Perjodohan
Hivi sedang berguling-guling di ruang tengah dengan Abang-nya. “Bang gua gabut banget, pengen main tapi gak boleh.” Celetuk Hivi.
“Lo pikir lo doang yang mau main? gua ada janji mau ngisi acara pembukaan cafe temen gua aja terpaksa gua batalin de de.” Jawab Fabian pasrah.
Bunda yang sedari tadi sedang membuat Cookies sampai capek melihat kedua anaknya yang berguling-guling mulu.
“Bun emang mau ngapain sih, masa kita gak boleh keluar.” Tanya Hivi. “Kan Ibun udah bilang kalo ada temen lama Ayah sama Ibun mau kesini, makanya Abang sama Dede gak boleh pergi.”
Belum sempat Hivi menjawab bel rumahnya berbunyi, ia dan Abangnya bertatapan. “Itu temen nya Ayah sama Ibun?” Tanya Fabian. “Engga, itu mah temen-temen Dede. Bentar ya gua bukain pintu dulu”
Hivi berjalan menuju pintu depan, ia masih belum mandi dan masih memakai piyama baby blue nya. Toh temen nya Ayah sama Bunda bakal dateng siang hari, ini masih terlalu pagi.
Ceklek
“Lama banget sih kalian, gua laper nih. Udah lah ayo masuk, biasanya juga langsung masuk. Manja bener dah.” Ucap Hivi tanpa melihat siapa yang ada di balik pintu, ia hanya membukakan pintu lalu langsung berpaling menghampiri Abang-nya lagi.
“Ini Hivi ya?”
“Ya iya lah, lupa ingatan lo-” Hivi tiba-tiba terdiam melihat siapa yang datang, itu teman Ayah dan Bundanya. Kedua temen Ayah dan Bundanya itu membawa kedua anaknya, mereka memakai baju formal.
“AAAA IBUN ITU TEMEN IBUN SAMA AYAH. DEDE MAU MANDI DULU” Hivi langsung berlari kencang menuju kamarnya dan mandi.
Fabian yang menyadari itu langsung menyambut kedatangan temen Ayah dan Bundanya. “Eh Om, Tante ayo masuk dulu.” Fabian mempersilahkan teman Ayah dan Bundanya untuk masuk ke dalam.
Matanya tertuju pada Lelaki cantik yang menggunakan kemeja satin warna peach. Ia sangat tertegun dengan kecantikan Lelaki itu, namun ia harus mengalihkan pandangannya.
Ayah dan Bundanya sudah ada disitu, bahkan sekarang mereka sedang berbincang-bincang. Fabian duduk di depan Lelaki cantik tadi, diam-diam Fabian mencuri pandang. Namun pandangan nya selalu aja bertemu dengan Adek Lelaki cantik tadi, pandangan sinis.
Hivi turun dari tangga dengan pakaian yang sudah rapih, ia berjalan mendekati orang-orang itu.
“Ibun– EH KOK LO ADA DISINI?!!” Teriak Hivi sambil menunjuk Oscar.
“Saya cuma ikut Daddy dan Mommy kesini.” Jawab Oscar dengan acuh.
“Ish!” Hivi kesal, namun ia tetep duduk di samping Oscar. Sebab kursi yang tersedia hanya di sebelah Oscar.
Bunda mengerutkan keningnya heran. “Loh kalian saling kenal?” Tanya Bunda pada Oscar dan Hivi.
“IYA! Kita pernah ketemu kemarin.” Jawab Hivi sambil menatap Oscar dengan tatapan tidak suka.
“Itu salah kamu sendiri, sekarang mana? kamu harus tanggung jawab.”
“Kan gua udah bilang kalo lampu motor gua mati, gak percaya amat lo. Nanti deh gua lunasin lo tenang aja.”
“Oke, saya tunggu.”
Akhirnya mereka berdua berhenti, dan kembali melanjutkan pembahasan yang tertunda tadi.
“Jadi alasan kita kumpul disini itu mau bilang kalo kita mau jodohin Oscar sama Hivi.” Ucap Ayah dengan santai.
“APA?! Aku gak mau ayah, lagipula aku kan masih sekolah.” Hivi tidak terima, begitupun dengan Abang-nya. “Iya yah, dosa loh ngeduluin Abang sendiri nikahnya.”
“Ya kamu Ayah minta mantu bilangnya nanti-nanti mulu.”
“Kan belum ada yang cocok yah, gimana sih. Pokoknya harus Fabian dulu yang nikah.” Jawab Fabian dengan lantang, Hivi hanya mengangguk-angguk saja setuju dengan ucapan Fabian.
Ke-empat orang dewasa itu terbahak. “Makanya kamu cari calon sana, mumpung Dede belum nikah.”
“Tapi kan bun..”
“Udah-udah, mau gak mau kita tetep jodohin kalian.” Jawab Mommy Oscar dengan disertai tawa.
Hivi menatap sinis Oscar, sedangkan Oscar hanya menatap Hivi dengan santai. Ia tau Hivi pasti tidak mau, begitupun dirinya. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.
“Oscar mau kan nak?” Tanya Mommy.
“Oscar mau-mau aja mom.”
“Oke kalian nikah bulan depan!!” Ucap Mommy dan Bunda berbarengan, bahkan kedua orang tua itu sudah berteriak excited tidak sabar sebentar lagi akan menjadi besan.