Rumah kecil Mou
Setelah menempuh perjalanan sekiranya 30 menitan dari rumah Kheitara, kini mereka sampai di suatu tempat yang belum pernah Kheitara datangi sebelumnya.
Saat keluar dari dalam mobil Kheitara mengeryit heran, mau apa sebenarnya? bisa di bilang mereka ada disuatu tempat yang di kelilingi sama pohon, dan di sebelahnya itu ada danau dan kursi yang tersedia disana.
Banyak bunga-bunga yang tertanam disini, lebih mirip taman namun tidak terlalu. Entah lah, Kheitara bingung mengartikannya.
“Mou kita mau apa?” tanyanya.
“Nanti juga tau, ayo ikut gua. Bukan disini tempatnya, tapi agak ke dalem sedikit,” lelaki bersurai gelap itu menggandeng tangan Kheitara dan berjalan membawa Kheitara menjauh dari sana.
Setibanya mereka di tempat yang di maksud Mozza, Kheitara tertegun dengan apa yang ia lihat.
Rumah pohon...
Pantas saja saat di perjalanan Mozza mengatakan bahwa tempat ini adalah keinginan hampir seluruh anak kecil.
Ternyata benar, rumah pohon. Dulu ia juga pernah meminta itu pada Mami Papinya, namun sampai sekarang belum diturutin.
“Mou ini? milikmu..” tanyanya sambil menunjuk rumah pohon di depannya itu.
Mozza tersenyum dibuatnya, sampai kedua matanya membentuk bulan sabit. Lelaki April itu mengangguk, lalu mengajak Kheitara untuk masuk kedalam rumah pohon.
Rumah pohon ini dibangun saat Mozza berumur 5 tahun, dulu rumah pohon ini tak sebagus sekarang. Namun sekarang sudah banyak yang berbeda karena sudah diubah sama Mozza dan teman-temannya, didalam rumah pohon itu terdapat banyak polaroid yang tertempel di dinding nya.
Foto-foto Mozza saat kecil, foto saat pertama kali ia bertemu dengan teman-temannya, semuanya ada.
Tak jarang juga mereka menyebut ini rumah kenangan, sebab di rumah pohon itu terdapat banyak kenangan yang mereka buat sejak kecil.
“Khei mau foto gak?” tanya lelaki april itu sembari mengangkat sebuah kamera polaroid.
“Boleh?” “Boleh cantik.”
Senyum Kheitara mengembang mendengar itu, Mozza yang memotret Kheitara pun senyumnya tak luntur sedikit pun, ia mengagumi subjek fotonya kali ini. Kheitara Abhista, si cantik miliknya.
“Liat Khei, cantikkan?” Mozza menunjukan polaroid di tangannya, poloroid Kheitara sedang tersenyum cerah sembari memegang foto dirinya saat kelulusan SMA.
“Iya.. aku cantik Mou?” “Selalu, kamu selalu cantik.”