Who?


Saat ini teman-teman Hivi sedang ada di rumah nya, mereka membawa beberapa makanan dan buah-buahan untuk Hivi yang baru sembuh dari sakit nya itu.

“Elah pi pi, belom juga lo berantem sama Bima udah kaya gini aja” Ujar Kalle sembari memakan apel yang tadi di kupas oleh Ona. “Gak ada berantem-berantem ya Hivi, kamu ini belum sembuh total gak usah aneh aneh” Omel Oscar.

Pria tampan itu memperhatikan Hivi dengan wajah datar nya, tangan nya masih terus memijat betis Hivi pelan. Entah kenapa, hawa ruangan ini mendadak dingin setelah Oscar mengatakan itu.

“Iyaa enggak kok, santai aja lo mah” Jawab Hivi di sertai kekehan, berusaha untuk mencairkan suasana lagi. “Eh pi lo tau gak?”

Prang!

Ada suara barang jatuh dari atas, lebih tepat nya dari kamar Hivi. Seolah menandakan ada seseorang di atas sana, mata Oscar mulai menajam. “Diam disini, jangan ada yang ke atas.” Ucap nya datar, lalu beranjak dari sana.

Ia mulai berjalan mendekati kamar Hivi, saat ia ingin membuka pintu kamar itu. Pintu itu terkunci dari dalam, Oscar memicingkan matanya. “Di kunci?” Lalu dengan sekejap saja pintu itu di dobrak oleh Oscar.

Nihil.

Tidak ada siapa-siapa disana, namun jendela kamar Hivi terbuka. Vas bunga yang biasa di letakan disana juga entah hilang kemana, hanya ada bekas tanah disana.

Oscar mendekat ke arah jendela, lalu melihat ke bawah. Ia melihat ada dua orang dengan pakaian serba hitam berlarian menuju mobil mereka, dan hendak pergi dari sana.

Oscar membuka laci nakas Hivi, ia sempat menaruh pistol disana.

Dor! Dor!

Tepat sasaran, Oscar menembak ban mobil orang itu. “Kita liat mereka mau ngapain” Ucap nya di sertai senyum menyeringai.

Salah satu orang itu keluar dan mengecek ban belakang mereka, lalu melihat ke atas. Oscar sedang tersenyum sembari mengacungkan jari tengah nya.

Orang itu menghiraukan Oscar dan ingin masuk ke dalam mobil lagi. Namun sayang nya, Oscar menembak kepala orang itu hingga membuat orang itu langsung terjatuh tidak berdaya.

“Satu aja cukup kali ya? kalo dua dua nya gua bunuh malah gua yang repot harus bakar mayat mereka, kalo gini kan bisa di bawa sama yang satu nya” Gumam nya dengan muka yang masih menatap datar ke arah orang-orang itu.

Oscar berbalik badan, matanya langsung tertuju pada kotak merah yang ada di atas kasur Hivi.

Oscar mendekat, lalu mengambil kotak itu dan membukanya.

Di dalam nya ada sebuah kertas, dengan bunga mawar putih yang di hiasi dengan warna merah darah disana. “Bunga nya cantik, i like it” Lalu ia membuang bunga itu, Oscar mengambil kertas itu dan membacanya.

Hallo, Elder

Saya rasa sudah lama sekali kita tidak berjumpa, mungkin semenjak lulus SMA? Elder Elder, nama itu terus menghantui pikiran saya.

Elder, apa yang harus saya lakukan? saya sudah melakukan apa yang kamu perintahkan, tapi mengapa orang tua itu terus menghantui saya? Elder saya takut, tapi kenapa kamu seperti tidak perduli dengan saya? kenapa Elder?

Apa karena kamu sudah mempunyai suami? atau kamu emang sudah tidak perduli lagi dengan saya?

Pertanyaan itu terus mengganggu pikiran saya, namun saya paham sekarang. Kamu tidak mau membantu saya karena saya membunuh salah satu anggota kamu ya? maaf Elder, tapi sebentar lagi saya akan membunuh kamu, serta suami kecilmu itu.

Sampai jumpa lagi Elder, saya akan menemuimu beberapa hari lagi, I love you.

“Sampah, let's see who will die first. And I will make your death remembered by many people, like your Mother? Haha.” Oscar tersenyum manis, lalu membakar kertas itu di depan foto pernikahan nya dengan Hivi.

Lalu ia mengambil foto itu. “Sayang, maaf ya? hanya sebentar kok, saya gak mau orang-orang sampah ini mencelakai kamu. Urusan mereka dengan saya, bukan dengan kamu” Oscar memandang wajah Hivi yang terlihat bahagia di foto itu. Lalu mengelus nya perlahan sebelum ia menaruh foto itu di tempatnya.