Bou


Setelah dari arena Hivi pergi ke Indomaret dulu untuk membeli beberapa camilan untuknya di rumah.

“Sayang ih aku mau nya itu.” Suara wanita itu terdengar seperti orang yang sedang merajuk, Hivi yang kepo langsung mencari sumber suara itu dan melihat sepasang kekasih dan satu bocah yang sedang memeluk permen.

“Sebia, permen itu cuma ada 1 bungkus dan itu lebih dulu di ambil sama anak kecil ini, kamu cari permen lain aja dan cepat bayar. Saya sudah capek, buruan saya tunggu di kasir.” Suara bariton itu cukup membuat Hivi terdiam, dan semakin memperhatikan mereka.

“Ck harusnya kakak yang dapet permen itu, bukan kamu bocah sialan.” Celetuk Sebia sambil mendorong anak kecil itu.

“Dia lebih kaya nenek lampir dari Neona, ck ck sama anak kecil aja berantem gimana kalo udah punya anak. Kasian sih gua sama si mas mas tadi, mana ganteng lagi.”

“Kasian sama saya?” Suara lelaki itu mengagetkan Hivi. “Loh? bukannya tadi di kasir?”

“Saya tau kamu nguping jadi saya diam-diam berdiri di belakang kamu.”

“Oh gitu, hehe. Yaudah gua duluan ye, itu tuh tuh pacar lo nyariin.” Ucap Hivi sambil menunjuk-nunjuk Sebia dan langsung pergi meninggalkan lelaki itu.

“Dia kenapa sih?”


Hivi mengendarai motor nya dengan kecepatan sedang, dan sial nya lampu motor Hivi mendadak mati jadi ia hanya mengandalkan lampu jalanan yang cukup remang-remang di area situ.

Hivi mulai memelankan motornya karena takut menabrak seseorang, pemuda itu bahkan sudah menguap karena emang sudah ngantuk. Saat ia mulai memfokuskan pandangan ke depan lagi tiba-tiba saja ia menabrak mobil.

Lelaki yang mobilnya di tabrak Hivi langsung turun dan melihat mobilnya terdapat baretan yang terlihat sangat jelas.

Hivi juga turun dari motornya dan menghampiri lelaki itu.

“Kalo pake motor tuh hati-hati, lampu nya di nyalain. Kamu itu masih muda, jangan gaya-gaya an matiin lampu. Sekarang kamu liat kan? ganti rugi.” Ucap lelaki itu tanpa memandang muka pemuda di depannya.

Hivi menatap lelaki itu. “Maaf mas, lampu motor saya tiba-tiba mati dan saya juga masih waras buat gak matiin lampu.”

Lelaki itu menatap muka Hivi lamat-lamat dan berkata. “Saya tidak perduli alasan kamu, ini kartu nama saya. Hubungi nomor itu, dan segera ganti rugi, udah sana pergi. Saya males liat muka kamu.” Ujar Lelaki itu dengan nada datarnya dan masuk lagi ke dalam mobil lalu segera pergi dari sana.

“Apaan sih anjing, dia nyuruh gua pergi tapi dia yang pergi. Lagian dia siapa sih, iya gua tau gua salah tapi dia ngeselin banget bangsat. Siapa sih ini namanya” Hivi melihat kartu nama yang di kasih lelaki tadi.

“Oscar willonder?”

“OSCAR ANJING GUA SUMPAHIN LO DAPET BINI YANG GALAK BIAR LO TERSIKSA!!”


Seperti yang mereka bahas di grup chat mereka, kini Hivi dan teman-temannya mengendarai motornya menuju arena yang biasa di pakai.

Hivi dan teman-temannya memarkirkan motornya di tempat yang biasa mereka gunakan untuk parkir, yang pasti itu area cuma ada motor mereka.

“Woi Hivi, jadi turun lo?” Ujar Laskar disertai tawa dan merangkul pinggang Hivi.

Hivi yang di perlakukan seperti itu entah kenapa malah memeluk Laskar. “Jelas dong, 10jt bre gak bakal gua lewatin.” Laskar hanya menanggapi nya dengan tawa serta membalas pelukan Hivi.

Neona yang sudah muak lihat itu langsung pura-pura batuk. “Just info aja nih ya, elu berdua disini buat balapan bukan buat pelukan. Ck ck dasar anak muda.” Mendengar ucapan Neona, Laskar malah semakin memeluk Hivi hingga membuat sepatu Neona terbang dan jatuh di atas kepalanya.

Iya Neona sudah muak dan melemparkan sepatu nya pada Laskar, setelah itu baru pelukan Laskar dan Hivi terlepas.

“Hahaha lo udah kaya nenek lampir na, cocok sama si Akram.” Ledek Hivi sambil memukul pundak Neona pelan dan pergi menghampiri teman-temannya.

“Ck ck dasar anak muda” Neona melipat tangannya di dada sambil menggelengkan kepalanya.

“Iya deh elu mah udah nenek nenek, udah lah ayo.” Celetuk Katharine lalu menarik Neona.


Hivi dan Laskar mengendarai motornya menuju garis start, mereka berdua sama-sama memakai helm full face yang membuat mereka semakin terlihat keren, bahkan cewek-cewek banyak yang berteriak cuma karena mereka berdua.

“Hati-hati vi, semalem abis hujan kalo lo lupa.” Inget Laskar pada Hivi yang di balas acungan jempol dari Hivi.

Keduanya langsung menancapkan gas setelah mendengar suara tembakan.

Motor Hivi dan Laskar langsung berlomba-lomba mendahului satu sama lain, untuk sekarang posisi Hivi sudah jauh di depan Laskar.

Laskar langsung membawa motornya dengan kecepatan tinggi, bahkan lebih cepat dari sebelumnya untuk mengalahkan Hivi.

Namun sayangnya Hivi jauh lebih berpengalaman dalam hal balapan, balapan kaya gini udah jadi makanan tiap hari buat Hivi. Motor Hivi tetap berada di depan Laskar, sampai ia melihat garis finish Hivi langsung tancap gas dan sampai di garis finish lebih dulu dari Laskar.

Suara sorakan terdengar, bahkan Neona dan Katharine juga menyoraki Hivi. Entahlah mereka cuma ikutan, sedangkan Reno dan Kalle sibuk menutup telinga mereka sebab teriakan Neona dan Katharine cukup membuat telinga mereka sakit.

Hivi dan Laskar turun dari motornya, Laskar langsung mengucapkan selamat pada Hivi. “Emang beda ya raja jalanan mah, gua yang gak pernah kalah aja langsung kalah kalo balap sama lo.” Hivi merangkul pundak Laskar. “Aelah gini doang mah biasa, lagian kemampuan lo gak jauh beda dari gua. Ya paling butuh sedikit latihan haha.” Jawab Hivi dengan nada bergurau.

“Hahaha iya lo bener, thanks ya udah nerima tawaran gua. Nih duit lo, kapan-kapan kita balapan lagi, gua jamin gua yang bakal menang.” Laskar memberikan segepok uang pada Hivi dan langsung diterima dengan senang hati.

“Boleh, gua tunggu. Thanks ya duit nya, lumayan haha.”

“Mau lo buat apa duit nya vi?”

“Sebagian mau gua sumbangin ke panti, sebagian buat apa aja lah suka-suka gua haha. Yaudah gua duluan ya? takut kena amuk Ibun.” Pamit Hivi pada Laskar dan teman-temannya sebelum ia pergi meninggalkan arena.


Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Keenan maupun Abél, hari dimana mereka akan mengucapkan janji suci di hadapan banyak orang.

Keenan berdiri di depan cermin melihat dirinya di pantulan cermin, Pria tampan itu sedang membayangkan bagaimana penampilan Abél sekarang. Pasti sangat cantik.

Ia tersenyum senang, membuat dirinya semakin terlihat tampan. Tak lama setelah itu ia mendengar ketukan pintu, pintu itu terbuka menampilkan Teza yang sedang tersenyum bangga menatap putranya.

Teza berjalan mendekati Keenan, merapikan kerah dan rambut Keenan.

“Kamu tampan, seperti papa kamu.” Celetuk Teza dengan mata berkaca-kaca. Keenan merengkuh pinggul Teza, ia tau bubu nya pasti akan menangis nanti.

“Tentu, Keen kan anak bubu, pastinya tampan.” Teza mengangguk lalu memeluk Keenan.


Keenan berdiri dengan gagahnya menunggu Abél yang sebentar lagi masuk ke dalam ruangan tersebut, Keenan gugup bahkan sekarang jantung nya berdegup kencang, walaupun begitu Keenan harus terlihat biasa saja. Ia juga melirik putra nya yang sedang duduk dengan Cheilo. Anak dan Ayah itu saling bertukar pandang, Jielon tersenyum senang sembari melihatkan deretan gigi mungilnya dan memberi semangat pada Daddy nya.

Jantung nya semakin berdegup kencang melihat pintu ruangan itu terbuka, ia melihat Abél berjalan mendekati nya di dampingi dengan Batara. Keduanya berjalan dengan elegan, bahkan beberapa tamu undangan sangat terkagum-kagum melihat Abél sekarang, sangat menawan.

Tepat di hadapan Keenan, Batara tersenyum tipis lalu memberikan tangan Abél pada Keenan.

“Saya serahkan permata berharga saya padamu, tolong jaga permata saya seperti saya menjaganya, tolong cintai dia.” Batara mengelus rambut Abél.

“Tentu, saya berjanji akan menjaga permata berharga anda seperti anda menjaganya.” Keenan tersenyum tulus, bahkan matanya sedikit berkaca-kaca melihat Abél sekarang.

Abél mengelus pipi Keenan dengan sayang. “Hey it's our wedding day, don't cry calon suamiku.” Senyuman indah Abél semakin membuat Keenan ingin menangis sekarang, tapi ia harus menahannya. Mungkin ia akan mengeluarkan tangisnya nanti malam ketika sedang berdua dengan Abél.

Di hadapan semua orang, Keenan mengucapkannya sumpah nya dengan gagah dan jelas. Membuat anggota keluarganya tersenyum bangga, bahkan Karen sudah menangis di pelukan bubu nya. Setelah Keenan mengucapkan sumpahnya, Abél menghela nafas panjang lalu balas mengucapkan sumpah sehidup semati nya dengan Keenan tanpa beban sedikitpun.

Setelah mengucapkan sumpah, Keenan memasangkan cincin di jemari lentik Abél lalu mengecupnya, begitupun sebaliknya. Abél melakukan hal yang sama pada Keenan.

Keduanya tersenyum bahagia, kini Keenan mendekatkan dirinya pada Abél bahkan ujung sepatu mereka bersentuhan. “Aku sangat mencintaimu, sayang.” Lalu ia menempelkan bibirnya ke bibir ranum Abél membuat tamu undangan bertepuk tangan dengan raut bahagia nya.

Bahkan Akim juga ikut menangis, entahlah ia bukan menangis karena Abél menikah dengan Keenan. Melainkan kaki nya di injak oleh Jeffry namun tidak berani menegur.

Teman-temannya hanya menertawakan Akim, bahkan Jielon ikut meledak Akim, namun berkat Jielon. Jeffry sadar bahwa ia telah menginjak kaki Akim.

“Loh keinjek? Maaf ya saya gak liat kamu di belakang saya. Lagipula kenapa kamu hanya diam saja?” Jielon mendecak. “Kak Akim nda belani bilang opa kalena opa selem tau.” Ujar Jielon tanpa beban membuat orang-orang disana gemas dengan putra semata wayang Keenan ini.

Resepsi dilakukan di gedung yang sama, semua tamu undangan mengucapkan selamat atas pernikahan Keenan dan Abél. Sekarang saatnya melempar bunga, hampir semua orang bersiap-siap untuk menangkap bunga itu.

“Satu…Dua…Tiga” keenan dan Abél melempar bunga itu, bahkan Karen dan Johan saling mendorong untuk mendapatkan bunga itu.

Namun sayangnya bunga itu malah datang ke Jielon yang sedang memakan puding. “Kok kesini sih? emang nya aku mau nikah ya?” Karen langsung menghampiri Jielon. “Kamu gak mungkin mau nikah sekarang kan Jie?” Orang-orang dewasa itu menertawakan Jielon dan Karen, bahkan Abél sudah memukul-mukul lengan Keenan.

“Nda, tapi nanti aku mau nikah sama Cheilo!” Ucap Jielon dengan lantang, membuat orang-orang tambah gemas dengan Jielon. Sedangkan Cheilo hanya menatap acuh sambil memakan puding nya, puding itu lebih penting dari Jielon. Pikir si kecil Cheilo.


Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Keenan maupun Abél, hari dimana mereka akan mengucapkan janji suci di hadapan banyak orang.

Keenan berdiri di depan cermin melihat dirinya di pantulan cermin, Pria tampan itu sedang membayangkan bagaimana penampilan Abél sekarang. Pasti sangat cantik.

Ia tersenyum senang, membuat dirinya semakin terlihat tampan. Tak lama setelah itu ia mendengar ketukan pintu, pintu itu terbuka menampilkan Teza yang sedang tersenyum bangga menatap putranya.

Teza berjalan mendekati Keenan, merapikan kerah dan rambut Keenan. “Kamu tampan, seperti papa kamu.” Celetuk Teza dengan mata berkaca-kaca. Keenan merengkuh pinggul Teza, ia tau bubu nya pasti akan menangis nanti. “Tentu, Keen kan anak bubu, pastinya tampan.” Teza mengangguk lalu memeluk Keenan.


Keenan berdiri dengan gagahnya menunggu Abél yang sebentar lagi masuk ke dalam ruangan tersebut, Keenan gugup bahkan sekarang jantung nya berdegup kencang, walaupun begitu Keenan harus terlihat biasa saja. Ia juga melirik putra nya yang sedang duduk dengan Cheilo. Anak dan Ayah itu saling bertukar pandang, Jielon tersenyum senang sembari melihatkan deretan gigi mungilnya dan memberi semangat pada Daddy nya.

Jantung nya semakin berdegup kencang melihat pintu ruangan itu terbuka, ia melihat Abél berjalan mendekati nya di dampingi dengan Batara. Keduanya berjalan dengan elegan, bahkan beberapa tamu undangan sangat terkagum-kagum melihat Abél sekarang, sangat menawan.

Tepat di hadapan Keenan, Batara tersenyum tipis lalu memberikan tangan Abél pada Keenan. “Saya serahkan permata berharga saya padamu, tolong jaga permata saya seperti saya menjaganya, tolong cintai dia.” Batara mengelus rambut Abél. “Tentu, saya berjanji akan menjaga permata berharga anda seperti anda menjaganya.” Keenan tersenyum tulus, bahkan matanya sedikit berkaca-kaca melihat Abél sekarang.

Abél mengelus pipi Keenan dengan sayang. “Hey it's our wedding day, don't cry calon suamiku.” Senyuman indah Abél semakin membuat Keenan ingin menangis sekarang, tapi ia harus menahannya. Mungkin ia akan mengeluarkan tangisnya nanti malam ketika sedang berdua dengan Abél.

Di hadapan semua orang, Keenan mengucapkannya sumpah nya dengan gagah dan jelas. Membuat anggota keluarganya tersenyum bangga, bahkan Karen sudah menangis di pelukan bubu nya. Setelah Keenan mengucapkan sumpahnya, Abél menghela nafas panjang lalu balas mengucapkan sumpah sehidup semati nya dengan Keenan tanpa beban sedikitpun.

Setelah mengucapkan sumpah, Keenan memasangkan cincin di jemari lentik Abél lalu mengecupnya, begitupun sebaliknya. Abél melakukan hal yang sama pada Keenan.

Keduanya tersenyum bahagia, kini Keenan mendekatkan dirinya pada Abél bahkan ujung sepatu mereka bersentuhan. “Aku sangat mencintaimu, sayang.” Lalu ia menempelkan bibirnya ke bibir ranum Abél membuat tamu undangan bertepuk tangan dengan raut bahagia nya.


Tepat pukul 06.00 pagi Abél bangun terlebih dahulu, sepasang tangan kekar melingkar di pinggang rampingnya nya.

Abél tersenyum tipis, tangannya memainkan tangan Keenan yang menurutnya itu sangat besar.

“Kenapa tangan kamu besar banget, tangan aku gak gitu.” Lelaki manis itu mengerucutkan bibirnya, dengan perlahan Abél berbalik agar Keenan tidak terbangun.

“Morning sayang.” Lelaki tampan itu terbangun gara-gara Abél memainkan tangannya.

“Loh kok udah bangun?”

“Kamu tadi mainin tangan aku, aku pikir kamu pergi.”

“Gimana bisa pergi pak? ini tangan erat banget meluk nya haha.” Ucap Lelaki manis itu sambil mencium pipi Keenan.

“Morning kak, hari ini berangkat kerja?” Lanjut Abél.

Alih-alih menjawab Keenan semakin membawa Abél ke dalam dekapannya, seolah-olah Abél ingin pergi jauh darinya, mendusalkan wajah tampannya di cengkuk leher si manis.

“Engga, aku mau di rumah aja sama kamu sama Jielon.”

“Tapi kan Jielon bentar lagi juga berangkat sekolah.”

“Kata siapa? libur katanya, gatau juga kenapa. Tadi malem gurunya bilang di grup orang tua kalo sekolah Jielon libur dulu.” Jelas Keenan.

“Ohh gitu, yaudah lepas. Aku mau masak dulu, kamu gak mau sarapan emang?” Sewot Abél.

“Mau lah, morning kiss dulu dong.” Keenan menunjukkan bibirnya.

Abél memukul bibir Keenan. “Belum sah, gaboleh cium bibir.” Ucap Abél sembari menekan-nekan bibir Keenan.

Lelaki tampan itu cemberut, menunjukan puppy eyes nya pada Abél. Yang di tatap seperti itu hanya memutar kedua bola matanya malas.

“Dasar bayi.” Kemudian memberikan kecupan halus di bibir si tampan, membuat Keenan tersenyum puas.

“Yaudah yuk, aku mau bantu kamu masak.”

“Gausah, kamu bantu potong-potong aja.”

“Potongnya pake apa?”

“Ya pake pisau lah, pake apa lagi emang.”

“Potong sayur kan? aku waktu itu pake gunting bél.”

Abél menghela nafas panjang. “Kamu motong sayur apa?”

“Wortel.”

Abél hanya bisa tersenyum kecut mendengar ucapan Keenan, sudahlah.

Selesai sikat gigi dan cuci muka. Keenan dan Abél turun ke bawah, lebih tepatnya menghampiri dapur.

Bahan makanan di kulkas lengkap, dari kulkas nyimpen bahan-bahan sampai kulkas yang isinya Snack dan minuman. Abél sendiri yang isi.

“Hmm aku mau masak apa ya.” Abél meletakkan telunjuk nya di dagu, melihat bahan-bahan di dalam kulkas.

“Sayang, aku mau sayur sop. Sama ayam kecap, kamu bisa bikin kan?”

“Gampang itu mah, ada lagi gak? buat prince.” Keenan berfikir sejenak.

“Prince apa ya? Jielon suka semua, tapi akhir-akhir ini dia sering minta puding susu.”

“Puding susu ya? oke deh. Kak kamu tolong potongin wortel sama kentang nya ya, jangan besar besar banget. Aku mau cuci ini dulu.”

“Siap sayang.” Keenan segera mengerjakan perintah Abél. Untungnya berjalan dengan lancar.

Beberapa saat kemudian, kedua orang dewasa itu sedang sibuk dengan apa yang mereka kerjakan. Keenan sibuk masukin puding itu ke dalam cetakan sedangkan Abél menata masakan nya di atas meja makan.

“Daddy.. Kakaa..” Panggil si kecil yang masih memejamkan mata, namun tangannya meraba sekitar.

Melihat Jielon, Keenan sama Abél tertawa gemas, sang Daddy langsung menghampiri putra kesayangannya lalu menggendong Jielon.

“Morning sayang, masih ngantuk hm?” Ucap Keenan sambil menciumi pipi gembul Jielon.

“Hu'um” Jielon memeluk leher Keenan, menyamankan posisinya.

Abél tersenyum gemas melihat interaksi Ayah dan Anak itu.

“Jagoan cuci muka gih sama Daddy, kaka udah bikin puding susu loh. Katanya kamu mau puding susu.” Ucap Abél sembari membelai Jielon.

“Puding susu!!” Si kecil langsung membuka kedua matanya, tersenyum menampilkan deretan gigi mungil nya.

“Daddyy ayo cuci muka, Jie mau nyam nyam puding susuu.” Lanjut Jielon.

“Iyaa jagoan, ayo.”


Pikiran Ketlan berkecamuk melihat Navindra sedang duduk sendirian di ayunan depan rumahnya. Tatapannya kosong, bahkan baju yang di pakai Navindra terdapat beberapa bercak darah.

Tanpa pikir panjang Ketlan turun dari motornya lalu berjalan mendekati Navindra.

“Loh Na? katanya kamu pergi sama Abas? kok ada disini.” Ucap pemuda tampan itu, ia duduk di samping Navindra sambil menggenggam tangan pacarnya itu.

“Iya, tadi Abas gak jadi. Soalnya dia pergi sama bang Mada aja, makanya aku di rumah nungguin kamu.” Jawab Navindra dengan senyuman manis di wajahnya.

Ketlan mengecup punggung tangan Navindra. “Yuk?”

“Mau kemana?” Tanya Navindra bingung.

“Kan aku mau ajak kamu ke taman Na, masa kamu lupa sih.” Bukannya menjawab Navindra hanya diam mematung.

“Na?”

“Eh iya ayo.”

Navindra mengikuti Ketlan menuju motor yang terparkir di halaman rumahnya.

Suasana malam sangat dingin, Ketlan sampai menggigil padahal pemuda itu sudah memakai Hoodie.

Sedangkan Navindra hanya diam memeluk Ketlan sambil melihat sekeliling. Navindra suka.

“Na, aku ketemu mainan kesukaan kamu. Ternyata itu ada di gudang.” Ucap Ketlan sedikit berteriak.

Tidak ada balasan dari Navindra.

“Na? kamu denger aku gak?” Ucap Ketlan lagi sambil sedikit menengok ke belakang.

“Apaa? aku gak denger.” Jawab Navindra mendekatkan mukanya ke helm Ketlan.

“Aku ketemu mainan kesukaan kamu sayang.”

“Hahaha iyaa? aku mau liat, kamu bawa kan?”

“Bawa kok.”

Diperjalanan mereka banyak mengobrol sampai tidak sadar sekarang sudah sampai di taman yang mereka tuju. Entah kenapa malam ini taman sangat sepi, bahkan hanya mereka berdua yang ada disana, tidak seperti biasanya.

“Tumben banget ya taman malam ini sepi, biasanya ada aja orang yang dateng kesini.”

Ucapan Ketlan di angguki Navindra. “Iya juga ya, gak kaya biasanya.”

“Yaudah yuk, duduk disana.” Ketlan menunjuk kursi panjang yang ada di bawah pohon.

Pemuda itu menarik tangan kekasihnya sambil tertawa. Navindra hanya tersenyum, mengikuti kemana Ketlan membawanya.

Navindra duduk di sebelah Ketlan, ia memeluk tubuh bidang kekasihnya itu.

Entah kenapa Ketlan sekarang sedikit merinding, namun ia tepis pikiran negatifnya. Bisa aja karena dingin makanya dia merinding.

Pemuda itu mengecup kening Navindra, tangannya mengelus tubuh Navindra yang sedang ada di dalam dekapannya. Berusaha membuat tubuh itu merasa hangat.

“Mana mainan nya?” Tanya Navindra sambil mendongakkan kepalanya.

“Oiya, kamu tunggu disini ya? aku mau ambil mainannya.”

Navindra mengangguk semangat. “Iya iya! gih kamu ambil, aku mau liat.”

“Haha sabar sayangg.”

Ketlan sedikit berlari menjauh dari Navindra, ia menuju motornya untuk mengambil mainan Navindra.

Boneka.

Iya, mainan kesukaan Navindra itu boneka. Boneka kembar, yang satu emang ada di Navindra. Namun yang satu lagi ketinggian di rumah Ketlan.

“Aku masih heran kenapa kamu suka banget sama boneka ini, padahal ini boneka lumayan serem.” Ujar Ketlan sambil menggelengkan kepalanya.

Ketlan berlari ke Navindra yang sedang melambaikan tangannya, bahkan tawa Navindra terdengar dari kejauhan. Setiap tawa Navindra, hembusan angin kencang menghampiri mereka.

“Ini kan sayang? tenang aja, gak aku apa-apain kok.” Ketlan memberikan boneka itu padahal Navindra.

Navindra sangat senang, bahkan pemuda itu langsung memeluk boneka itu.

“Yeyy, boneka Nevan ketemu.” Pemuda itu tertawa senang.

Ketlan mengerutkan keningnya heran, siapa Nevan?

Melihat Navindra yang sedang tertawa senang. Ketlan ikut tertawa, namun tiba-tiba ada notif dari Abas.

Ketlan membaca pesan itu, bulu kuduknya berdiri. Hembusan angin semakin kencang, bahkan tawa Navindra yang tadinya biasa saja sekarang semakin nyaring.

Dengan perlahan Ketlan menoleh ke arah Navindra.

Ia melihat Navindra penuh darah, banyak darah yang keluar dari mulutnya. Di leher nya terdapat bekas jahitan yang masih berlumuran darah, tangan Navindra masih terus memainkan boneka itu.

“Yey yey boneka Nevan ketemu hihihi.”

“Na?”

Navindra yang melihat raut muka Ketlan yang ketakutan semakin tertawa, bahkan Navindra memukul-mukul boneka itu ke senderan kursi.

“Hihi kenapa Ketlan? kamu sudah tau ya aku bukan Navindra?”

Tubuh Ketlan membeku, Navindra mendekat menatap lekat wajah tampan Ketlan. Lalu kembali duduk di tempatnya sambil memeluk boneka itu.

“Na, kamu..”

“Hihi aku bukan Navindra, aku Nevandra kembaran Navindra, mirip kan.” Kepala Nevandra menggelinding ke bawah.

“Uppss gak sengaja.” Kepala itu terus tertawa melihat Ketlan yang sudah sangat ketakutan karena nya.

Untungnya beberapa saat kemudian badan Ketlan bisa di gerakan lagi. Ketlan langsung pergi meninggalkan Nevandra yang terus memanggilnya.

“Ketlan, jangan tinggalin aku hihihi.”

Ketlan sudah pergi jauh dari sana dengan perasaan tidak karuan, di tambah lagi jalanan malam ini sangat sepi.

“Pacar Navindra lucu, aku suka.” Ucap Nevandra, ia mengambil kepala nya yang tadi tergelinding lalu memasangnya lagi.

Penampilan Nevandra kembali seperti semula, sebagaimana seorang pemuda biasa yang sedang duduk di kursi taman.

“Kamu buat lelaki itu ketakutan Nevan.” Ucap pocong yang ada di sebelahnya.

“Hihi gapapa, aku suka. Udah sana, kok malah mampir kesini.” Usir Nevandra.


Keenan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, pandangannya penuh dengan amarah.

Tak butuh waktu lama bagi Keenan untuk mendatangi tempat itu. Sesampainya disana pria tampan itu melihat sekitar, mencari istrinya.

Matanya tertuju pada meja yang di kerumuni oleh beberapa pembisnis bahkan ada rekan kerjanya disitu. Ia melihat Kinara sedang bercambu dengan pria di sebelahnya, tangan pria itu terus meraba tubuh Kinara. Bahkan beberapa pria lain juga ikut menggerayangi tubuh Kinara.

Keenan memandang orang-orang itu layaknya seorang pembunuh yang siap bermain dengan mangsa nya.

Keenan menghampiri segerombolan orang itu.

“Ekhem.” Keenan menyilangkan kedua tangannya di dada.

Perempuan yang sedang bercambu itu langsung mendorong orang di sebelahnya, ia merapihkan baju nya yang sudah berantakan.

“Waduh Keenan, kenapa Keen? join lah sini, mumpung ada lonte.”

“Lonte?”

“Ya iya, ini cewek rela nyerahin tubuhnya ke kita. Malah pengen di gangbang disini, mau join gak? daripada mikirin kerjaan mulu.”

“Waduh, murahan banget ya. Kalian tau tidak kalau perempuan ini sudah punya suami? bahkan dia sedang hamil sekarang.”

Perkataan Keenan membuat Kinara pucat, orang-orang itu memandang Kinara bingung.

“Suami? bukannya kamu bilang kalo kamu itu single?”

“Kalau tidak percaya bawa saja dia ke dokter, kalau saya sih tidak mau ya bercinta dengan orang yang jelas-jelas sudah punya suami. Itu menjijikan.” Ucap Keenan santai di sertai seringai di bibir tipisnya.

“Cih lebih baik saya cari orang lain, yang pasti perawan.” Ucap orang di sebelah Kinara.

Satu persatu pria yang ada disana pergi meninggalkan Keenan dan Kinara, dan hanya tertinggal satu orang. Yaitu rekan bisnis Keenan.

“Kok kamu tau Keen?”

“Saya suaminya.”

Pria itu terkejut dengan apa yang di ucapkan Keenan, menatap tidak percaya namun memang itu kenyataannya. Namun tak lama setelah itu pria itu tertawa lalu menatap remeh Kinara.

“Keen Keen, kamu tuh orang terpandang. Kok mau sih nikah sama dia? saya tidak percaya kamu menikah dengan orang seperti ini, ya mungkin kalau dia belum punya suami saya akan memakai dia tapi tidak akan saya jadikan istri.”

“Pernikahan di atas kertas.”

“Really? malang sekali nasibmu Keen. Saya duluan ya? ini urusan kalian.” Pria itu menepuk pundak Keenan sebelum pergi.

“Gimana?”

Kinara menatap Keenan dengan tatapan yang sulit di artikan, kedua tangannya mengepal. Kinara bangkit dari duduknya lalu pergi menuju mobil Keenan.

“Ck menyusahkan saja.”

Keenan menyusul Kinara.

Di dalam mobil Kinara masih belum berbicara sedikitpun. Keenan juga belum ada niatan buat jalanin mobilnya, masih dengan posisi yang sama. Kedua tangannya di lipat di dada, sambil bersandar.

“Mau sampai kapan?”

Namun Kinara masih diam tidak bergeming, pria itu menghela nafas.

“Kinara, walaupun pernikahan kita hanya pernikahan di atas kerja. Kamu itu sedang mengandung anak saya, tidak semestinya kamu seperti ini.”

“Suka-suka aku dong, dari awal juga kita gak saling mencintai Keen. Urusin aja urusan kamu, ini biar jadi urusan aku.”

“Saya tidak perduli Kinara, tapi sekarang kamu sedang mengandung anak saya. ANAK SAYA.”

Kinara hanya diam, pandangan nya ia alihkan ke luar.


Two days later

Saat ini sudah pukul 20.21 Keenan baru pulang dari tempat kerjanya, ia meregangkan otot-otot tubuh nya sebelum pergi ke parkiran.

Keenan mampir ke toko kue untuk membeli kue strawberry kesukaan Kinara, walaupun hubungan mereka jauh dari kata baik-baik saja. Keenan selalu menuruti keinginan Kinara, pria itu membeli beberapa Kue, Coklat, Jelly, dan minuman sehat.

“Sudah cukup kan? saya akan meminta maaf nanti, semoga kamu suka ya Kinara.” Ucapnya dengan senyuman di bibirnya yang membuat Keenan terlihat lebih tampan.

Selain membeli makanan dan minuman Keenan juga membeli bunga untuk Kinara.

Namun sesampainya di rumah, pria itu melihat ada mobil yang terparkir di depan rumahnya. Pria itu tidak berfikir macam-macam, mungkin itu teman Kinara.

Pria itu mengambil belanjaan nya lalu masuk ke dalam, baru saja menutup pintu ia melihat ada seorang pria yang sedang membuka obat-obatan yang Keenan sendiri tidak tau itu obat apa.

Keenan sama sekali tidak bergeming, ia melihat apa yang di lakukan pria itu dengan Kinara.

“Mana sayang.” Ucap perempuan itu.

“Ini baby, kamu minum yang banyak ya. Biar bayi di kandungan kamu mati haha.” Jawab pria itu.

Keenan menatap datar kedua orang itu, ia meremas kuat bunga di tangannya. Kedua orang itu bahkan sama-sama telanjang sekarang, ia yakin kalo mereka telah melakukan hubungan badan.

“Nanti kamu nikahin aku kan.” Tanya Kinara sambil bersandar di dada pria itu.

“Iya sayang, nanti kalo bayi di kandungan kamu ini mati kamu nikah sama saya. Tinggalin suami bodoh kamu itu.” Pria itu mengecup kening Kinara, tangannya sibuk meremas kedua payudara Kinara.

Keenan menaruh asal belanjanya, ia bertepuk tangan sambil berjalan mendekat ke dua orang yang sedang bermesraan itu.

“Bagus ya, saya kerja. Kamu malah enak-enakan sama pria ini, abis berhubungan badan ya? tolong di bersihin ya, sperma kamu berceceran di lantai, saya jijik liatnya. Oh obat apa ini? obat untuk menggugurkan kandungan?”

Melihat kedatangan Keenan keduanya terkejut sambil mengambil baju mereka yang berserakan di bawah.

“Keen? aku pikir kamu lembur sampe pagi.” Ucap Kinara dengan gugup.

“Saya pergi ya.”

Pria itu pergi meninggalkan Keenan dan Kinara, sebelum Kinara menyusul pria tadi Keenan lebih dulu menarik tangan Kinara menuju kamar mereka.

“KAMU GILA YA? kenapa kamu ngelakuin ini Kinara? saya kira kemarin malam sudah cukup untuk kamu, tapi nyatanya? kamu bahkan nekat buat gugurin kandungan kamu demi menikah dengan pria buncit itu.”

“YA EMANG KENAPA?! aku gak bahagia hidup sama kamu Keenan, aku tersiksa.”

“Tersiksa apa sih? Kamu tersiksa kenapa? setiap hari saya selalu transfer ke kamu, semua kemauan kamu saya turuti, saya cuma minta kamu diam di rumah. Jaga kandungan kamu dan tunggu saya pulang!”

Kinara memutar bola matanya malas. Ia menyilangkan kedua tangannya di dada.

“Dia lebih kaya dari kamu, dia selalu menemani aku kemana aja. Gak kaya kamu Keen, kamu lebih fokus ke kerjaan kamu.”

“Fokus? bahkan kamu sama sekali tidak pernah meminta saya untuk menemani kamu, kalau saja kamu bilang, saya bisa luangin waktu saya untuk kamu Kinara.”

“GUE GAK PERDULI KEENAN! gue mau cerai, gue bakal gugurin kandungan ini dengan cara gue sendiri.”

Hampir saja Keenan menampar wajah Kinara, namun ia mengurungkan niatnya.

“Apa? gue. mau. cerai.”

“Saya tidak mau.”

“KENAPA? GUE MAU CERAI KEENAN!” Keenan memegang kedua bahu Kinara.

“KAMU SEDANG MENGANDUNG ANAK SAYA KINARA. Saya tidak akan ceraikan kamu sampai anak itu lahir.”

“Gue gak mau Keenan, tubuh gue bisa jelek. Gak akan ada orang yang mau sama gue.”

“Kamu sudah menikah dengan saya Kinara, siapa orang yang mau kamu deketin? saya menerima kamu bagaimana fisik kamu, apa itu kurang?.”

“Gue gak mau Keenan, gue gak mau hamil, gue mau bayi di kandungan gue ini mati!!”

“Saya tidak akan membiarkan itu terjadi Kinara.”

“Kenapa? KENAPA!”

“KAMU HARUS MELAHIRKAN ANAK ITU! Saya sudah menanti anak itu, saya mohon Kinara.”

“Apa yang gue dapet kalo gue lahirin anak ini?”

“Kamu mau apa?”

“5M. Tapi setelah gue ngelahirin anak ini gue mau kita cerai, gue gak sudi ngerawat bayi ini apalagi ngasih dia asi.”

“Baik, tapi setelah ini kamu jangan pergi ke luar lagi, apalagi berhubungan dengan orang lain. Sampai kamu melahirkan, setelahnya kamu bebas.”

“Ya.”


Kinara tidak benar-benar menuruti Keenan, tidak jarang juga Keenan melihat botol minuman di tempat sampah, obat-obatan, bahkan kondom.

Setiap hari pasti ada saja keributan di rumah tangga mereka, sampai pada saat Kinara melahirkan.

Kinara sedang di dalam ruangan bersalin. Sedangkan Keenan dan keluarganya menunggu di luar, tidak sabar melihat malaikat kecil yang sudah di nanti-nanti mereka.

Beberapa saat kemudian. Keenan masuk ke dalam ruangan itu, melihat seorang bayi yang sedang ada di gendongan suster dengan Kinara yang masih memejamkan matanya.

Keenan menggendong bayi itu dengan perasaan haru. Bahkan pria itu menitikkan air matanya, putra nya lahir dengan sehat tidak ada cacat sedikitpun. Ia menyesal selama bayi itu di kandungan hubungan Daddy dan Mommy nya jauh dari kata baik, bahkan hampir setiap hari Kinara selalu melontarkan kata-kata ingin membunuh bayi ini.

“Selamat datang jagoan, ini Daddy.” Keenan mencium pipi gembul bayi itu. Seolah mengerti bayi itu malah tersenyum samar ketika pipinya di cium Daddy nya.


The next day

Kinara memaksa untuk pulang, bahkan disana sudah ada pria buncit yang akan menikahi Kinara.

“Mana bayaran nya?” Tanya Kinara sambil menatap remeh Keenan.

Keenan menunjukkan layar handphone nya, ia memperlihatkan bukti transaksi itu ke Kinara.

“Bagus, urus perceraian nya. Gue mau cepet-cepet nikah.”

“Tenang saja, saya akan mengurus itu dengan cepat. Kedepannya saya tidak mau melihat kamu lagi, dan jangan coba-coba untuk bertemu anak saya.”

“Cih gue juga gak sudi kali, buat anak itu lo ambil aja. Gue gak mau berurusan sama bayi sialan ini, thanks uang nya gue harap hidup lo menderita.”

“And I hope you suffer more.” Ucap pria tampan itu dengan senyuman mengejek.

Leander Jielon. Malaikat kecil yang di tunggu Keenan telah lahir di dunia.

“Gapapa ya sayang? kamu masih punya Daddy. Daddy bisa jadi Daddy sekaligus Mommy buat kamu, terima kasih telah lahir di dunia jagoan.” Terakhir Keenan mengecup kening putra kesayangannya itu.


“Kak..” Panggil si manis yang masih memejamkan matanya.

Keenan terkekeh lalu menarik tubuh yang lebih kecil darinya itu ke dalam dekapannya. Si manis hanya diam mencari posisi yang nyaman.

“Kenapa sayang? aku disini.”

“Kamu ngapain?”

“Oiya, tadi aku buka hp kamu. Helsa sama Arsa spam jadi aku buka, gapapa?”

Abél hanya mengangguk, entah kenapa dia capek banget. Keenan menatap kagum wajah ayu Abél yang sedang tertidur pulas.

Keenan sering gemas hanya melihat muka Abél, pria itu mengigit pelan pipi tembem Abél sampai membuat Abél terbangkan. Ia merasa terganggu, namun sang pelaku hanya tertawa.

“Diem kak, aku masih ngantuk.”

“Sayang.”

“Hum?”

“Aku boleh nanya sesuatu gak?”

Abél sedikit membuka matanya, ia mendongak menatap Keenan.

“Nanya apa?”

Sebelum menjawab Keenan mengambil handphone Abél yang tadi ia letakan di atas nakas lalau membuka roomchat Kinara.

“Kamu sejak kapan chatan sama Kinara?”

Abél mengerutkan keningnya heran, dia bahkan gak kenal Kinara Kinara itu siapa.

“Hah? itu Kinara?”

“Loh kamu gak tau bél?”

“Ya mana aku tau, dia aja pertama ngechat aku gak mau kenalan huh.”

Ada-ada aja calon istrinya ini, mana mungkin Kinara mau kenalan.

“Jadi gimana?”

“Gimana apanya? dia tuh sering banget chat aku, katanya kamu sama dia lah, kamu lagi tidur sama dia. Capek aku kak, jelas-jelas kamu sama kamu.”

“Hahaha dia emang gak jelas bél, gausa di tanggapi ya? biarin aja, nanti dia capek sendiri.”

Si manis mengangguk lalu memainkan tangannya di atas dada bidang Keenan.

“Kak aku boleh tau gak kenapa kamu bisa cerai sama Kinara?”

Abél menatap penuh harap ke Keenan, ia hanya penasaran kok.

“Boleh, aku pernah cerita ke kamu kan waktu itu? tapi sekarang aku ceritain lebih lengkap lagi.”


“Kak..” Panggil si manis yang masih memejamkan matanya.

Keenan terkekeh lalu menarik tubuh yang lebih kecil darinya itu ke dalam dekapannya. Si manis hanya diam mencari posisi yang nyaman.

“Kenapa sayang? aku disini.”

“Kamu ngapain?”

“Oiya, tadi aku buka hp kamu. Helsa sama Arsa spam jadi aku buka, gapapa?”

Abél hanya mengangguk, entah kenapa dia capek banget. Keenan menatap kagum wajah ayu Abél yang sedang tertidur pulas.

Keenan sering gemas hanya melihat muka Abél, pria itu mengigit pelan pipi tembem Abél sampai membuat Abél terbangkan. Ia merasa terganggu, namun sang pelaku hanya tertawa.

“Diem kak, aku masih ngantuk.”

“Sayang.”

“Hum?”

“Aku boleh nanya sesuatu gak?”

Abél sedikit membuka matanya, ia mendongak menatap Keenan.

“Nanya apa?”

Sebelum menjawab Keenan mengambil handphone Abél yang tadi ia letakan di atas nakas lalau membuka roomchat Kinara.

“Kamu sejak kapan chatan sama Kinara?”

Abél mengerutkan keningnya heran, dia bahkan gak kenal Kinara Kinara itu siapa.

“Hah? itu Kinara?”

“Loh kamu gak tau bél?”

“Ya mana aku tau, dia aja pertama ngechat aku gak mau kenalan huh.”

Ada-ada aja calon istrinya ini, mana mungkin Kinara mau kenalan.

“Jadi gimana?”

“Gimana apanya? dia tuh sering banget chat aku, katanya kamu sama dia lah, kamu lagi tidur sama dia. Capek aku kak, jelas-jelas kamu sama kamu.”

“Hahaha dia emang gak jelas bél, gausa di tanggapi ya? biarin aja, nanti dia capek sendiri.”

Si manis mengangguk lalu memainkan tangannya di atas dada bidang Keenan.

“Kak aku boleh tau gak kenapa kamu bisa cerai sama Kinara?”

Abél menatap penuh harap ke Keenan, ia hanya penasaran kok.

“Boleh, aku pernah cerita ke kamu kan waktu itu? tapi sekarang aku ceritain lebih lengkap lagi.”


Entah kenapa perasaan Keenan tidak enak sekarang, ia tetap fokus pada jalanan di depan dan menghiraukan notifikasi yang masuk di handphone nya.

Mobil Keenan masuk ke kawasan rumah kosong, pria itu mengerutkan keningnya heran.

Keenan memarkirkan mobilnya di bawah pohon yang ada disana, lalu masuk ke dalam rumah kosong itu.

Entah itu rumah siapa namun terdapat banyak darah disana, mungkin itu rumah bekas pembunuhan. Pikirnya.

Keenan masuk ke dalam kamar yang sudah sangat berantakan itu, tiba-tiba saja pintu tertutup dengan kencang.

Pria itu langsung menoleh ke sumber suara, ia melihat ada mantan istrinya yang sedang menggunakan pakaian yang sangat sexy. Bukannya tergoda Keenan malah memandang jijik ke mantan istrinya itu, cantikan juga Abél.

“Kamu mau apa?”

“Tinggalin Abél, nikah lagi sama aku, aku kangen sama kamu Keen. Aku kangen anak kita, namanya Jielon ya? nama yang bagus.” Ucap perempuan itu sambil bergelayutan di pundak Keenan.

“Buat apa? jelas-jelas Abél jauh lebih baik dari kamu, lagian ini salah kamu sendiri. Dari kecil saya sudah merawat Jielon sendiri, dan sekarang kamu minta kita balik lagi? saya tidak mau, lagipula pernikahan kita hanya pernikahan di atas kertas. Saya tidak sudi punya istri murahan kaya kamu.

Kinara memandang Keenan dengan senyuman angkuh nya.

“Aku masih ibu kandung Jielon, aku bakal rebut Jielon dari kamu. Terus kamu mau nikahin aku, iya kan mas.”

Perempuan itu hampir saja mencium Keenan, namun lelaki itu dengan sigap langsung mendorong Kinara.

“APASIH KEEN! Yang aku bilang itu bener, lagipula kamu gak kasian sama anak kamu? dia juga butuh sosok ibu.”

“TAPI BUKAN IBU SEPERTI KAMU KINARA!! Saya tidak sudi Jielon tau mommy nya murahan kaya kamu. Saya tidak sudi buat perhubungan lagi sama kamu, kenapa kamu balik lagi ke saya? suami kamu sudah miskin? terus kemana pelanggan malam kamu itu? sudah mati? inget Kinara, kamu itu hanya seorang pelacur. Wanita murahan, jalang.” Ucap Keenan disertai seringai di bibirnya.

“Aku janji aku bakal berubah Keen, demi Jielon aku janji.”

“Demi Jielon? tidak usah. Saya dan Jielon sudah punya Abél yang siap menggantikan posisi kamu.”

Kinara memandang Keenan dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

“Aku salah apa sih Keen.”

“Kamu salah apa? JELAS KAMU SALAH KINARA! Orang tua mana yang tega mau membunuh anak di dalam kandungan sendiri agar bisa menikah dengan orang lain? orang tua mana yang dengan sengaja meminum obat obatan terlarang agar bayi di dalam kandungan itu meninggal, dan seorang istri yang setiap malam selalu membawa pria lain ke rumah ketika suami nya sedang tidur. ITU SEMUA SALAH KINARA dan kamu masih bertanya kamu salah apa? bodoh.”

Mendengar ucapan Keenan. Kinara langsung menangis seperti orang gila sekarang, bahkan make up nya sudah luntur.

“Saya pergi.” Keenan berniat meninggalkan tempat itu.

“TUNGGU AJA KEEN, AKU BAKAL REBUT JIELON DAN BAWA KAMU KEMBALI KE AKU.” Teriak Kinara.

Keenan berbalik lalu memandang remeh Kinara.

“In your dreams, bitch.”

Keenan mengacungkan jari tengah nya lalu pergi meninggalkan Kinara yang masih berteriak tidak jelas.

“Wanita gila, menyusahkan saja.”