbalik melihat tatapan Datar Ayah dan Bundanya, ia berjalan mendekati mereka dengan posisi menunduk.

“Mau keluar bentar yah.”

“Keluyuran mulu, mau jadi apa nanti? kamu tuh harus contoh Kakak kamu tuh, bisa banggain orang tua.” Ucap Ayah Nathan.

“Bener kata Ayah kamu, fokus belajar jangan pacaran mulu, liat tuh nilai kamu turun semua, jangan bikin malu keluarga.” Sambung Bunda Nathan.

“Jam 10 harus udah ada di rumah, kalo Ayah tau kamu belum pulang, siap-siap aja lebam di tubuh kamu itu makin bertambah.”

“Iya Ayah, Nathan permisi dulu ya.”

Namun Ayah dan Bunda nya hanya diam fokus ke laptop mereka.

Nathan menghela nafas lalu pergi menemui Jendral yang sudah dari tadi nunggu di luar.

“Hai sayang.” Sapa Jendral sambil memeluk Nathan.

Nathan membalas pelukan Jendral. “Hallo, pergi sekarang aja yuk.” Nathan melepaskan pelukannya. Jendral mengangguk.

Jendral menautkan jemari nya di jari-jari mungil milik Nathan. “Yuk.”

Selama di perjalanan, keduanya bercerita tentang keseharian mereka. Sampai-sampai tidak terasa mereka sudah sampai di pasar malem.

Mereka berjalan beriringan sambil melihat-lihat beberapa wahana yang ada disana, tiba-tiba mata Nathan melirik ke wahana bianglala. Cukup ramai yang mengantri disana.

Nathan menarik tangan Jendral menghampiri wahana itu. “Aku mau naik ini.” Ucap Nathan sambil menggoyangkan tangan Jendral.

Jendral tertawa melihat tingkah menggemaskan kekasihnya ini. “Iya sayang, kamu tunggu disini ya aku mau beli tiketnya dulu.”

“Terakhir kali gue naik bianglala kapan ya? udah lama banget.” Gumam Nathan sambil melihat ke wahana di depannya.

Sekitar 5 menitan Jendral menghampiri Nathan dengan dua tiket di tangan nya. “Yuk naik.”

Jendral menggandeng tangan Nathan, ia memberikan tiket itu ke abang-abang yang ada disana.

Mereka berdua naik ke bianglala. Nathan terlihat sangat bahagia sekarang. Jendral yang melihat itu ikut tersenyum senang.

Jendral menggenggam tangan Nathan.

“Kamu suka?”

“Sukaa banget! makasih yaa.”

Jawab Nathan dengan senyuman manisnya.

“Sama-sama sayang.”

Nathan sedang fokus melihat kebawah, pemandangan yang cukup indah menurutnya.

Berbeda dengan Nathan. Jendral malah fokus ke wajah sumringah Nathan. ia semakin mengeratkan genggaman tangannya sembari mengecup punggung tangan Nathan.

Keduanya sangat menikmati malam itu, waktu dimana mereka sedang bersama adalah waktu yang paling menyenangkan untuk keduanya.