Wedding
Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Keenan maupun Abél, hari dimana mereka akan mengucapkan janji suci di hadapan banyak orang.
Keenan berdiri di depan cermin melihat dirinya di pantulan cermin, Pria tampan itu sedang membayangkan bagaimana penampilan Abél sekarang. Pasti sangat cantik.
Ia tersenyum senang, membuat dirinya semakin terlihat tampan. Tak lama setelah itu ia mendengar ketukan pintu, pintu itu terbuka menampilkan Teza yang sedang tersenyum bangga menatap putranya.
Teza berjalan mendekati Keenan, merapikan kerah dan rambut Keenan.
“Kamu tampan, seperti papa kamu.” Celetuk Teza dengan mata berkaca-kaca. Keenan merengkuh pinggul Teza, ia tau bubu nya pasti akan menangis nanti.
“Tentu, Keen kan anak bubu, pastinya tampan.” Teza mengangguk lalu memeluk Keenan.
Keenan berdiri dengan gagahnya menunggu Abél yang sebentar lagi masuk ke dalam ruangan tersebut, Keenan gugup bahkan sekarang jantung nya berdegup kencang, walaupun begitu Keenan harus terlihat biasa saja. Ia juga melirik putra nya yang sedang duduk dengan Cheilo. Anak dan Ayah itu saling bertukar pandang, Jielon tersenyum senang sembari melihatkan deretan gigi mungilnya dan memberi semangat pada Daddy nya.
Jantung nya semakin berdegup kencang melihat pintu ruangan itu terbuka, ia melihat Abél berjalan mendekati nya di dampingi dengan Batara. Keduanya berjalan dengan elegan, bahkan beberapa tamu undangan sangat terkagum-kagum melihat Abél sekarang, sangat menawan.
Tepat di hadapan Keenan, Batara tersenyum tipis lalu memberikan tangan Abél pada Keenan.
“Saya serahkan permata berharga saya padamu, tolong jaga permata saya seperti saya menjaganya, tolong cintai dia.” Batara mengelus rambut Abél.
“Tentu, saya berjanji akan menjaga permata berharga anda seperti anda menjaganya.” Keenan tersenyum tulus, bahkan matanya sedikit berkaca-kaca melihat Abél sekarang.
Abél mengelus pipi Keenan dengan sayang. “Hey it's our wedding day, don't cry calon suamiku.” Senyuman indah Abél semakin membuat Keenan ingin menangis sekarang, tapi ia harus menahannya. Mungkin ia akan mengeluarkan tangisnya nanti malam ketika sedang berdua dengan Abél.
Di hadapan semua orang, Keenan mengucapkannya sumpah nya dengan gagah dan jelas. Membuat anggota keluarganya tersenyum bangga, bahkan Karen sudah menangis di pelukan bubu nya. Setelah Keenan mengucapkan sumpahnya, Abél menghela nafas panjang lalu balas mengucapkan sumpah sehidup semati nya dengan Keenan tanpa beban sedikitpun.
Setelah mengucapkan sumpah, Keenan memasangkan cincin di jemari lentik Abél lalu mengecupnya, begitupun sebaliknya. Abél melakukan hal yang sama pada Keenan.
Keduanya tersenyum bahagia, kini Keenan mendekatkan dirinya pada Abél bahkan ujung sepatu mereka bersentuhan. “Aku sangat mencintaimu, sayang.” Lalu ia menempelkan bibirnya ke bibir ranum Abél membuat tamu undangan bertepuk tangan dengan raut bahagia nya.
Bahkan Akim juga ikut menangis, entahlah ia bukan menangis karena Abél menikah dengan Keenan. Melainkan kaki nya di injak oleh Jeffry namun tidak berani menegur.
Teman-temannya hanya menertawakan Akim, bahkan Jielon ikut meledak Akim, namun berkat Jielon. Jeffry sadar bahwa ia telah menginjak kaki Akim.
“Loh keinjek? Maaf ya saya gak liat kamu di belakang saya. Lagipula kenapa kamu hanya diam saja?” Jielon mendecak. “Kak Akim nda belani bilang opa kalena opa selem tau.” Ujar Jielon tanpa beban membuat orang-orang disana gemas dengan putra semata wayang Keenan ini.
Resepsi dilakukan di gedung yang sama, semua tamu undangan mengucapkan selamat atas pernikahan Keenan dan Abél. Sekarang saatnya melempar bunga, hampir semua orang bersiap-siap untuk menangkap bunga itu.
“Satu…Dua…Tiga” keenan dan Abél melempar bunga itu, bahkan Karen dan Johan saling mendorong untuk mendapatkan bunga itu.
Namun sayangnya bunga itu malah datang ke Jielon yang sedang memakan puding. “Kok kesini sih? emang nya aku mau nikah ya?” Karen langsung menghampiri Jielon. “Kamu gak mungkin mau nikah sekarang kan Jie?” Orang-orang dewasa itu menertawakan Jielon dan Karen, bahkan Abél sudah memukul-mukul lengan Keenan.
“Nda, tapi nanti aku mau nikah sama Cheilo!” Ucap Jielon dengan lantang, membuat orang-orang tambah gemas dengan Jielon. Sedangkan Cheilo hanya menatap acuh sambil memakan puding nya, puding itu lebih penting dari Jielon. Pikir si kecil Cheilo.