Bou


Perjalanan sampai ke rumah itu tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 15 menit.

Abél membawa belanjaan nya masuk ke dalam, saat ia membuka pintu itu beruntungnya ada Helsa yang ingin keluar. Jadi Abél meminta bantuan Helsa untuk membawa beberapa belanjanya.

Walaupun Helsa terus mengomel tidak mau, tapi pria manis itu tetap menuruti Abél.

“Itu lo taroh di situ aja, biar nanti gampang gue bawa nya.”

“Ini udah semua kan bél? ayo.” Ajak Arsa. Namun Abél tidak menghiraukan Arsa melainkan naik ke atas menuju kamarnya.

Ia melihat Jielon masih tertidur pulas. Abél mendekat lalu mengecup kening Jielon.

“Prince kakak pergi dulu ya? mau nonton sama Aunty Helsa, Aunty Arsa. Kakak gak lama kok, kalo udah pasti langsung pulang.” Ujar Abél lalu pergi keluar menuju teman-temannya.

“Ayo udah.”

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil Abél. Helsa yang membawa mobil itu, sedangkan Abél duduk di sebelahnya dan Arsa duduk di belakang.

“Cheilo lo tinggal Hel?”

“Kaga, dia ikut daddy nya.”

“Kemana?”

“Gatau, katanya sih main ke rumah temennya. Jadi gue ajak Arsa ke rumah lo hehe.”

Sudah lama mereka tidak pergi bersama, semenjak Helsa dan Arsa menikah. Mereka sibuk dengan keluarga mereka, dan Abél pun sibuk dengan usaha nya.

Waktu berjalan begitu cepat.


Perjalanan sampai ke rumah itu tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 15 menit.

Abél membawa belanjaan nya masuk ke dalam, saat ia membuka pintu bertepatan ada Helsa yang ingin keluar. Jadi Abél meminta bantuan Helsa untuk membawa beberapa belanjanya.

Walaupun Helsa terus mengomel tidak mau, tapi pria manis itu tetap menuruti Abél.

“Itu lo taroh di situ aja, biar nanti gampang gue bawa nya.”

“Ini udah semua kan bél? ayo.” Ajak Arsa. Namun Abél tidak menghiraukan Arsa melainkan naik ke atas menuju kamarnya.

Ia melihat Jielon masih tertidur pulas. Abél mendekat lalu mengecup kening Jielon.

“Prince kakak pergi dulu ya? mau nonton sama Aunty Helsa, Aunty Arsa. Kakak gak lama kok, kalo udah pasti langsung pulang.” Ujar Abél lalu pergi keluar menuju teman-temannya.

“Ayo udah.”

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil Abél. Helsa yang membawa mobil itu, sedangkan Abél duduk di sebelahnya dan Arsa duduk di belakang.

“Cheilo lo tinggal Hel?”

“Kaga, dia ikut daddy nya.”

“Kemana?”

“Gatau, katanya sih main ke rumah temennya. Jadi gue ajak Arsa ke rumah lo hehe.”

Sudah lama mereka tidak pergi bersama, semenjak Helsa dan Arsa menikah. Mereka sibuk dengan keluarga mereka, dan Abél pun sibuk dengan usaha nya.

Waktu berjalan begitu cepat.


Pria itu mematikan handphone nya. Keenan langsung menuju sebuah ruangan yang ada disana, untuk bertemu dengan seseorang.

Keenan sendirian, sedangkan sekertaris nya mengurus yang lain. Keenan membuka pintu itu, lalu menutup nya kembali.

Ia melihat ke arah perempuan yang sedang duduk di sofa dan fokus pada laptop di depannya.

Keenan pura-pura batuk untuk menyadarkan perempuan itu bahwa ia sudah datang. Perempuan itu langsung tersenyum dan menghamburkan pelukan pada Keenan.

“Keen i miss you so bad.”

“I miss you too, Karen.”

Keenan mengecup kening Karen, membiarkan Karen mendusel pada lehernya.


Setelah menyelesaikan sarapan mereka. Abél dan Jie sedang berguling-guling di atas karpet bulu yang ada di ruang tengah, mereka sama-sama bosan.

“Kaka, Jie bosan.” Abél pun mengangguk mendengar ucapan si kecil.

“Kaka nda ke toko?” Si kecil memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Abél. Begitupun dengan Abél yang sedang menghadap si kecil di depannya ini.

“Engga sayang, kan sekarang udah ada kak winter, kak nilza sama kak gladis. Jadi kakak gausa ke toko lagi, biar mereka yang urusin toko kaka.”

Jie menatap Abél bingung. “Kaka kasih toko itu ke kaka olaf sama temennya?”

Abél sedikit tertawa mendengar Jie menyebut mereka dengan sebutan kaka olaf.

“Bukan gitu sayang, mereka itu kerja sama kakak. Mereka yang gantiin kakak bikin bunga bunga itu prince. Mungkin nanti kakak kesana, buat mantau toko sama traktir mereka bertiga.” Ucapnya sambil mengelus sayang surai si kecil.

“Wahh Jie boleh ikut nda?”

“Boleh dong prince.” Abél tersenyum.

Jie kemudian bangkit dari tidurnya. Si kecil itu tiba-tiba saja bangun, namun setelah merebahkan dirinya lagi di atas tubuh Abél.

Abél hanya tertawa melihat tingkah si kecil yang sedang manja padanya itu. “Jie mau ke rumah moma?”

“Moma?”

“Iya, Jie manggil bunda kakak itu moma kan sayang.”

“Iyaa, ayo kita ke moma. Jie kangen moma.” Seru si kecil semangat.

“Kangen moma atau kangen coklat yang di kasih sama moma hum? apa prince bisa jawab?”

Alih-alih menjawab, Jielon malah tersenyum sambil menunjukan gigi mungilnya.


Setelah menyelesaikan drama pagi yang lumayan lama, akhirnya mereka tiba ke intinya. Iya, buat balapan.

“Sayang aku ke depan duluan ya.” Narel hanya mengangguk, pemuda manis itu sedang sibuk menghabiskan es krim nya.

“Jadi balapan kak?” Tanya Aji.

“Jadi lah, lo harus liat ya Ji.”

Akim yang sedang minum langsung bergabung. “Balapan ape? lo mau balapan sama Kahes?”

“Iya, gue yakin gue bakal menang sih.” Ucap Narel percaya diri.

“Lo balapan pake apa Na? lo kesini aja bawa mobil.”

Mendengar ucapan Akim. Narel dan Aji saling bertatapan lalu tertawa, orang yang sedang di tertawakan hanya diam dan menatap mereka bingung.

“Gue sama Kahes balapan skuter Kim, makanya kita balapan di halaman. Udah lah gue keluar dulu ya.”

Narel pergi menyusul Kahes dan meninggalkan Aji yang masih menertawakan Akim.

Sesampainya di halaman, ia melihat Kahes yang sudah duduk di atas motor nya. Penampilan ketika Kahes balapan, melihat itu Narel menghela nafas panjang.

Berbeda dengan dirinya yang masih memakai piyama, rambut yang di ikat ke atas oleh Kahes, naik skuter.

“Kok ahes pake motor?”

Mendengar itu Kahes langsung membuka helm nya, melihat Narel lalu turun dan mengangkat tubuh Narel untuk duduk di atas motor nya.

Narel mengalungkan kedua tangannya di leher Kahes, sedangkan Kahes memegang pinggang Narel agar tidak jatuh.

“Jadi yang kamu maksud itu balap skuter? hm, pantes aja kamu minta nya pagi.”

Mendengar itu Narel mengangguk antusias, ia memeluk leher Kahes.

“Kan aku udah pamer di private akun aku, KAMU GAK LIAT YA?”

Selamat untuk Kahes

“Emang kamu ada upload sesuatu disana?” Tanya Kahes dengan suara pelan.

“IYA! ih, tuh kan kamu mah gak liat, tau ah mau balapan sama Aji aja.” Pemuda manis itu berniat turun namun Kahes menahan nya.

“Maaf sayang, maaf. Dari kemarin aku belum buka twitter loh, kan yang biasa buka twitter aku itu kamu.”

“Ih! tapi kan, kamu mah!” Narel memukul mukul pundak Kahes, alih alih kesakitan Kahes malah tertawa.

“Iya iya sayang, ayo balapan. Bentar ya aku pinjem skuter Aji dulu, kamu tunggu disini.” Ucap Kahes sambil mencium pipi gembul Narel sebelum masuk ke dalam.

“NANTI KAMU HARUS BELI!” Teriak Narel. Kahes hanya mengacungkan jempolnya.


Kahes dan Narel sekarang sudah siap di garis start, anak-anak Rexda juga ikut nonton balap gak jelas paketu sama pacarnya itu.

“SIAP? MULAI.” Johan meniup peluit yang entah dapet darimana.

Kahes dan Narel saling berlomba lomba, namun tetap di pimpin Narel. Balapan itu cukup menghibur bagi mereka maupun yang menonton, bahkan sepasang kekasih itu saling menarik satu sama lain.

Sekitar 2 jam mereka bermain, balap dengan anak anak Rexda lainnya juga.

Sekarang mereka sedang ada di ruang tengah, masih dengan keadaan terengah engah dan masih tertawa. Selain main skuter mereka juga main permainan lain, kejar-kejaran, petak umpet, dan banyak lagi. Nostalgia masa kecil.

“Hahaha tadi seru banget, kapan kapan kita harus gini lagi ya.” Celetuk Luke yang di angguki mereka semua.

“Harus sih, kalian juga harus beli skuter. Masa gue sama Aji aja yang punya, kamu juga harus punya.” Paksa Narel sambil memukul paha kekasihnya itu.

“Iya sayang, ini udah pada pesen kok. Tinggal nunggu sampe aja.” Narel yang mendengar itu hanya tertawa girang.

Hari ini mereka menghabiskan waktu bersama, dari pagi hingga malam. Bahkan hampir semua yang ada kelas hari ini tipsen.


Pagi ini entah kenapa dosen Kahes membatalkan kelasnya, jadi Kahes langsung ke base buat balapan sama pacar cantiknya itu.

Kahes melajukan motornya dengan kecepatan sedang, ini masih terlalu pagi dan juga udara hari ini cukup dingin.

Beberapa saat kemudian. Kahes memarkirkan motornya di parkiran yang tersedia disana, memicingkan matanya melihat mobil merah yang pasti itu milik Narel.

“Narel bawa mobil? kan kita mau balapan.” Ucap nya sambil menatap heran mobil itu.

Pemuda itu masuk ke dalam base, ia melihat Aji yang tertidur dan Mahen yang sedang menonton tv, beberapa anak lain bersiap ingin berolahraga.

“Morning bro, btw kok lo disini? bukanya tadi malem lo bilang ada kelas pagi?” Tanya orang yang sedang sarapan itu.

“Kelas nya di batalin Hen, gak tau kenapa. Mau kondangan kali.” Jawab Kahes lalu ikut duduk di sebelah Mahen, di ruang tengah.

“Itu Aji tidur disini?” Mendengar pertanyaan Kahes. Mahen langsung menoleh pada Aji yang sedang tidur sambil memeluk boneka milik Narel.

“Lah nih bocah gue suruh sarapan malah tidur lagi, kaga Hes si Aji tidur di kamarnya. Cuma tadi pas gue bikin sarapan nih anak ngintil katanya laper, eh sekarang malah turu.”

Kahes hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban dari Mahen. Lalu ia melihat ke atas, tepatnya ke kamar miliknya.

“Narel disini?”

“Laki lo dari semalem juga disini Hes, jam berapa itu ya? jam 11 kalo gak salah.”

“Tapi kok dia gak bilang gue.”

“Dia aja kesini ngeluh hp nya mati, katanya sih charger nya ilang makanya kesini.”

“Yaudah gue ke atas ya, bangunin Aji suruh sarapan, yang lain juga.”

Mahen hanya menanggapi dengan anggukan, padahal Mahen cuma bikin sarapan buat dirinya sama Aji aja. Pemuda itu sedang fokus menonton kartun yang ia sendiri tak tau namanya apa.

Kahes berjalan ke atas lalu membuka pintu itu tanpa mengetok terlebih dahulu, ada gulungan besar disana. Pemuda itu terkekeh lalu menghampiri gulungan itu.

Kahes langsung melompat lalu memeluk gulungan itu sambil menggoyangkan nya.

“Sayangg bangun udah pagi.”

Namun gulungan itu sama sekali tidak memberikan reaksi apa apa. Kahes menyibak selimut bagian atas dan melihat wajah Narel yang masih tertidur pulas.

Pemuda itu dengan iseng mencium setiap inci muka kekasihnya itu, terakhir pada bibir. Kahes mencium bibir yang menjadi favoritnya itu terus menerus, sampai membuat Narel dengan sengaja menggigit bibir Kahes.

“Aduh aduh, kok di gigit sih.” Keluh Kahes sambil mengelus bibirnya.

Narel mendecak lalu memukul Kahes dengan boneka yang ada disana.

“Lagian kamu, aku lagi tidur iseng banget, mamam tuh bibir sakit.” Ketus Narel lalu kembali tidur, menghiraukan kekasih tampan nya itu yang sedang mengomel tidak jelas.

“Sayang katanya mau balapan, kok kamu malah tidur lagi.”

“Balapan?”

“Iya balapan, kan kamu sendiri yang minta.” Ucap Kahes yang sekarang sudah duduk sambil menyender pada headboard.

Bukannya menjawab si cantik itu langsung duduk di atas paha Kahes, lalu memeluk tubuh kekasihnya itu, membenamkan wajahnya pada leher Kahes.

Kahes hanya membiarkan Narel berbuat semaunya, pemuda itu mengelus punggung Narel dengan sayang.

“Kata Mahen kamu dari semalem disini? kok gak bilang aku.”

“Semalem tuh hp aku mati ahes, charger nya juga ilang. Makanya aku kesini, terus pas aku mau ngabarin kamu udah ngantuk duluan.”

Kahes hanya mengangguk, ia masih setia mengelus punggung Narel sambil menciumi surai halus Narel, wangi mawar.

“Yaudah gih kamu mandi dulu, abis itu kita sarapan.”

Namun pemuda di dalam pelukannya itu hanya diam, malah menyamankan posisi nya. Kahes hanya memutar bola matanya malas, tapi tetap membiarkan Narel tertidur, menunggu hingga si cantik itu bangun dengan sendirinya.


Abél dan keenan sedang ada di meja makan, bersiap untuk sarapan. Namun sebelum itu, Jie meminta sesuatu pada Abél.

“Kak, mau liat daddy.” Ucap si kecil sambil memainkan sendok nya.

“Liat daddy? kan daddy baru aja pergi 3 jam yang lalu prince.”

“Telfon kakaa, yang ada mukanya itu loh.”

“Hahaha video call? okey sayang, tapi harus makan ya?”

Jie mengangguk patuh lalu menyendok sarapan nya ke mulut mungilnya.


Abél sudah ada di depan rumah Keenan, ia menekan bel yang ada disana.

Tak perlu waktu lama pintu itu terbuka. Pintu itu di buka oleh Keenan yang sedang menggendong Jie, ia menurunkan Jie sebab anak itu merengek minta turun.

“Kakaa, miss youu.” Ucap Jie sambil memeluk kaki jenjang Abél.

Abél tersenyum hangat lalu mengangkat Jie untuk di gendong. “Miss you too prince.”

“Me?” Ucap Keenan tiba-tiba.

Abél terkekeh lalu mendekat ke arah Keenan. “You too, i miss you kak.” Abél mencium pipi Keenan dengan cepat lalu masuk ke dalam.

Keenan? pria itu sedang senyum-senyum seperti orang gila sekarang, bahkan ia menggigit boneka yang tadi di bawa Jie.

“Di cium, di cium. Saya di cium Abél.” Gumam Keenan sambil mengelus pipi yang tadi di cium Abél.

Pria itu menutup pintu lalu menyusul Abél dan Jie ke dalam. Sesampainya di kamar Keenan. Abél menurunkan Jie di atas kasur, saat Abél ingin bangun Jie menahan nya.

“Kakaa Jie masih ngantuk, mau bobo.” Ucap si kecil sambil mengerucutkan bibirnya.

“Iya iya sayang sini.”

Jie masuk ke dalam dekapan Abél, si kecil itu mendusel pada dada Abél. Sedangkan Abél hanya diam sambil menepuk-nepuk pantat Jie pelan agar si kecil cepat tertidur lagi.

Tidak butuh waktu lama Jie sudah kembali terlelap, bahkan pelukannya sudah di lepas.

Abél turun dengan perlahan, ia berjalan mendekat ke arah Keenan yang sedang duduk menghadap koper yang masih belum ada isinya itu.

Baru aja Abél duduk, namun dengan cepat Keenan menarik Abél sampai jatuh di atas pangkuannya.

“K-kenapa kak?” Tanya Abél gugup.

“Yang sebelah sini belum di cium, nanti iri loh.”

Abél terkekeh lalu mencium pipi Keenan yang satunya.

Cup

“Udah kan?”

Keduanya tertawa, bahkan mereka sedang berpelukan sekarang.

Minimal nikah dulu woi

Sekitar 20 menit pelukan itu di lepas. Abél harus membantu Keenan packing barang.

Keenan hanya diam melihat Abél membereskan barang-barangnya, paling pria itu hanya memberi tau Abél apa saja yang akan ia lakukan disana. Keenan sama sekali gak milih baju, semuanya Abél yang milihin.

Pagi pagi buta Keenan sama Jie udah bangun, sekarang mereka sedang duduk menghadap koper yang digunakan untuk mengemas barang Keenan.

“Jie, daddy bingung packing nya.” Ucap Keenan sambil tertawa hambar.

“Kenapa daddy? kan daddy udah biasa.” Si kecil itu masih mengantuk tapi rela bangun demi nemenin daddy nya.

Keenan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jie langsung melipat tangannya di dada lalu bangun untuk mengambil handphone Keenan.

“Daddyy telfon kak Abél.” Jie memberikan handphone itu pada Keenan.

Keenan menatap bingung ke arah anak semata wayangnya itu.

“Emang nya Jie mau ngapain?”

“Ish daddy, kalo daddy pelgi kan Jie sendilian. Jie nda mau sendili daddy, nda mau sama oma. Mau sama kak Abél.” Si kecil itu menggembungkan pipi nya lucu.

“Kalo kak Abél nya sibuk gimana? nanti Jie di tinggal loh sama kak Abél.”

“Engga ish, kakak sayang Jie huh.”

Keenan tertawa melihat anaknya yang sedang cemberut itu, akhirnya ia menuruti keinginan Jie buat telfon Abél.

tut

tut

tut

“Tuh kan, kak Abél nya masih bobo Jie.”

“Ndaa.”

Panggilan itu terhubung.

“Hallo kak, kenapa nelpon pagi pagi?”

“Hallo bél, aku ganggu kamu gak?”

“Engga kok, aku juga udah bangun dari tadi. Emang kenapa kak?”

“Ini Jie mau ngomong sama kamu”

Keenan mengaktifkan loudspeaker lalu mengarahkan nya pada Jie.

“Allo kakak”

“Hallo sayang, kamu mau ngomong apa?”

“Eumm, daddy mau perli kelual kota. Jie sedih sendilian di lumah, sekalang daddy lagi susah belesin balang balang nya. Kakak kesini boleh nda?”

Keenan hanya menahan tawa nya mendengar apa yang dikatakan anaknya itu.

“Tapi ini masih terlalu pagi Jie”

“Aduhh aduhh kakaa pelut Jie sakit banget, aduh”

Keenan mengerutkan keningnya heran, ada apa dengan anaknya ini. Ia langsung mengecek keadaan Jie.

“Jie kamu kenapa, kan tadi baik-baik aja.”

Bukanya menjawab Jie malah mengedipkan mata nya, lalu melanjutkan aksi untuk membujuk Abél di rumahnya.

“Kakaa sakitt” Suara Jie di buat buat seolah-olah sedang merasa kesakitan.

“Prince Jie bohong ya? hayoo ngaku”

“Kakaa kesinii dong” Rengek Jie dan langsung terdengar helaan nafas dari seberang.

“Iya deh kakak kesitu, kak kamu udah beres packing nya?”

“Hehe belum bél, aku belum packing”

“Loh kenapa?”

“Susah bél, biasanya yang bantuin aku packing bubu. Tapi sekarang bubu lagi di luar negeri”

“Kamu ini, yaudah tunggu. Aku kesana sekarang”

“Gapapa bél? ini masih terlalu pagi” Ucap Keenan dengan suara memelas.

“Mau gimana lagi? kalo gak kesana sekarang, mungkin kamu gak selesai-selesai packing nya”

“Yaudah, kamu hati hati ya”

“Iyaa”

Abél mematikan telfonnya, sementara Keenan, pria itu langsung melempar handphone nya ke atas kasur lalu membawa Jie ke dalam pelukannya.

“Kamu hebat sayang, kok bisa kepikiran gitu sih? walaupun tadi ketauan kamu bohong.”

“Hehehe aku liat di tv, daddy nda usah belajal beles beles key?”

“Loh emangnya kenapa? kan bagus kalo daddy bisa packing sendiri”

“Nda boleeh, bial kak Abél aja”

“Tapi kenapa?”

“Jie suka kangen kak Abél daddy” Ucap si kecil sambil memainkan ujung baju nya.

Bukannya menjawab Keenan malah menertawakan Jie. Keenan mengelus surai halus Jie dengan sayang.

“Kamu bener. Jie mau gak kalo kak Abél jadi mommy baru Jie?”

“Mauu mauu” Si kecil mengangguk semangat.

“Jie harus bantuin daddy kalo gitu, boleh kan sayang?”

Jie memiringkan kepalanya. “Bantu apa daddy?”

“Bantu deketin kak Abél”


Keadaan kelas yang tadi ramai mendadak sunyi setelah kedatangan wali kelas.

“Diam semuanya. Hari ini kita kedatangan murid pindahan, silahkan perkenalkan diri kamu.”

“Hai semuanya, saya Axell. Saya pindahan dari Jakarta.”

“Baik Axell, kamu bisa duduk di samping Saga. Saga angkat tangan kamu.” Suruh pak assa.

Lelaki berkulit tan itu mengangkat tangannya. “Sini xell duduk bareng gue.” Ajak Sagara dengan senyuman di wajahnya.

Melihat itu Axell tersenyum tipis lalu berjalan menghampiri Saga dan duduk di sebelahnya.

“Gue Sagara Adiyaksha, lo mau gak jadi temen gue?”

“Kalo saya nolak?”

“Nanti gue ikutin lo sampe lo mau jadi temen gue.” Ucap Sagara sambil menepuk paha Axell.

Jawaban Sagara membuat Axell tertawa pelan.

“Iya Saga, saya mau.”