Taman
Pikiran Ketlan berkecamuk melihat Navindra sedang duduk sendirian di ayunan depan rumahnya. Tatapannya kosong, bahkan baju yang di pakai Navindra terdapat beberapa bercak darah.
Tanpa pikir panjang Ketlan turun dari motornya lalu berjalan mendekati Navindra.
“Loh Na? katanya kamu pergi sama Abas? kok ada disini.” Ucap pemuda tampan itu, ia duduk di samping Navindra sambil menggenggam tangan pacarnya itu.
“Iya, tadi Abas gak jadi. Soalnya dia pergi sama bang Mada aja, makanya aku di rumah nungguin kamu.” Jawab Navindra dengan senyuman manis di wajahnya.
Ketlan mengecup punggung tangan Navindra. “Yuk?”
“Mau kemana?” Tanya Navindra bingung.
“Kan aku mau ajak kamu ke taman Na, masa kamu lupa sih.” Bukannya menjawab Navindra hanya diam mematung.
“Na?”
“Eh iya ayo.”
Navindra mengikuti Ketlan menuju motor yang terparkir di halaman rumahnya.
Suasana malam sangat dingin, Ketlan sampai menggigil padahal pemuda itu sudah memakai Hoodie.
Sedangkan Navindra hanya diam memeluk Ketlan sambil melihat sekeliling. Navindra suka.
“Na, aku ketemu mainan kesukaan kamu. Ternyata itu ada di gudang.” Ucap Ketlan sedikit berteriak.
Tidak ada balasan dari Navindra.
“Na? kamu denger aku gak?” Ucap Ketlan lagi sambil sedikit menengok ke belakang.
“Apaa? aku gak denger.” Jawab Navindra mendekatkan mukanya ke helm Ketlan.
“Aku ketemu mainan kesukaan kamu sayang.”
“Hahaha iyaa? aku mau liat, kamu bawa kan?”
“Bawa kok.”
Diperjalanan mereka banyak mengobrol sampai tidak sadar sekarang sudah sampai di taman yang mereka tuju. Entah kenapa malam ini taman sangat sepi, bahkan hanya mereka berdua yang ada disana, tidak seperti biasanya.
“Tumben banget ya taman malam ini sepi, biasanya ada aja orang yang dateng kesini.”
Ucapan Ketlan di angguki Navindra. “Iya juga ya, gak kaya biasanya.”
“Yaudah yuk, duduk disana.” Ketlan menunjuk kursi panjang yang ada di bawah pohon.
Pemuda itu menarik tangan kekasihnya sambil tertawa. Navindra hanya tersenyum, mengikuti kemana Ketlan membawanya.
Navindra duduk di sebelah Ketlan, ia memeluk tubuh bidang kekasihnya itu.
Entah kenapa Ketlan sekarang sedikit merinding, namun ia tepis pikiran negatifnya. Bisa aja karena dingin makanya dia merinding.
Pemuda itu mengecup kening Navindra, tangannya mengelus tubuh Navindra yang sedang ada di dalam dekapannya. Berusaha membuat tubuh itu merasa hangat.
“Mana mainan nya?” Tanya Navindra sambil mendongakkan kepalanya.
“Oiya, kamu tunggu disini ya? aku mau ambil mainannya.”
Navindra mengangguk semangat. “Iya iya! gih kamu ambil, aku mau liat.”
“Haha sabar sayangg.”
Ketlan sedikit berlari menjauh dari Navindra, ia menuju motornya untuk mengambil mainan Navindra.
Boneka.
Iya, mainan kesukaan Navindra itu boneka. Boneka kembar, yang satu emang ada di Navindra. Namun yang satu lagi ketinggian di rumah Ketlan.
“Aku masih heran kenapa kamu suka banget sama boneka ini, padahal ini boneka lumayan serem.” Ujar Ketlan sambil menggelengkan kepalanya.
Ketlan berlari ke Navindra yang sedang melambaikan tangannya, bahkan tawa Navindra terdengar dari kejauhan. Setiap tawa Navindra, hembusan angin kencang menghampiri mereka.
“Ini kan sayang? tenang aja, gak aku apa-apain kok.” Ketlan memberikan boneka itu padahal Navindra.
Navindra sangat senang, bahkan pemuda itu langsung memeluk boneka itu.
“Yeyy, boneka Nevan ketemu.” Pemuda itu tertawa senang.
Ketlan mengerutkan keningnya heran, siapa Nevan?
Melihat Navindra yang sedang tertawa senang. Ketlan ikut tertawa, namun tiba-tiba ada notif dari Abas.
Ketlan membaca pesan itu, bulu kuduknya berdiri. Hembusan angin semakin kencang, bahkan tawa Navindra yang tadinya biasa saja sekarang semakin nyaring.
Dengan perlahan Ketlan menoleh ke arah Navindra.
Ia melihat Navindra penuh darah, banyak darah yang keluar dari mulutnya. Di leher nya terdapat bekas jahitan yang masih berlumuran darah, tangan Navindra masih terus memainkan boneka itu.
“Yey yey boneka Nevan ketemu hihihi.”
“Na?”
Navindra yang melihat raut muka Ketlan yang ketakutan semakin tertawa, bahkan Navindra memukul-mukul boneka itu ke senderan kursi.
“Hihi kenapa Ketlan? kamu sudah tau ya aku bukan Navindra?”
Tubuh Ketlan membeku, Navindra mendekat menatap lekat wajah tampan Ketlan. Lalu kembali duduk di tempatnya sambil memeluk boneka itu.
“Na, kamu..”
“Hihi aku bukan Navindra, aku Nevandra kembaran Navindra, mirip kan.” Kepala Nevandra menggelinding ke bawah.
“Uppss gak sengaja.” Kepala itu terus tertawa melihat Ketlan yang sudah sangat ketakutan karena nya.
Untungnya beberapa saat kemudian badan Ketlan bisa di gerakan lagi. Ketlan langsung pergi meninggalkan Nevandra yang terus memanggilnya.
“Ketlan, jangan tinggalin aku hihihi.”
Ketlan sudah pergi jauh dari sana dengan perasaan tidak karuan, di tambah lagi jalanan malam ini sangat sepi.
“Pacar Navindra lucu, aku suka.” Ucap Nevandra, ia mengambil kepala nya yang tadi tergelinding lalu memasangnya lagi.
Penampilan Nevandra kembali seperti semula, sebagaimana seorang pemuda biasa yang sedang duduk di kursi taman.
“Kamu buat lelaki itu ketakutan Nevan.” Ucap pocong yang ada di sebelahnya.
“Hihi gapapa, aku suka. Udah sana, kok malah mampir kesini.” Usir Nevandra.