Bou

Pasar malem

.

Jendral berdiri di depan pintu rumah Nathan, ia menekan bel rumah itu, beberapa saat kemudian pintu itu terbuka.

“Eh Jendral, mau ketemu Nathan?” Tanya Ruby. Kakak Nathan.

“Iya kak.” Jawab Jendral sambil tersenyum.

“Bentar kakak panggil dulu Nathan nya, masuk dulu yuk.”

“Gak usah kak, aku nunggu disini aja.”

“Oh yaudah bentar ya.”

Pembicaraan itu berakhir. Amira masuk ke dalam untuk memanggil Nathan, sedangkan Jendral menunggu di kursi yang tersedia disana.

Tok

Tok

Tok

Amira mengetuk pintu kamar Nathan. “Nathan itu ada pacar kamu.”

“Iya kak! bentar lagi Nathan keluar, masih pake baju.” Sahut Nathan dari dalam kamar.

“Yaudah kakak tinggal ya.”

“Iya kak.”

Sementara di dalam kamar. Nathan sedang sibuk menyembunyikan lebam di sekujur tubuhnya karena pukulan yang ia dapat dari Ayah nya.

Ia melihat pantulan dirinya dari di cermin. “Udah ketutup semua kan, semoga aja Jendral sama Kak Amira gak tau.”

Setelah dirasa sudah tertutup semua, ia mengambil Hoodie yang cukup besar di tubuhnya.

Ia jalan keluar kamar menuju pintu depan, namun di ruang tengah ada Ayah sama Bunda nya.

Nathan berjalan perlahan agar kedua orang tuanya itu tidak menyadari keberadaan Nathan.

“Mau kemana kamu.”

Tubuh Nathan menegang mendengar suara Ayahnya. Nathan berbalik melihat tatapan Datar Ayah dan Bundanya, ia berjalan mendekati mereka dengan posisi menunduk.

“Mau keluar bentar yah.”

“Keluyuran mulu, mau jadi apa nanti? kamu tuh harus contoh Kakak kamu tuh, bisa banggain orang tua.” Ucap Ayah Nathan.

“Bener kata Ayah kamu, fokus belajar jangan pacaran mulu, liat tuh nilai kamu turun semua, jangan bikin malu keluarga.” Sambung Bunda Nathan.

“Jam 10 harus udah ada di rumah, kalo Ayah tau kamu belum pulang, siap-siap aja lebam di tubuh kamu itu makin bertambah.”

“Iya Ayah, Nathan permisi dulu ya.”

Namun Ayah dan Bunda nya hanya diam fokus ke laptop mereka.

Nathan menghela nafas lalu pergi menemui Jendral yang sudah dari tadi nunggu di luar.

“Hai sayang.” Sapa Jendral sambil memeluk Nathan.

Nathan membalas pelukan Jendral. “Hallo, pergi sekarang aja yuk.” Nathan melepaskan pelukannya. Jendral mengangguk.

Jendral menautkan jemari nya di jari-jari mungil milik Nathan. “Yuk.”

Selama di perjalanan, keduanya bercerita tentang keseharian mereka. Sampai-sampai tidak terasa mereka sudah sampai di pasar malem.

Mereka berjalan beriringan sambil melihat-lihat beberapa wahana yang ada disana, tiba-tiba mata Nathan melirik ke wahana bianglala. Cukup ramai yang mengantri disana.

Nathan menarik tangan Jendral menghampiri wahana itu. “Aku mau naik ini.” Ucap Nathan sambil menggoyangkan tangan Jendral.

Jendral tertawa melihat tingkah menggemaskan kekasihnya ini. “Iya sayang, kamu tunggu disini ya aku mau beli tiketnya dulu.”

“Terakhir kali gue naik bianglala kapan ya? udah lama banget.” Gumam Nathan sambil melihat ke wahana di depannya.

Sekitar 5 menitan Jendral menghampiri Nathan dengan dua tiket di tangan nya. “Yuk naik.”

Jendral menggandeng tangan Nathan, ia memberikan tiket itu ke abang-abang yang ada disana.

Mereka berdua naik ke bianglala. Nathan terlihat sangat bahagia sekarang. Jendral yang melihat itu ikut tersenyum senang.

Jendral menggenggam tangan Nathan.

“Kamu suka?”

“Sukaa banget! makasih yaa.”

Jawab Nathan dengan senyuman manisnya.

“Sama-sama sayang.”

Nathan sedang fokus melihat kebawah, pemandangan yang cukup indah menurutnya.

Berbeda dengan Nathan. Jendral malah fokus ke wajah sumringah Nathan. ia semakin mengeratkan genggaman tangannya sembari mengecup punggung tangan Nathan.

Keduanya sangat menikmati malam itu, waktu dimana mereka sedang bersama adalah waktu yang paling menyenangkan untuk keduanya.

Nathan

.

“Gimana keadaan saya dok?”

Dokter yang mendengar pertanyaan Nathan hanya bisa menghela nafas berat.

“Nathan maaf, keadaan kamu semakin memburuk.”

Nathan hanya tersenyum miris mendengar jawaban Dokter.

“Hidup saya gak lama lagi ya dok?”

“Iya Nathan, maafin saya ya.”

“Gapapa dok, udah takdirnya gini haha.” Ucap Nathan sambil tertawa.

“Sisa hidup kamu tinggal beberapa hari lagi, paling lama satu Minggu.” Dokter itu mengelus kedua tangan Nathan.

Nathan menangis mendengar apa yang di katakan Dokter. Dokter yang melihat Nathan menangis langsung membawa Nathan kedalam pelukannya.

Dokter itu bernama Dokter Wendy. Dokter yang menangani Nathan dari awal hingga sekarang.

Dokter Wendy tau semua tentang Nathan, bahkan yang tak diketahui sama orang tuanya. Nathan lebih sering bercerita ke Dokter Wendy, karena menurutnya Dokter Wendy itu udah kaya Ibu nya sendiri, begitupun dengan Dokter Wendy. Ia sudah menganggap Nathan sebagai anaknya sendiri.

“Kamu hebat Nathan, saya bangga sama kamu.”

Nathan mengidap kanker otak sejak ia masih duduk di bangku SMP, tidak ada yang tau tentang penyakitnya ini, kecuali Jordan. Teman ayahnya yang pertama kali membawa Nathan kesini.

Sampai sekarang kanker nya sudah di tahap stadium akhir, dan hidupnya sudah tak lama lagi.

Nathan

.

“Gimana keadaan saya dok?”

Dokter yang mendengar pertanyaan Nathan hanya bisa menghela nafas berat.

“Nathan maaf, keadaan kamu semakin memburuk.”

Nathan hanya tersenyum miris mendengar jawaban Dokter.

“Hidup saya gak lama lagi ya dok?”

“Iya Nathan, maafin saya ya.”

“Gapapa dok, udah takdirnya gini haha.” Ucap Nathan sambil tertawa.

“Sisa hidup kamu tinggal beberapa hari lagi, paling lama satu Minggu.” Dokter itu mengelus kedua tangan Nathan.

Nathan menangis mendengar apa yang di katakan Dokter. Dokter yang melihat Nathan menangis langsung membawa Nathan kedalam pelukannya.

Dokter itu bernama Dokter Wendy. Dokter yang menangani Nathan dari awal hingga sekarang.

Dokter Wendy tau semua tentang Nathan, bahkan yang tak diketahui sama orang tuanya. Nathan lebih sering bercerita ke Dokter Wendy, karena menurutnya Dokter Wendy itu udah kaya Ibu nya sendiri, begitupun dengan Dokter Wendy. Ia sudah menganggap Nathan sebagai anaknya sendiri.

“Kamu hebat Nathan, saya bangga sama kamu.”

Nathan mengidap kanker otak sejak ia masih duduk di bangku SMP, tidak ada yang tau tentang penyakitnya ini, kecuali Jonathan. Teman ayahnya yang pertama kali membawa Nathan kesini.

Sampai sekarang kanker nya sudah di tahap stadium akhir, dan hidupnya sudah tak lama lagi.

Mimpi

.

Setelah membalas pesan dari kekasihnya itu. Kahes langsung bergegas menuju ke apartemen Narel.

Sesampainya disana. Kahes langsung masuk ke dalam apartemen Narel dan berjalan ke arah kamar, ia membuka pintu itu melihat Narel masih rebahan di atas kasurnya sambil menatap langit-langit kamar.

Kahes mengetuk pintu itu agar Narel menyadari kehadirannya.

“Sayang” Kahes berjalan menghampiri Narel, waktu Kahes mau meluk Narel. Narel malah mundur.

“Aku tanya, cewek yang tadi itu siapa.” Bentak Narel dengan wajah sebalnya.

Kahes dengan cepat membawa Narel ke dalam dekapannya. “Aku gak tau sayang, kan itu cuma mimpi.” Kahes mengelus punggung Narel dengan sayang.

“Tetep aja! gimana kalo kamu beneran selingkuhin aku? beneran ngewe sama tuh cewek.”

“Astaga sayang, aku gak bakal kaya gitu, yakali aku selingkuhin kamu.

Kahes menghela nafas. “Kamu abis nonton apa emangnya?” Biasanya Narel emang suka gitu, kalo nonton bisa sampe kebawa mimpi.

“Aku lupa judulnya, tapi disitu cowoknya selingkuh terus mereka malah cipokan di depan si cewek.” Jelas Narel sambil memainkan tangannya di dada Kahes.

“Lain kali kamu jangan nonton film kaya gitu lagi lah, gak aman filmnya.”

“Tapi seru! nanti kita nonton bareng ya.” Ajak Narel dengan mata yang berbinar-binar.

“Gak, mending kamu nonton kartun aja, sampe besok juga bakal aku temenin.” Tolak Kahes sambil menciumi pipi gembil Narel.

Narel memutar bola mata malas “Terus tadi waktu aku tidur kamu ngapain?”

Sebelum menjawab pertanyaan Narel. Kahes lebih dulu merebahkan dirinya di kasur, dengan Narel yang ada di dekapan nya.

“Sayang tadi kan sebelum kamu tidur siang aku udah bilang mau bantuin daddy beresin gudang, gak mungkin juga aku selingkuh dari kamu.”

“Nanti kalo beneran gimana?”

“Kalo aku beneran selingkuh, kamu boleh mukulin aku, sampe kamu puas juga gapapa.”

Narel memukul dada bidang Kahes. “Awas aja ya kamu kalo selingkuh.” Ucap Narel sambil mempoutkan bibirnya.

Cup

Cup

Kahes mengecup bibir ranum milik kekasihnya itu, entah kenapa sekarang Narel sangat menggemaskan dimata Kahes.

Narel menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kahes, tangan Kahes mengelus pinggang ramping Narel sambil menciumi surai halus Narel.

“Udah ya? sekarang kamu bobo lagi, aku temenin kamu bobo.” Ucap Kahes dengan lembut, setelahnya ia bersenandung kecil. Tangannya ia gunakan untuk menepuk-nepuk pantat Narel pelan.

Sekitar 5 menitan. Narel kembali tertidur, melihat itu Kahes tersenyum melihat Narel, bahkan waktu tidurpun Narel tetap kelihatan menggemaskan.

Melihat Narel yang sudah pulas. Kahes pun ikut tertidur.

Naflower

.

Abél sedang mengendarai mobilnya sembari bersenandung agar tidak terlalu bosan di perjalanan.

Iya Abél mau ke toko bunga nya. Saat Abél memarkirkan mobilnya ia kaget melihat sudah ada orang duduk di depan toko nya.

Abél menghampiri orang itu. “Eh mau beli bunga ya?” Tanya Abél membuat orang itu langsung berdiri dan membungkuk ke Abél.

“Hallo kak, saya bukan mau beli bunga tapi mau balikin ini.” Cewek itu memberikan sebuah dompet ke Abél.

Abél mengambil dompet itu, iya itu emang dompet Abél yang sempet hilang. Abél cek di dalamnya masih tetep sama, didalamnya emang gak ada yang penting paling cuma uang aja.

Cewek itu tersenyum. “Ada yang hilang gak kak?” Abél menggelengkan kepalanya. “Enggak ada, eh tapi ini kok bisa sama kamu?” Saat Cewek tadi mau jawab pertanyaan Abél. Abél langsung menarik tangan Cewek tadi masuk ke dalam toko nya.

“Kita ngobrol didalam aja ya? gak enak ngobrol di luar.” Mendengar itu Cewek tadi tersenyum ke arah Abél.

Saat ini mereka sedang ada di ruangan Abél, duduk di sofa yang tersedia disana. “Jadi gimana tadi?” Tanya Abél ke Cewek itu.

“Waktu itu saya liat kakak lagi buru-buru gitu, pas saya perhatiin ternyata dompet kakak jatuh jadi saya ambil dompet itu, saya udah manggil-manggil kakak waktu itu

Tapi kakak udah pergi pake mobil, jadi kemarin saya kesini lagi buat balikin dompet ini tapi pas saya kesini toko nya tutup

Jadi saya kesini lagi hari ini, sebelumnya saya minta maaf ya kak udah lancang buka dompet kakak.” Jelas Cewek itu.

Abél tersenyum mendengar penjelasan dari Cewek itu. “Makasih ya kamu udah nyimpen dompet saya, saya kira dompet saya hilang gak tau kemana, maaf juga ya udah ngerepotin kamu jadinya.” Ucap Abél sambil mengelus tangan Cewek itu.

“Gapapa kak, saya juga gak keberatan.” Cewek itu tersenyum ke arah Abél.

Abél mengambil setengah uang yang ada di dompetnya. “Ini buat kamu.” Abél memberikan uang itu ke Cewek itu.

Cewek itu menggelengkan ribut, sebab uang yang di berikan Abél lumayan banyak, mungkin itu sekitar 2 jutaan. “Eh gak usah kak, saya juga ikhlas kok.” Abél menghela nafas.

“Terus gimana dong? saya juga gak enak sama kamu, kamu mau nya apa?” Tanya Abél ke Cewek itu.

“Saya lagi cari kerjaan kak, kalo boleh saya mau kerja disini, boleh gak kak?” Ucap cewek itu sambil menundukkan kepalanya, tidak berani buat natap Abél.

Abél tersenyum lalu mengelus tangan Cewek itu. “Boleh kok, kebetulan saya lagi cari karyawan.” Mendengar ucapan Abél, Cewek tadi langsung mengangkat kepalanya dan menampilkan senyum sumringah nya.

“Beneran kak?” Tanya Cewek tadi dengan senyuman yang tidak luntur sedikitpun.

Abél mengangguk. “Bener kok.”

“Makasih kak.” Ucap Cewek itu sambil menggenggam tangan Abél.

Abél tertawa melihat reaksi Cewek di depannya itu. “Kamu bisa ngerangkai bunga-bunga nya kan?” Tanya Abél.

Cewek itu mengangguk. “Bisa kok kak, saya sering bantuin tante saya ngerangkai bunga.”

“Yaudah kalo gitu besok kamu udah boleh kerja, eh iya kamu kalo ada temen butuh kerjaan ajak kesini aja ya saya masih butuh banyak.”

Cewek tadi mengangguk. “Ada kak, besok saya ajak kesini aja ya?”

“Iya ajak kesini aja, oiya nama kamu siapa?”

“Nama saya winter kak.”

“Udah pake aku-kamu aja, jangan sungkan ya sama win anggap aja aku kakak kamu sendiri.”

“Haha iya kak, kalo gitu aku keluar dulu ya mau ngabarin temen aku.”

“Iyaa.”

Winter berjalan keluar dengan senyuman yang tidak luntur sedikitpun, melihat itu Abél ikut tersenyum sebab Winter bener-bener excited buat kerja disini.

“Winter winter.” Abél meletakkan barang-barang di meja, dan berjalan ke luar buat melanjutkan rangkaian bunga pesanan pelanggannya.

Baru aja mau lanjut, tiba-tiba udah banyak orang aja yang masuk ke dalam toko Abél.

Abang

.

Keenan meletakkan hp nya di kasur, ia berjalan menuju ke kamar Jie.

Keenan membuka pintu itu, melihat Jie sedang tiduran di karpet bulu yang ada disana. Sedang menunggu dibacakan dongeng sama Keenan.

“Hai jagoan Daddy, maaf ya lama.” Keenan menggendong anak semata wayangnya itu, ia mengusakan rambutnya pada perut Jie, membuat Jie tertawa geli.

“Hahaha stop it Daddy.” Keenan menghentikan kegiatan mengusak rambutnya itu, lalu membawa Jie ke atas kasur.

“Jie mau di bacain dongeng apa sayang?” Ucap Keenan sambil mengambil beberapa buku dongeng milik Jie yang tersusun rapih di rak buku nya.

Jie berdiri lalu memeluk leher daddy nya itu. Membawa kedua tangan mungilnya pada pipi Keenan. “Buat sekalang Jie mau bacain Daddy dongeng.” Ucapan Jie membuat Keenan terheran-heran.

Setelahnya Keenan tersenyum hangat dan mengangguk. “Okey sekarang ayo bacain Daddy dongeng.” Jie tertawa mendengar jawaban daddy nya.

“Daddy mau Jie bacain apa hum?” Ucap si kecil sambil memilih-milih beberapa buku yang tersedia disana.

Keenan menaruh jari telunjuknya di dagu seolah-olah sedang berfikir. “Gimana kalo sekarang Jie aja yang milihin?” Mendengar itu Jie mengangguk dan mengambil satu buku.

Dongeng tentang dinosaurus. Belum sempat Jie membacakan Keenan dongeng bel rumah mereka berbunyi. “Siapa Dad?” Tanya si kecil.

“Siapa ya? mungkin itu Uncle Milen.” Jawab Keenan sembari menunjukkan eyesmile nya.

“Benelan? Jie aja yang buka dad.” Saat Jie ingin berlari Keenan menarik ekor piyama Jie membuat Jie terduduk.

Saat ini Jie emang memakai piyama dinosaurus yang ada ekor nya, makanya Keenan dengan mudah menarik Jie.

Jie berbalik ke arah Daddy nya. “Why Daddy?” Tanya si kecil dengan wajah herannya.

Keenan menggendong Jie lalu berjalan keluar kamar. “Kamar kamu di lantai dua kalo kamu lupa, nanti kalo lari yang ada kamu jatuh sayang.” Mulut Jie membulat mendengar jawaban daddy nya.

“Maafin Jie Dad.” Jie menunduk sambil memainkan tangannya, melihat itu membuat Keenan tersenyum gemas.

Keenan mengusak surai halus Jie. “Gapapa sayang, lain kali jangan gitu lagi ya?.” Jie mengangguk mengiyakan ucapan Keenan.

“Gih buka dulu pintunya.” Ucap Keenan sambil menurunkan Jie.

Jie membuka pintu itu melihat Milen sedang tersenyum menatap siapa yang membukakan pintu untuknya.

“Hallo tampan.” Sapa Milen.

Jie merentangkan tangannya minta untuk di gendong, melihat itu dengan senang hati Milen membawa Jie ke gendongan nya.

“Alloo Uncle.” Sapa balik Jie sambil tersenyum menampilkan gigi nya.

Kedua orang dewasa itu tertawa melihat tingkah Jie.

Ketiganya berjalan ke ruang tengah, Jie masih ada di gendongan Milen sekarang.

Mereka duduk di sofa. “Mau ngomongin apa Dek?”

“Bang kalo aku nikah lagi gimana?” Tanya Keenan.

Sebelum menjawab Keenan, Milen mengelus rambut Jie terlebih dahulu. “Bagus dong, Jie bakal punya mommy baru, terus kamu juga ada yang merhatiin.”

Keenan mengangguk mendengar ucapan Milen, Keenan juga kasihan sama anak semata wayangnya itu yang selalu iri sama Cheilo. Dimana keluarga Cheilo masih lengkap, tidak seperti dirinya.

“Secepatnya bang.” Jawaban Keenan membuat Milen langsung menatap Keenan.

“Secepatnya? emang udah deket sama Abél?” Setahunya Keenan selama ini selalu sendiri. Belum tau aja adeknya udah tidur bareng sama Abél.

“Haha lumayan lah, aku bakal coba buat deketin Abél lagi.” Milen mengangguk.

“Lagian kamu dulu cupu banget gak mau deketin duluan, padahal udah tau Abél suka kamu.”

“Kan Abang tau sendiri alesan nya.” Keenan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Milen memutar matanya malas. “Kamu yakin Abél lagi gak deket sama orang lain?”

Keenan terdiam mendengar pertanyaan Milen. “Aku juga gak tau bang, kalo pun Abél lagi deket sama yang lain, I will try to make Abel love me again.”

“Ya emang udah seharusnya, besok kan ada makan malam di rumah mending kamu bawa Abél aja, itung-itung biar deket juga sama bubu.”

“Abél sama Bubu udah deket banget Bang, orang Abél anaknya Aunty Winza.”

Mendengar itu Milen memukul paha Keenan membuat Keenan mengaduh kesakitan.

“Itu malah tambah bagus Dek, tinggal dapetin hati Abél langsung sat set sat set nikah.” Ucap Milen sambil tertawa.

“Ya iya sih, besok aku ajak deh.” Milen mengangguk lalu melihat Jie yang sudah tertidur di gendongannya.

“Yaudah abang pulang dulu ya udah malem juga.” Milen memberikan Jie ke Keenan.

Keenan mengantar Milen ke pintu depan, sebelum Milen pergi ia berbalik menghadap Keenan yang sedang menggendong Jie. “Inget besok bawa Abél nya.” Milen tertawa sembari berjalan ke arah mobilnya.

Keenan hanya menggelengkan kepalanya lalu berjalan ke atas buat nidurin Jie yang sedari tadi sudah tertidur.


Abél menaruh hp nya di atas nakas, ia mulai membangunkan Keenan sama Jie.

“Kak, Jie bangun yuk udah sore.” Ucap Abél sambil menepuk-nepuk pelan pipi Keenan sama Jie.

Jie bangun lebih dulu, ia langsung minta di peluk sama Abél. “Kak mau hug.” Si kecil masih mengantuk, udah dipastiin abis ini Jie pasti tidur lagi.

Jadi Abél memutuskan buat meluk Jie sambil bersandar di headboard. Jie kembali menyamankan posisi tidurnya, melihat itu Abél hanya menggeleng kepalanya.

Tangan satunya ia gunakan untuk mengelus rambut Keenan. “Kak bangun dulu yuk, ini udah sore loh Jie juga belum makan dari siang.” Bukannya bangun Keenan malah mendekatkan diri ke Abél, ia peluk pinggang Abél sambil bergumam tidak jelas.

“Gak daddy nya gak anaknya sama aja ” Abél menghela nafas melihat kelakuan Keenan sama Jie, walaupun begitu ia tetep mengelus punggung Jie sama Rambut Keenan.

Tak lama setelah itu Keenan terbangun, ia duduk dan menyenderkan tubuhnya di headboard. Keenan mengelus tangan Abél yang tadi mengelus rambutnya. “Kamu dari tadi bangunin aku? maaf ya aku capek banget hari ini.” Ucapnya sambil terus mengelus tangan Abél.

Entah keberanian darimana Abél menyender ke bahu Keenan, tentu saja itu membuat Keenan kaget tapi harus keliatan tetep cool di depan Abél. “Enggak kok, baru aja.” Keenan tersenyum, ia memeluk tubuh yang lebih kecil darinya itu.

Kini Abél menyender di dada bidang Keenan dengan Jie yang duduk dipangkuan nya sembari memeluk dirinya. Abél gugup sekarang gak tau mau ngapain, padahal dia duluan yang nyender ke Keenan.

Keenan menempelkan pipinya di kepalanya Abél. Keenan juga sama gugupnya kaya Abél tapi emang gak keliatan aja. “Nanti sebelum pulang makan dulu ya, laper kan dari siang belum makan.” Abél mengangguk mengiyakan ucapan Keenan.

“Tadi siang kenapa gak bangunin aku?” Tanya Abél.

“Tadi siang aku masuk kesini kamu sama Jie keliatannya nyenyak banget, jadi aku gak tega buat bangunin kalian, makanya aku ikut tidur.” Jawab Keenan.

“Yaudah, sekarang aja gimana?” Keenan mengangguk.

“Bentar ya aku cuci muka dulu.”

“Iyaa, nanti gantian ya.”

“Iya princess.”

“IH KAK.” Teriak Abél membuat Keenan tertawa terbahak-bahak.

Jie terbangun gara-gara teriakan Abél. “Kak..” Gumam Jie.

“Jie kamu kaget ya? maafin kakak ya sayang, tapi Jie harus bangun, ini udah sore loh.”

Setelah menunggu beberapa menit Jie bangun dari pangkuan Abél, ia memeluk Abél sebentar dan mencium pipi Abél. “Jie udah bangun hehe.”

Abél terkekeh melihat tingkah menggemaskan Jie. “Pinter nya.” Keduanya sama-sama tertawa.

Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka. “Loh Jie udah bangun, gih kalian cuci muka dulu.” Abél sama Jie mengangguk dan turun dari kasur menuju kamar mandi sambil bergandengan tangan.

“Mereka lucu banget.” Keenan terkekeh melihat itu.

Beberapa saat setelahnya Keenan sedang fokus ke hp nya sampai-sampai ia tidak merasa kalo Abél sama Jie udah duduk di sebelahnya.

“Ayo daddy, Jie lapel mau mam.” Ujar Jie sembari menggoyangkan lengan Keenan.

“Iya iya yuk.” Keenan menaruh hp nya di saku dan mengendong Jie dengan satu tangan.

Ketiganya berjalan keluar sambil membincangkan mau makan dimana.

Terdengar bisikan bisikan dari karyawan Keenan yang sedang menembak-nebak siapa Abél, ada juga yang gemas melihat mereka bertiga.


Satu jam berlalu. Keenan masuk ke dalam ruangannya ingin mengajak Abél sama Jie buat makan siang.

Saat memasuki kamar itu ia tersenyum hangat melihat Abél sama Jie saling memeluk satu sama lainnya.

Mereka berdua terlihat sangat nyenyak hingga membuat Keenan tidak tega membangunkannya. Ia berjalan ke sofa yang ada disana dan melepaskan jas serta dasinya ia taruh di atas sofa itu.

Setelah itu ia berjalan menghampiri Abél sama Jie yang sedang tertidur diatas kasurnya dan ikut berbaring di samping Jie.

“Kayanya nanti kalo kita udah nikah, aku akan lebih sering liat kamu sama Jie tidur bareng. bél aku pikir setelah aku menikah orang itu akan menggantikan posisi kamu, namun aku salah bél.” Keenan membelai pipi tembem Abél.

“Nyatanya kamu punya tempat tersendiri sampai tidak ada satu orangpun yang bisa menggantikan itu, tapi aku pastiin kalo kamu akan jadi duniaku dan mommy buat Jie.”

Keenan terkekeh saat tidur Abél sedikit terganggu karenanya. Keenan mencium pipi tembem Abél sama Jie setelahnya ia ikut tertidur dengan tangan yang memeluk pinggang Abél, dan Jie ditengah-tengah mereka.

Gak jadi nonton

.

Siang ini Abél, Helsa sama Arsa berniat buat nonton, tapi sebelum itu mereka ke sekolah dulu buat jemput Cheilo, anak Helsa.

Sesampainya disana mereka keluar, melihat Cheilo sedang bersama Jie duduk di bangku panjang di bawah pohon.

Cheilo sama Jie menghampiri mereka bertiga.

“MOMMY” Teriak Cheilo sembari merentangkan tangannya minta untuk di gendong, sedangkan Jie hanya jalan biasa saja namun ia menghampiri Abél dan memeluk kaki Abél.

Abél tersenyum melihat Jie memeluk kaki nya, ia mengangkat dengan cepat Jie memeluk lehernya lalu tertawa.

“Hallo prince Jielon.” Sapa Abél dengan senyuman manis di wajahnya.

“Allo alloo plincess Abél.” Sapa Jie balik membuat keduanya tertawa, mereka tidak tau bahwa ketiga orang itu terus memperhatikan mereka berdua.

Arsa menyenggol Helsa yang sedang menggendong Cheilo dan membisikkan sesuatu. “Si Abél udah akrab aja sama Jie.” Bisik Arsa.

Helsa mengangguk mengiyakan bisikan Arsa. “Bener, perasaan baru kemarin Abél bilang kalo dia ketemu sama Keenan.”

“Bél kok lo udah akrab aja sama Jie?” Tanya Helsa pada Abél. Setahunya Jie itu anti banget deket-deket sama orang baru, sedangkan sama Abél baru ketemu kemarin masa udah nemplok aja.

“Gue juga gak tau Hel, kemarin waktu ketemu juga kaya gini.” Jelas Abél.

“Bél kayanya Jie udah nandain lo buat jadi mommy barunya haha.” Ketiganya tertawa menanggapi ucapan Helsa.

“Gak lah, namanya juga anak kecil kan biasa kaya gini.” Ucap Abél.

Helsa memutar matanya malas. “Jie tuh gak gitu bél, dia anti banget deket-deket sama orang baru, bahkan sama gue dulu aja lumayan lama akrab nya.” Jelas Helsa

“Jie kalo kak Abél jadi mommy barunya Jie, Jie mau gak?” Tanya Arsa penasaran.

Jie mengangguk antusias. “Mau mau.” Jawaban Jie membuat Arsa berteriak.

“TUH KAN TUH KAN.” Arsa sambil memukul mukul lengan Helsa membuat Helsa kesakitan.

Helsa sedikit menjauh dari Arsa. “Gausah mukul gue juga dong.” Helsa emang udah biasa jadi korban tabok arsa.

Tak lama setelah itu mobil Keenan datang membuat atensi Jie berpindah ke mobil itu. “Itu daddy.” Ujar Jie sembari menunjuk mobil Keenan.

Keenan keluar dari mobil itu dan menghampiri mereka. “Kok lo lama banget sih, capek nih gue nungguin.” Ucap Helsa kesal karena Keenan baru datang.

“Maaf tadi sedikit macet dijalan.” Keenan berbalik melihat Jie yang sedang di gendong sama Abél.

Keenan tersenyum sembari mengusak surai halus Jie. “Hallo jagoan daddy.” Sapaan Keenan membuat Jie tertawa girang.

Setelahnya Keenan mendekat ke Abél membisikkan sesuatu. “Hallo juga princess Abél.” Bisikan itu membuat Abél tersipu malu dan mengalihkan pandangannya, sedangkan Keenan hanya tertawa melihat reaksi Abél.

“Yaudah Jie pulang sama daddy ya, kakak juga mau pergi soalnya.” Saat Abél hendak memberikan Jie ke Keenan. Jie menolak dan mengeratkan pelukannya di leher Abél.

Keenan tersenyum tipis. “Jie sama daddy yuk? kakak nya mau pergi lho.” Ujar Keenan sembari merentangkan tangannya.

Jie menggeleng ribut. “Ndak mau daddy, Jie mau sama kak Abél.” Mendengar rengekan Jie membuat Keenan sama Abél saling tatap-tatapan.

Helsa sama Arsa hanya diam menahan gemas ketiga orang didepannya itu.

“Nanti kita main lagi ya Jie, Jie juga kan harus ganti baju dulu.” Ucap Abél mengelus punggung Jie dengan sayang agar Jie luluh.

Tapi tetap saja Jie menolak membuat keduanya orang dewasa itu menghela nafas.

“Emangnya kamu mau kemana bél?” Tanya Keenan.

“Aku mau nonton kak, soalnya udah lama juga kita gak nonton bertiga.” Keenan sama Abél bingung gak tau mau gimana lagi, sedangkan Jie masih kekeuh gak mau lepas dari Abél.

“Helsa saya-” Belum sempat Keenan menyelesaikan omongan Helsa sama Arsa dengan cepat masuk ke mobil Helsa.

“Iya Keen bawa aja Abélnya, Bél kita duluan ya dadahh.” Setelah mengatakan itu Helsa langsung melajukan mobilnya.

Ketiganya saling bertatap tatapan heran lalu menghela nafas. “Kakak ayo ikut kita aja.” Jie menggunakan puppy eyes nya membuat Abél tak tega dan menyetujui keinginan Jie.

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil Keenan, Abél duduk di samping Keenan dengan Jie yang duduk di pangkuannya.

Jie meminta Abél menyalakan video Frozen, Abél menurutinya karena Abél juga tau seberapa sukanya Jie sama Frozen apalagi sama Anna.

Abél sama Jie lagi nyanyi-nyanyi bareng sambil liat video di iPad yang biasa dibawa Keenan.

Keenan terkekeh melihat Abél sama Jie yang lagi asik sendiri dengan dunia mereka.

Keenan memberhentikan mobilnya di parkiran kantornya. Lalu berbalik menghadap Abél sama Jie. “Bél aku ada meeting abis ini, kalian berdua nunggu di ruangan aku aja ya.” Abél mengangguk sambil tersenyum. “Iyaa kak kita nunggu di ruangan kamu.” Keenan pun ikut tersenyum melihat Abél.

Keduanya berjalan beriringan menuju ruangan Keenan, beberapa karyawan membungkuk guna menyapa Keenan selaku CEO di perusahaan itu.

Sesampainya di ruangan Keenan, ia membawa Abél serta Jie yang sedang tertidur nyaman di gendongan Abél ke kamar yang ada di ruangan itu.

“Kamu disini dulu ya, nanti abis meeting aku kesini lagi.” Setelah mengatakan itu Keenan keluar.

Abél menidurkan Jie di atas kasur berukuran king size itu. Abél juga ikut merebahkan dirinya di samping Jie, ia menepuk-nepuk pantat Jie pelan.

Jie mendekat ke Abél, menyamankan dirinya di depan dada Abél. “Lucunya.” Gumam Abél disertai kekehan.

Beberapa saat kemudian ia ikut menyelam dalam mimpinya menyusul Jie.

Morning


pagi ini kala bangun lebih dulu dari nala dia melihat jam di sebelahnya menunjukkan jam 05.00

“kirain kesiangan tadi rupanya masih jam lima pagi” ucapnya sambil menggeliat dia melihat nala yg sedang tidur di sebelahnya lalu tangannya mengelus pelan rambut nala sambil berkata”nala bangun udah pagi loh ini katanya ada kelas pagi” ucap kala sambil memainkan rambut nala. nala hanya menjawab dengan anggukan kecil namun matanya masih terpejam

tentu saja itu tidak cukup untuk kala dia terus mencoba membangunkan nala “bangun nalaaa” dengan nada kesel

nala bangun dan langsung memeluk tubuh kala memberikan kecupan di pipinya “morning kala masih pagi ga boleh marah marah loh” ucap nala sambil terkekeh. Kala hanya diam namun tetap membalas pelukan nala “siapa suruh tadi susah banget di bangunin” jawab kala dengan nada ngambek

nala tertawa pelan mendengar jawaban kala dia melihat jam ternyata masih jam 05.09 “ini masih terlalu pagi kala lagian kelas mulainya jam 9 mending tidur lagi” ucap nala sambil mengeratkan pelukannya

kala hanya diam dia membenamkan wajahnya di leher nala “huum tapi ntar jam 6 bangun ya” ucap kala dengan suara pelan “iya kalaa, kalo aja kita ga kembar udah aku pacarin kamu” jawab nala sambil tertawa “heh ada' aja kamu” sambil memukul pelan punggung nala