Sakit
.
Pagi ini entah kenapa Nathan mendadak tidak enak badan, jadi ia memutuskan untuk tidak berangkat sekolah hari ini.
Ia tau orang tuanya pasti sudah berangkat kerja, kakak nya juga sudah pergi lagi.
Ruby hanya menginap sehari di rumahnya, karena besoknya Ruby akan menghadiri acara.
Ruby emang sudah memiliki rumah sendiri, makanya ia hanya menginap saja. Apalagi kakaknya ini seorang model terkenal, itu sebabnya orang tua Nathan selalu menyuruh Nathan seperti Ruby.
Sukses, pinter, bisa membanggakan orang tua nya.
Walaupun seperti itu. Ruby tidak tau soal ini, bagaimana orang tuanya menuntut Nathan. Selama ada Ruby, orang tua mereka tidak pernah bersikap buruk ke Nathan, selayaknya orang tua biasa yang menyayangi anak-anak mereka.
Nathan juga tidak di perbolehkan orang tuanya untuk ngomong ke Ruby tentang ini.
Walaupun begitu. Nathan selalu cerita ke Josen, teman ayahnya yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri.
Nathan selalu mendapatkan kasih sayang dari Josen, kadang kalo ada rapat murid ataupun pengambilan raport itu selalu Josen yang datang.
Orang tua Nathan tidak peduli dengan itu, mereka hanya peduli dengan nilai Nathan.
Nathan menelfon Jendral memberitahu bahwa dirinya sedang sakit.
“Hallo.”
“Hai sayang, selamat pagi.”
“Pagi juga Jendral.”
“Udah siap-siap? ini aku mau jemput kamu.”
“Aku gak berangkat hari ini, tiba-tiba aja aku gak enak badan, kamu boleh izinin gak?”
“Boleh kok nanti aku izinin, yaudah kamu istirahat ya, pulang sekolah aku ke rumah kamu.”
“Iyaa, makasih ya!”
“Sama-sama sayang, aku berangkat dulu ya.”
“Iyaa.”
Nathan meletakkan hp nya di atas nakas, ia kembali berbaring di tempat tidurnya.
Selang beberapa menit ia bangun lagi dan turun ke bawah untuk sarapan, ia juga harus minum obat kan.
Nathan memasak nasi goreng, karena itu menu yang mudah di bikin. Ia juga tau Bunda nya hanya masak untuk Ayah nya saja, makanya dia masak sendiri.
Saat sedang menikmati makanannya, tiba-tiba pintu depan terbuka. Ia melihat Ayah nya sedang menatapnya dengan tatapan marah.
Ayah Nathan berjalan menghampiri Nathan, lalu menendang kursi yang sedang di duduki Nathan hingga membuat Nathan terjatuh.
Ayah Nathan langsung menjambak rambut Nathan dengan kuat.
“KENAPA KAMU GAK SEKOLAH HAH? SAKIT? GAUSAH BOHONG NATHAN.”
“Ampun yah, tapi Nathan beneran sakit.”
Ayah Nathan tidak memperdulikan Nathan yang sedang merintih kesakitan.
Ia menyeret Nathan ke kamar mandi, ia mendorong Nathan hingga Nathan terbentuk ke tembok.
Ayah Nathan menyalakan shower, membuat tubuh Nathan basah kuyup.
Ia mulai memukul dan menendang Nathan.
Bugh
Bugh
Bugh
Ayah Nathan terus memukuli Nathan.
“M-maaf ayah, ampun ini sakit banget.” Nathan memohon ke Ayahnya.
Namun Ayah Nathan tidak memperdulikan Nathan yang sedang berteriak sambil menangis itu.
Nathan pingsan, alih-alih menolong Nathan. Ayah Nathan hanya tertawa dan memandang remeh ke arah Nathan yang sudah tidak sadarkan diri.
“Dasar anak gak guna, bisanya jadi beban aja.”
Ayah Nathan meninggalkan Nathan sendirian disana.