Bou


Sesuai apa yang dikatakan Hivi, pemuda memang bersama teman-temannya untuk merayakan kelulusan mereka.

Saat ini mereka sedang berkumpul di halaman belakang rumah Akim, kenapa harus rumah Akim? sebab rumah Akim paling deket sama supermarket jadi mereka tidak usah jauh-jauh untuk membeli sesuatu.

“Aelah kenapa gak malem aja sih ini bakar-bakar” keluh Akram yang sedang menusuk-nusukan sosis pada tusuk sate.

Mendengar Akram yang sedaritadi mengeluh Neona langsung menoyor kepala Akram. “Kaga bisa anjing, nanti malem gua mau pergi ama keluarga gua. Lagian ini buat ngerayain kelulusan doang, besok malem kita bisa kumpul lagi” sahut Neona.

“Emang mau ngapain?” Tanya Hivi sembari mengambil sosis-sosis yang sudah ditusuk.

“Mabok lah, gas gak haha” ujar Neona sambil menaik-turunkan alisnya menatap Hivi.

Alih alih Hivi yang menjawab, justru semua teman-temannya yang bersorak setuju.

“GASSS LAH” sorak teman-teman Hivi.

“Ayo aja sih gua mah, Hen Hen udah siap belom itu?” tanya Hivi, ia siap untuk membakar sosis yang sedang ia bawa.

“Udah nih pi, mau lo yang kabar apa gua?” tanya Hendra balik.

“Gak usah Hen biar gua aja, lo mending bantu Kalle ama reno bikin minum” suruh Hivi yang langsung dilakukan oleh Hendra, pemuda bersurai coklat itu langsung berlari layaknya Naruto menghampiri Kalle dan Reno.


Satu jam telah berlalu, sosis-sosis yang Hivi bakar pun sudah matang semua. Laskar langsung menggelar karpet disana, lalu ikut membantu yang lain untuk memindahkan makanan-makanan yang mereka bawa serta sosis tadi ke atas karpet.

Sebenernya mereka bukan cuma bakar-bakar, mereka berencana untuk piknik bersama di halaman belakang rumah Akim.

Makanan dan minuman sudah tertata rapih, ada yang membawa pizza, salad, puding, dan makanan lainnya.

“Eh foto dulu dong” ajak Ken yang sudah mengeluarkan handphonenya.

Setelah selesai berfoto mereka langsung menyantap berbagai makanan didepan mereka.

“Pi lo waktu itu ilang kemana dah? kata laki lo, lo ilang” ucap Kelle dengan enteng nya.

Mendengar ucapan Kalle, Akim, Akram dan yang lainnya yang belum tau Hivi sudah menikah itu langsung terkejut bukan main.

“LAKI LO? maksud lo apa lle? si Hipi kan belom nikah anjir” sentak Johan sambil menunjuk-nunjuk Kalle dengan tusuk sate.

“Lo udah nikah pi?” tanya Jiwan serius pada Hivi. Hivi tersenyum terpaksa, tangannya menyubit paha Kalle hingga menghadirkan jeritan dari Kalle.

“Hipi anjing jawab dong” paksa Jiwan yang sedang menepuk-nepuk paha Hivi.

Mungkin memang sudah saat nya Hivi jujur pada teman-temannya, pemuda itu menggangguk sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

“Iya.. gua udah nikah hehe”

Jawaban Hivi langsung membuat mereka terdiam, namun dengan cepat Akram menodong Hivi dengan pertanyaannya.

“Jangan bilang pas lo mabok waktu itu, om-om yang ngangkat lo itu suami lo pi?” Hivi langsung mengangguk, itu memang suaminya.

“Lo bercanda kan?”

Hivi yang tadinya terkekeh langsung mendatarkan mukanya, ia menghela nafas kasar.

“Kaga anjing, gua emang udah nikah dan yang lo liat waktu itu tuh emang laki gua Akram bangsat. Kalo lo mau tau dia siapa, dia itu donatur sekolah kita Oscar Willonder. DENGER GAK KUPING LO?” kesal Hivi, pemuda itu bahkan menjewer kuping Akram dan berteriak di akhir katanya.

Akram langsung terdiam, pemuda itu tidak tau mau menjawab apa lagi.

“JADI LO UDAH NGEWE PI? haha anjing cok, enak gak diewe?” goda Akim yang dibalas tabokan sama Hivi.

“DIEM BANGSAT!” teriak Hivi sembari memukuli Akim dengan sepatunya.

Yang lain hanya tertawa sambil menyantap makanannya, membiarkan Hivi yang sedang memukuli Akim, anggap aja itu hiburan.


Sesuai apa yang dikatakan Hivi, pemuda memang bersama teman-temannya untuk merayakan kelulusan mereka.

Saat ini mereka sedang berkumpul di halaman belakang rumah Akim, kenapa harus rumah Akim? sebab rumah Akim paling deket sama supermarket jadi mereka tidak usah jauh-jauh untuk membeli sesuatu.

“Aelah kenapa gak malem aja sih ini bakar-bakar” keluh Akram yang sedang menusuk-nusukan sosis pada tusuk sate.

Mendengar Akram yang sedaritadi mengeluh Neona langsung menoyor kepala Akram. “Kaga bisa anjing, nanti malem gua mau pergi ama keluarga gua. Lagian ini buat ngerayain kelulusan doang, besok malem kita bisa kumpul lagi” sahut Neona.

“Emang mau ngapain?” Tanya Hivi sembari mengambil sosis-sosis yang sudah ditusuk.

“Mabok lah, gas gak haha” ujar Neona sambil menaik-turunkan alisnya menatap Hivi.

Alih alih Hivi yang menjawab, justru semua teman-temannya yang bersorak setuju.

“GASSS LAH” sorak teman-teman Hivi.

“Ayo aja sih gua mah, Hen Hen udah siap belom itu?” tanya Hivi, ia siap untuk membakar sosis yang sedang ia bawa.

“Udah nih pi, mau lo yang kabar apa gua?” tanya Hendra balik.

“Gak usah Hen biar gua aja, lo mending bantu Kalle ama reno bikin minum” suruh Hivi yang langsung dilakukan oleh Hendra, pemuda bersurai coklat itu langsung berlari layaknya Naruto menghampiri Kalle dan Reno.


Satu jam telah berlalu, sosis-sosis yang Hivi bakar pun sudah matang semua. Laskar langsung menggelar karpet disana, lalu ikut membantu yang lain untuk memindahkan makanan-makanan yang mereka bawa serta sosis tadi ke atas karpet.

Sebenernya mereka bukan cuma bakar-bakar, mereka berencana untuk piknik bersama di halaman belakang rumah Akim.

Makanan dan minuman sudah tertata rapih, ada yang membawa pizza, salad, puding, dan makanan lainnya.

“Eh foto dulu dong” ajak Ken yang sudah mengeluarkan handphonenya.

Setelah selesai berfoto mereka langsung menyantap berbagai makanan didepan mereka.

“Pi lo waktu itu ilang kemana dah? kata laki lo, lo ilang” ucap Kelle dengan enteng nya.

Mendengar ucapan Kalle, Akim, Akram dan yang lainnya yang belum tau Hivi sudah menikah itu langsung terkejut bukan main.

“LAKI LO? maksud lo apa lle? si Hipi kan belom nikah anjir” setak Johan sambil menunjuk-nunjuk Kalle dengan tusuk sate.

“Lo udah nikah pi?” tanya Jiwan serius pada Hivi. Hivi tersenyum terpaksa, tangannya menyubit paha Kalle hingga menghadirkan jeritan dari Kalle.

“Hipi anjing jawab dong” paksa Jiwan yang sedang menepuk-nepuk paha Hivi.

Mungkin memang sudah saat nya Hivi jujur pada teman-temannya, pemuda itu menggangguk sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

“Iya.. gua udah nikah hehe”

Jawaban Hivi langsung membuat mereka terdiam, namun dengan cepat Akram menodong Hivi dengan pertanyaannya.

“Jangan bilang pas lo mabok waktu itu, om-om yang ngangkat lo itu suami lo pi?” Hivi langsung mengangguk, itu memang suaminya.

“Lo bercanda kan?”

Hivi yang tadinya terkekeh langsung mendatarkan mukanya, ia menghela nafas kasar.

“Kaga anjing, gua emang udah nikah dan yang lo liat waktu itu tuh emang laki gua Akram bangsat. Kalo lo mau tau dia siapa, dia itu donatur sekolah kita Oscar Willonder. DENGER GAK KUPING LO?” kesal Hivi, pemuda itu bahkan menjewer kuping Akram dan berteriak di akhir katanya.

Akram langsung terdiam, pemuda itu tidak tau mau menjawab apa lagi.

“JADI LO UDAH NGEWE PI? haha anjing cok, enak gak diewe?” goda Akim yang dibalas tabokan sama Hivi.

“DIEM BANGSAT!” teriak Hivi sembari memukuli Akim dengan sepatunya.

Yang lain hanya tertawa sambil menyantap makanannya, membiarkan Hivi yang sedang memukuli Akim, anggap aja itu hiburan.


Sesuai apa yang dikatakan Hivi, pemuda memang bersama teman-temannya untuk merayakan kelulusan mereka.

Saat ini mereka sedang berkumpul di halaman belakang rumah Akim, kenapa harus rumah Akim? sebab rumah Akim palimh deket sama supermarket jadi mereka tidak usah jauh-jauh untuk membeli sesuatu.

“Aelah kenapa gak malem aja sih ini bakar-bakar” keluh Akram yang sedang menusuk-nusukan sosis pada tusuk sate.

Mendengar Akram yang sedaritadi mengeluh Neona langsung menoyor kepala Akram. “Kaga bisa anjing, nanti malem gua mau pergi ama keluarga gua. Lagian ini buat ngerayain kelulusan doang, besok malem kita bisa kumpul lagi” sahut Neona.

“Emang mau ngapain?” Tanya Hivi sembari mengambil sosis-sosis yang sudah ditusuk.

“Mabok lah, gas gak haha” ujar Neona sambil menaik-turunkan alisnya menatap Hivi.

Alih alih Hivi yang menjawab, justru semua teman-temannya yang bersorak setuju.

“GASSS LAH” sorak teman-teman Hivi.

“Ayo aja sih gua mah, Hen Hen udah siap belom itu?” tanya Hivi, ia siap untuk membakar sosis yang sedang ia bawa.

“Udah nih pi, mau lo yang kabar apa gua?” tanya Hendra balik.

“Gak usah Hen biar gua aja, lo mending bantu Kalle ama reno bikin minum” suruh Hivi yang langsung dilakukan oleh Hendra, pemuda bersurai coklat itu langsung berlari layaknya Naruto menghampiri Kalle dan Reno.


Satu jam telah berlalu, sosis-sosis yang Hivi bakar pun sudah matang semua. Laskar langsung menggelar karpet disana, lalu ikut membantu yang lain untuk memindahkan makanan-makanan yang mereka bawa serta sosis tadi ke atas karpet.

Sebenernya mereka bukan cuma bakar-bakar, mereka berencana untuk piknik bersama di halaman belakang rumah Akim.

Makanan dan minuman sudah tertata rapih, ada yang membawa pizza, salad, puding, dan makanan lainnya.

“Eh foto dulu dong” ajak Ken yang sudah mengeluarkan handphonenya.

Setelah selesai berfoto mereka langsung menyantap berbagai makanan didepan mereka.

“Pi lo waktu itu ilang kemana dah? kata laki lo, lo ilang” ucap Kelle dengan enteng nya.

Mendengar ucapan Kalle, Akim, Akram dan yang lainnya yang belum tau Hivi sudah menikah itu langsung terkejut bukan main.

“LAKI LO? maksud lo apa lle? si Hipi kan belom nikah anjir” setak Johan sambil menunjuk-nunjuk Kalle dengan tusuk sate.

“Lo udah nikah pi?” tanya Jiwan serius pada Hivi. Hivi tersenyum terpaksa, tangannya menyubit paha Kalle hingga menghadirkan jeritan dari Kalle.

“Hipi anjing jawab dong” paksa Jiwan yang sedang menepuk-nepuk paha Hivi.

Mungkin memang sudah saat nya Hivi jujur pada teman-temannya, pemuda itu menggangguk sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

“Iya.. gua udah nikah hehe”

Jawaban Hivi langsung membuat mereka terdiam, namun dengan cepat Akram menodong Hivi dengan pertanyaannya.

“Jangan bilang pas lo mabok waktu itu, om-om yang ngangkat lo itu suami lo pi?” Hivi langsung mengangguk, itu memang suaminya.

“Lo bercanda kan?”

Hivi yang tadinya terkekeh langsung mendatarkan mukanya, ia menghela nafas kasar.

“Kaga anjing, gua emang udah nikah dan yang lo liat waktu itu tuh emang laki gua Akram bangsat. Kalo lo mau tau dia siapa, dia itu donatur sekolah kita Oscar Willonder. DENGER GAK KUPING LO?” kesal Hivi, pemuda itu bahkan menjewer kuping Akram dan berteriak di akhir katanya.

Akram langsung terdiam, pemuda itu tidak tau mau menjawab apa lagi.

“JADI LO UDAH NGEWE PI? haha anjing cok, enak gak diewe?” goda Akim yang dibalas tabokan sama Hivi.

“DIEM BANGSAT!” teriak Hivi sembari memukuli Akim dengan sepatunya.

Yang lain hanya tertawa sambil menyantap makanannya, membiarkan Hivi yang sedang memukuli Akim, anggap aja itu hiburan.


Saat ini Hivi sedang berdiri di depan pintu rumah nya, ia merasa takut untuk masuk ke dalam rumah. Ia takut Oscar akan memarahi nya nanti, dengan hati-hati pemuda manis itu membuka pintu.

Hivi sedikit menyembulkan kepalanya untuk melihat ke dalam, untungnya tidak ada Oscar disana jadi Hivi bisa langsung masuk ke dalam.

Pemuda manis itu berjalan pelan, berusaha tidak membuat suara sedikitpun. Namun tiba-tiba ia mendengar suara orang berlari dari atas tangga, itu Oscar.

“Sayang kamu darimana? kenapa seharian ini kamu gak aktif? kamu baik-baik aja kan, gak ada yang luka?” Oscar langsung memberikan banyak pertanyaan pada Hivi, sembari memutar-mutar tubuh suami kecil nya itu untuk mastikan bahwa Hivi baik-baik saja.

“Gua baik pak tuaa, maaf lupa ngabarin. Seharian ini gua ikut ayah mancing, tadi pagi ayah dateng kesini makanya gua ikut” Mendengar penjelasan Hivi, Oscar menghela nafas lega lalu memeluk tubuh yang lebih kecil darinya itu.

“Syukur lah kalo gitu, saya takut kamu kenapa-kenapa Hivi”

“Lo nyariin gua?”

“Iya lah! bahkan saya sampai tanya ke teman-teman kamu, tanya ke Ibun, ke Mommy, ke Jeremy, saya juga nyuruh teman-teman saya buat cari kamu. Lain kali jangan kaya gini ya? kalo mau pergi kabarin saya dulu sayang” Ujar nya sembari menciumi rambut Hivi.

“Maaf ya, gua bikin lo khawatir” Hivi menundukan kepalanya, pemuda manis itu tidak berani menatap muka Oscar. “Gua kira lo gak bakal nyariin gua, kan katanya hari ini lo mau main golf sama temen lo” Lanjutnya.

Oscar menghelas nafas kasar, ia menangkup pipi Hivi dan mendongakkannya agar menatap dirinya.

“Kalau kamu pergi tanpa kabar kaya gini saya pasti nyariin kamu sayang, saya tau kamu pasti bosan kan di rumah kalau saya pergi, makanya kamu ikut ayah mancing?” Hivi mengangguk, ia memang sering merasa bosan jika Oscar tidak ada di rumah.

“Boleh sayang kamu ikut ayah, tapi kamu harus bilang ke saya dulu. Kalo ginikan semua orang khawatir nyariin kamu hilang kemana” Tutur Oscar selembut mungkin agar Hivi mau mengerti, pemuda manis itu sudah mengerucutkan bibir gemas.

“Hiks maafin gua Oscar” Tangisan Hivi akhirnya pecah juga, pemuda manis itu memeluk erat tubuh suaminya.

“Nanti jangan di ulangi ya sayang” Hivi mengangguk lucu lalu ia menatap Oscar dengan muka yang sudah memerah karena menangis. “Dimaafin gak Hivinya?” Tanyanya disertai dengan isakan.

Melihat itu Oscar malah terkekeh gemas, pujaan hatinya itu sangat lucu. “Iya dimaafin sayang, Oscar maafin Hivi. Udah ya jangan nangis lagi, nanti mata kamu sakit” Oscar mengusap air mata Hivi lalu mengecup kedua mata suami kecilnya itu.

“Yaudah gih kamu mandi, buat makan malam kita pesen aja ya? biar kamu gak capek masak” Alih-alih melepaskan pelukan mereka, Hivi malah semakin mengeratkan pelukannya. Oscar menatap Hivi heran, apa ada yang Hivi inginkan? pikir Oscar.

“Mandiin..” Cicit Hivi pelan, sangat pelan.

Oscar terdiam sebentar, lalu tersenyum senang menatap Hivi. “Apa hm?” Goda Oscar.

“Mandiin ih” Rengek Hivi sembari menghentakkan kakinya.

Melihat itu Oscar tertawa puas lalu menggendong Hivi bridal style dan berjalan ke kamar mandi.

“Sumringah banget mukanya” Cibir Hivi menatap muka Oscar.

“Jelas dong, kesempatan gak dateng dua kali sayang”


Saat ini Hivi sedang berdiri di depan pintu rumah nya, ia merasa takut untuk masuk ke dalam rumah. Ia takut Oscar akan memarahi nya nanti, dengan hati-hati pemuda manis itu membuka pintu.

Hivi sedikit menyembulkan kepalanya untuk melihat ke dalam, untungnya tidak ada Oscar disana jadi Hivi bisa langsung masuk ke dalam.

Pemuda manis itu berjalan pelan, berusaha tidak membuat suara sedikitpun. Namun tiba-tiba ia mendengar suara orang berlari dari atas tangga, itu Oscar.

“Sayang kamu darimana? kenapa seharian ini kamu gak aktif? kamu baik-baik aja kan, gak ada yang luka?” Oscar langsung memberikan banyak pertanyaan pada Hivi, sembari memutar-mutar tubuh suami kecil nya itu untuk mastikan bahwa Hivi baik-baik saja.

“Gua baik pak tuaa, maaf lupa ngabarin. Seharian ini gua ikut ayah mancing, tadi pagi ayah dateng kesini makanya gua ikut” Mendengar penjelasan Hivi, Oscar menghela nafas lega lalu memeluk tubuh yang lebih kecil darinya itu.

“Syukur lah kalo gitu, saya takut kamu kenapa-kenapa Hivi”

“Lo nyariin gua?”

“Iya lah! bahkan saya sampai tanya ke teman-teman kamu, tanya ke Ibun, ke Mommy, ke Jeremy, saya juga nyuruh teman-teman saya buat cari kamu. Lain kali jangan kaya gini ya? kalo mau pergi kabarin saya dulu sayang” Ujar nya sembari menciumi rambut Hivi.

“Maaf ya, gua bikin lo khawatir” Hivi menundukan kepalanya, pemuda manis itu tidak berani menatap muka Oscar. “Gua kira lo gak bakal nyariin gua, kan katanya hari ini lo mau main golf sama temen lo” Lanjutnya.

Oscar menghelas nafas kasar, ia menangkup pipi Hivi dan mendongakkannya agar menatap dirinya.

“Kalau kamu pergi tanpa kabar kaya gini saya pasti nyariin kamu sayang, saya tau kamu pasti bosan kan di rumah kalau saya pergi, makanya kamu ikut ayah mancing?” Hivi mengangguk, ia memang sering merasa bosan jika Oscar tidak ada di rumah.

“Boleh sayang kamu ikut ayah, tapi kamu harus bilang ke saya dulu. Kalo ginikan semua orang khawatir nyariin kamu hilang kemana” Tutur Oscar selembut mungkin agar Hivi mau mengerti, pemuda manis itu sudah mengerucutkan bibir gemas.

“Hiks maafin gua Oscar” Tangisan Hivi akhirnya pecah juga, pemuda manis itu memeluk erat tubuh suaminya.

“Nanti jangan di ulangi ya sayang” Hivi mengangguk lucu lalu ia menatap Oscar dengan muka yang sudah memerah karena menangis. “Dimaafin gak Hivinya?” Tanyanya disertai dengan isakan.

Melihat itu Oscar malah terkekeh gemas, pujaan hatinya itu sangat lucu. “Iya dimaafin sayang, Oscar maafin Hivi. Udah ya jangan nangis lagi, nanti mata kamu sakit” Oscar mengusap air mata Hivi lalu mengecup kedua mata suami kecilnya itu.

“Yaudah gih kamu mandi, buat makan malam kita pesen aja ya? biar kamu gak capek masak” Alih-alih melepaskan pelukan mereka, Hivi malah semakin mengeratkan pelukannya. Oscar menatap Hivi heran, apa ada yang Hivi inginkan? pikir Oscar.

“Mandiin..” Cicit Hivi pelan, sangat pelan.

Oscar terdiam sebentar, lalu tersenyum senang menatap Hivi. “Apa hm?” Goda Oscar.

“Mandiin ih” Rengek Hivi sembari menghentakkan kakinya.

Melihat itu Oscar tertawa puas lalu menggendong Hivi brindal style dan berjalan ke kamar mandi.

“Sumringah banget mukanya” Cibir Hivi menatap muka Oscar.

“Jelas dong, kesempatan gak dateng dua kali sayang”


Hari sudah mulai petang, Oscar mulai membereskan meja nya dan siap-siap untuk pulang. Namun ia sangat yakin mereka tidak langsung pulang, pasti di perjalanan Hivi akan meminta membeli sesuatu.

Sementara Hivi hanya berguling-guling di atas kasur, ia sangat bosan memperhatikan Oscar bekerja makanya ia pindah ke kamar, untungnya di ruangan suaminya itu terdapat sebuah kamar.

Saat sedang asyik menonton kartun, pemuda manis itu di kagetkan dengan sesuatu yang menindih tubuh nya.

“Anjing gua kira siapa” Celetuk Hivi sambil memukul lengan pria tampan yang sedang memeluknya itu.

Oscar terkekeh, ia terus memandang Hivi yang masih fokus pada layar Ipad yang menampilkan kartun kesukaannya itu. Sesekali ia mengelus pipi gembul Hivi, sebelum akhirnya di cubit saking gemesnya.

“Diem pak tuaa, pipi gua sakit ih” Keluh Hivi.

“Haha maaf, emang nya kamu gak mau pulang? ini udah sore loh” Ujar Oscar yang masih setia memainkan pipi Hivi.

Mendengar kata “Pulang” Hivi segera mematikan Ipad nya dan duduk menatap Oscar. “Ayok pulang, tapi nanti jajan dulu yaa?” Pinta si manis sambil menggoyangkan lengan yang lebih tua.

“Iyaa sayang” Jawab Oscar lalu menggendong Hivi ala koala.


Hari sudah mulai petang, Oscar mulai membereskan meja nya dan siap-siap untuk pulang. Namun ia sangat yakin mereka tidak langsung pulang, pasti di perjalanan Hivi akan meminta membeli sesuatu.

Sementara Hivi hanya berguling-guling di atas kasur, ia sangat bosan memperhatikan Oscar bekerja makanya ia pindah ke kamar, untungnya di ruangan suaminya itu terdapat sebuah kamar.

Saat sedang asyik menonton kartun, pemuda manis itu di kagetkan dengan sesuatu yang menindih tubuh nya.

“Anjing gua kira siapa” Celetuk Hivi sambil memukul lengan pria tampan yang sedang memeluknya itu.

Oscar terkekeh, ia terus memandang Hivi yang masih fokus pada layar Ipad yang menampilkan kartun kesukaannya itu. Sesekali ia mengelus pipi gembul Hivi, sebelum akhirnya di cubit saking gemesnya.

“Diem pak tuaa, pipi gua sakit ih” Keluh Hivi.

“Haha maaf, emang nya kamu gak mau pulang? ini udah sore loh” Ujar Oscar yang masih setia memainkan pipi Hivi.

Mendengar kata “Pulang” Hivi segera mematikan Ipad nya dan duduk menatap Oscar. “Ayok pulang, tapi nanti jajan dulu yaa?” Pinta si manis sambil menggoyangkan lengan yang lebih tua.

“Iyaa sayang” Jawab Oscar lalu menggendong Hivi ala koala.


Setibanya mereka di kantor Oscar, banyak pasang mata yang menatap mereka, di tambah lagi mereka datang dengan Nelson yang ada di balakang mereka.

“Dia siapa? mainan pak Oscar?” Bisik salah satu karyawan pada teman nya, namun bisikan itu masih bisa di dengar oleh Hivi.

Pemuda manis itu hanya menghela nafas dan menatap malas pada karyawan tadi, kaki nya terus berjalan menuju ruangan Oscar.

“Gede juga ya pi kantor laki lo” Celetuk Kalle, yang hanya di balas anggukan oleh Hivi.

Saat mereka tiba di depan pintu ruangan Oscar, tanpa mengetuk terlebih dahulu Hivi langsung membuka pintu itu.

“Pak tua ini... Loh kalian ngapain?” Tanya Hivi.

Entah apa yang terjadi sebelumnya, saat ini Morgan duduk di atas perut Oscar yang sedang tiduran di lantai.

Melihat siapa yang datang Oscar langsung mendorong tubuh Morgan dengan kencang, lalu ia berdiri dan merapihkan bajunya, begitu juga dengan Morgan.

“Sayang, kamu gak boleh mikir yang macem-macem okey? tadi Morgan gak sengaja kesandung makanya jatuh di atas saya” Pria tampan itu segera menghapiri Hivi dan menggenggam tangan suami nya itu.

Hivi memicingkan matanya. “Kalian pacaran ya?” Celetuk Hivi.

Mendengar perkataan Hivi, pria yang berstatus suaminya itu langsung menoyor kepala Hivi, ia mendengus tidak terima.

“Enak aja, saya mah ogah pacaran sama dia” Ungkap Oscar seraya menunjuk Morgan.

“Idih pede lo, gua juga gamau kali pacaran sama lo. Udah lah, sayang mending kita pergi aja yuk?” Morgan langsung membawa Kalle yang sedang kebingungan pergi dari sana.

“Yaudah deh gua juga pergi, males banget liat orang bermesraan” Cibir Nelson lalu menutup pintu itu lumayan kencang.

Kini hanya tersisa Oscar dan Hivi di ruangan itu, kedua orang itu duduk di sofa yang tersedia disana. Yang lebih muda mulai menyiapkan makanan yang ia bawa tadi di atas meja, sedangkan yang lebih tua fokus pada muka Hivi yang sangat menggemaskan menurutnya.

“Sayang kamu masak apa?” Tanya Oscar.

“Makanan sesukaan lo, nih makan” Hivi memberikan bekal tadi pada Oscar, lalu menatap suaminya. “Lagian tumben banget, lagi kenapa nih?” Sambung Hivi.

Oscar masih belum menjawab pertanyaan Hivi, pria tampan itu justru malah menaruh bekal tadi dan mengangkat Hivi untuk duduk di pangkuan nya.

Dengan perlahan Oscar membawa Hivi kedalam dekapannya, membenamkan mukanya di ceruk leher yang lebih muda.

Mengerti apa yang Oscar inginkan, Hivi membalas pelukan Oscar. Tangannya mulai membelai rambut yang lebih tua, dan memberikan beberapa kecupan.

“Kenapaa sih? hari ini capek ya” Tebak Hivi.

Oscar hanya mengangguk dan menggumam tidak jelas, ia masih menikmati belaiian tangan Hivi pada rambutnya.

“Pak tua, tau gak? tadi ada yang ngasih kotak gitu, tapi isinya cuma tulisan. Kayanya itu dari Yola, soalnya ada Arthur Arthurnya”

“Apa tulisan nya?”

“Gatau, gua lupa. Nih lo liat aja sendiri di galery, gua sempet foto tadi” Hivi memberikan handphone nya pada Oscar.

“Ck, ancaman sampah. Kalo kaya gini apa yang bakal kamu lakuin? kalau semisalnya dia ambil saya dari kamu”

“Emang nya lo mau sama dia?”

Oscar menggeleng.

“Yaudah anjing, kalo pun dia mau rebut lo dari gua ya lawan gua dulu lah. Enak aja mau ambil sumber duit gua, kaga rela gua mah” Hivi menangkup pipi yang lebih tua, matanya menatap netra legam Oscar.

“Lo cuma punya gua Oscar, gua gak segampang itu buat ngelepasin apa yang udah jadi milik gua. Apalagi buat si anjing rabies itu, karena takdir lo itu gua. Bukan Yola, ataupun yang lainnya” Tegas Hivi, lalu memberikan kecupan ringan di bibir Oscar.

Oscar tersenyum bangga, pria tampan itu semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang yang lebih muda lalu berbisik tepat di depan bibir Hivi.

“I'm yours, kitten ” Tegas Oscar.


“HIVI SAYANG, MOMMY DISINI” Teriak Mommy Oscar dari ambang pintu, si manis yang sedang menyajikan kudapan itu langsung menoleh dan berlari kecil mendekati Mommy Oscar.

Keduanya saling menghamburkan pelukan di temani dengan gelak tawa mereka. “Kabar kamu gimana manis? Oscar gak bandel kan?” Tanya Mommy memastikan.

Hivi menggelengkan kepalanya. “Aku baik Mom, Kak Oscar juga gak bandel kok, malah baik banget” Mommy memicingkan matanya menatap menantu nya itu.

“Beneran hm?”

“Iyaaa, Mommy Thania yang cantik”

Kini kedua orang itu sedang duduk di sofa. Thania menatap memantunya itu dengan tatapan memuja, paras Hivi benar-benar sempurna.

“Hivi, Mommy mau ngomong sesuatu sama kamu”

“Mau ngomong apa Mom?”

“Kamu mau jadi model gak? kebetulan temen Mommy lagi cari orang buat jadi model nya. Kamu kan bentar lagi kelulusan, biar ada kerjaan gitu biar gak suntuk. Gimana? kamu mau gak?”

Thania sangat yakin bahwa Hivi memang cocok dengan pekerjaan ini, dengan wajah yang rupawan, badan ramping, kulit putih susu, mata nya yang begitu indah.

Yang lebih muda tampak sedang memikirkan tawaran dari mertuanya itu.

“Boleh deh Mom, biar gak gabut juga” jawab Hivi.

“Bagus bagus, bentar ya Mommy kabarin temen Mommy dulu” Hivi hanya membalasnya dengan anggukan.


“HIVI SAYANG, MOMMY DISINI” Teriak Mommy Oscar dari ambang pintu, si manis yang sedang menyajikan kudapan itu langsung menoleh dan berlari kecil mendekati Mommy Oscar.

Keduanya saling menghamburkan pelukan di temani dengan gelak tawa mereka. “Kabar kamu gimana manis? Oscar gak bandel kan?” Tanya Mommy memastikan.

Hivi menggelengkan kepalanya. “Engga kok Mom, dia baik banget malah haha” Mommy memicingkan matanya menatap menantu nya itu.

“Beneran hm?”

“Iyaaa, Mommy Thania yang cantik”

Kini kedua orang itu sedang duduk di sofa. Thania menatap memantunya itu dengan tatapan memuja, paras Hivi benar-benar sempurna.

“Hivi, Mommy mau ngomong sesuatu sama kamu”

“Mau ngomong apa Mom?”

“Kamu mau jadi model gak? kebetulan temen Mommy lagi cari orang buat jadi model nya. Kamu kan bentar lagi kelulusan, biar ada kerjaan gitu biar gak suntuk. Gimana? kamu mau gak?”

Thania sangat yakin bahwa Hivi memang cocok dengan pekerjaan ini, dengan wajah yang rupawan, badan ramping, kulit putih susu, mata nya yang begitu indah.

Yang lebih muda tampak sedang memikirkan tawaran dari mertuanya itu.

“Boleh deh Mom, biar gak gabut juga” jawab Hivi.

“Bagus bagus, bentar ya Mommy kabarin temen Mommy dulu” Hivi hanya membalasnya dengan anggukan.