Pertemuan pertama


Setelah dari arena Hivi pergi ke Indomaret dulu untuk membeli beberapa camilan untuknya di rumah.

“Sayang ih aku mau nya itu.” Suara wanita itu terdengar seperti orang yang sedang merajuk, Hivi yang kepo langsung mencari sumber suara itu dan melihat sepasang kekasih dan satu bocah yang sedang memeluk permen.

“Sebia, permen itu cuma ada 1 bungkus dan itu lebih dulu di ambil sama anak kecil ini, kamu cari permen lain aja dan cepat bayar. Saya sudah capek, buruan saya tunggu di kasir.” Suara bariton itu cukup membuat Hivi terdiam, dan semakin memperhatikan mereka.

“Ck harusnya kakak yang dapet permen itu, bukan kamu bocah sialan.” Celetuk Sebia sambil mendorong anak kecil itu.

“Dia lebih kaya nenek lampir dari Neona, ck ck sama anak kecil aja berantem gimana kalo udah punya anak. Kasian sih gua sama si mas mas tadi, mana ganteng lagi.”

“Kasian sama saya?” Suara lelaki itu mengagetkan Hivi. “Loh? bukannya tadi di kasir?”

“Saya tau kamu nguping jadi saya diam-diam berdiri di belakang kamu.”

“Oh gitu, hehe. Yaudah gua duluan ye, itu tuh tuh pacar lo nyariin.” Ucap Hivi sambil menunjuk-nunjuk Sebia dan langsung pergi meninggalkan lelaki itu.

“Dia kenapa sih?”


Hivi mengendarai motor nya dengan kecepatan sedang, dan sial nya lampu motor Hivi mendadak mati jadi ia hanya mengandalkan lampu jalanan yang cukup remang-remang di area situ.

Hivi mulai memelankan motornya karena takut menabrak seseorang, pemuda itu bahkan sudah menguap karena emang sudah ngantuk. Saat ia mulai memfokuskan pandangan ke depan lagi tiba-tiba saja ia menabrak mobil.

Lelaki yang mobilnya di tabrak Hivi langsung turun dan melihat mobilnya terdapat baretan yang terlihat sangat jelas.

Hivi juga turun dari motornya dan menghampiri lelaki itu.

“Kalo pake motor tuh hati-hati, lampu nya di nyalain. Kamu itu masih muda, jangan gaya-gaya an matiin lampu. Sekarang kamu liat kan? ganti rugi.” Ucap lelaki itu tanpa memandang muka pemuda di depannya.

Hivi menatap lelaki itu. “Maaf mas, lampu motor saya tiba-tiba mati dan saya juga masih waras buat gak matiin lampu.”

Lelaki itu menatap muka Hivi lamat-lamat dan berkata. “Saya tidak perduli alasan kamu, ini kartu nama saya. Hubungi nomor itu, dan segera ganti rugi, udah sana pergi. Saya males liat muka kamu.” Ujar Lelaki itu dengan nada datarnya dan masuk lagi ke dalam mobil lalu segera pergi dari sana.

“Apaan sih anjing, dia nyuruh gua pergi tapi dia yang pergi. Lagian dia siapa sih, iya gua tau gua salah tapi dia ngeselin banget bangsat. Siapa sih ini namanya” Hivi melihat kartu nama yang di kasih lelaki tadi.

“Oscar willonder?”

“OSCAR ANJING GUA SUMPAHIN LO DAPET BINI YANG GALAK BIAR LO TERSIKSA!!”