Malam harinya Keenan segera bergegas menuju rumahnya, setelah membuka pintu itu Keenan langsung berlari menuju kamarnya. Sama sekali tidak menghiraukan panggilan orang-orang yang ada disana.
Tanpa mengetuk pintu, Keenan langsung membuka pintu itu. Ia melihat Abél sedang duduk di depan cermin, mata nya sembab, lesuh.
Keenan menghampiri Abél, pria itu berdiri di belakang Abél.
“Udah puas sama Karen nya?”
“Abél..”
Abél berdiri lalu memukul Keenan. “Kenapa kamu lakuin ini kak? kenapa? kamu selalu sibuk sama Karen, setiap aku chat kamu, jawaban kamu pasti sibuk sibuk sibuk. SIBUK APA KAK? kamu sibuk ladenin Karen huh? kamu sebenernya serius gak sih kak sama aku, kak kamu itu cinta pertama aku. Kenapa kamu kaya gini?” Keenan langsung memeluk tubuh Abél. Menahan tangan Abél agar tidak memukuli nya.
“Sayang maaf, aku keterlaluan banget ya? maaf sayang, maaf. Aku gak mikirin kedepannya, aku cuma mau ngasih kamu kejutan. Maaf cara aku salah, harusnya aku gak kaya gini, Karen itu kembaran aku, dia dari kecil udah di Amerika sama oma, sampe sekarang dia jadi idol. Aku minta bantuan Karen buat ngelakuin ini semua, maaf sayang. Maaf aku udah nyakitin kamu, hati nya sakit ya? capek ya ngadepin aku? maafin aku.”
“Kamu serius gak sama aku?”
“Aku serius sama kamu sayang, aku serius. Aku gak main-main soal omongan aku waktu itu. Aku gak mungkin punya hubungan sama orang lain sedangkan disini aku udah punya kamu. Abélluna Laurens, orang yang paling aku cintai.”
Abél masih terus terisak di dalam dekapan Keenan, pria yang lebih dewasa itu terus membisikkan kata-kata penenang di telinga Abél.
“A-aku maafin kamu.” Ucap Abél yang semakin terisak, bahkan buat ngomong pun susah.
“Terima kasih sayang, sekali lagi maaf ya, aku udah bikin hati kamu sakit.”
Keenan mengelus punggung tubuh yang lebih kecil itu. Keenan mencium kening Abél, setelahnya ia masih terus membisikkan kata-kata penenang buat Abél.
Butuh sekitar 15 menit agar Abél kembali tenang, pria yang sedang menangis itu mendongak menatap Keenan.
Melihat Abél, Keenan langsung tersenyum lalu mengecup kedua mata sembab Abél.
“Maaf udah buat mata indah kamu menangis.”
Abél mengangguk lalu memeluk leher Keenan, minta di gendong. Keenan yang peka langsung menggendong Abél ala koala.
“Kamu udah tenang? aku mau nunjukin sesuatu.”
“Nunjukin apa?” Abél mengerucut bibir nya.
“Sesuatu.”
Keenan langsung membawa Abél ke ruang keluarga, di bawah lampu nya mati. Sangat gelap. Membuat Abél semakin mengeratkan pelukannya pada leher Keenan.
“Kenapa gelap banget? kamu lupa bayar listrik ya? tapi di kamar kamu lampu nya nyala kok.” Ucap Abél dengan ekspresi polosnya. Keenan emang gak liat ekspresi Abél sebab sekarang benar-benar gelap.
“Tutup mata kamu, dalam hitungan ke tiga buka mata kamu okey?”
Abél mengangguk.
“1..2..3..”
Abél langsung membuka matanya mendengar suara dari orang-orang yang ada disana. Semuanya ada disana, termasuk Karen.
“I-ini ada apa?”
“Hallo kamu pasti Abél kan? aku Karen. Kembaran Keenan, maaf ya aku gak bermaksud apa-apa kok beneran. Ini semua salah dia.” Ucap Karen dengan tidak berdosa sambil menunjuk Keenan.
“Kaka kenapa di gendong daddy? oiya kaka udahan dong nangisnya, kasian mata kaka.” Ucap si kecil yang sedang berada di gendongan opa nya.
Mendengar itu Abél langsung membenamkan wajahnya di cengkuk leher Keenan.
Yang lain hanya menahan tawa melihat Abél yang sedang malu karena perkataan Jielon
Bahkan di ruang keluarga sudah di desain sedemikian rupa oleh mereka, disana juga ada pohon yang di hiasi dengan foto Keenan, Abél dan Jielon.
“Udah udah, mending kamu liat di kolam” Ucap Winza.
Kejutan intinya ada disana.
Keenan langsung membawa Abél menuju kolam, hanya mereka berdua. Sesampainya disana Keenan menurunkan Abél dari gendongan nya.
Abél menatap kagum. Banyak lampu lampu disana, di atas air kolam terdapat namanya. Bahkan disana ada sebuah ranjang yang di atasnya terdapat bunga mawar yang di bentuk heart.
“Kak ini maksudnya apa?”
Alih-alih menjawab pertanyaan Abél. Keenan langsung memeluk pinggang Abél lalu menunjuk ke arah langit.
Disana tiba-tiba aja banyak drone yang membentuk suatu kalimat.
Sorry I made you hurt
I love you
Will you do me the honour of becoming my wife?
Lalu tiba lagi drone yang membentuk sebuah cincin pernikahan.
Abél kembali menitikkan air matanya, ia langsung memeluk Keenan.
“Yes, I give you the honor to be my future husband.”
Bukan hanya Abél. Keenan juga menitikkan air matanya mendengar jawaban orang yang di cintai nya itu.
“Terima kasih sayang.” Keenan langsung menciumi setiap inci muka Abél, yang terakhir ia mencium bibir ranum itu.
“Kamu berhutang penjelasan ke aku kak, jelasin semuanya. Aku gak mau tau, harus jelas.”
Dengan santai nya Keenan mengangguk lalu menggendong Abél yang menuju ranjang yang ada disana.