Bou


Pagi datang membawa sinar matahari yang tampak nya masih malu-malu untuk menunjukkan cahayanya, menggantikan sang bulan yang kini kembali terbenam.

Si manis bangun lebih awal dari Oscar, ia dapat melihat dengan jelas wajah tampan Oscar yang masih tertidur lelap di dalam pelukan nya. Hivi tersenyum manis, kemudia ia mengecup pipi Oscar sebelum ia pergi mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Hari ini Mommy Oscar akan berkunjung ke rumah mereka, jadi Hivi berniat untuk membuat beberapa kudapan untuk mertua cantiknya itu.

Hivi bersenandung seraya ia menyiapkan bahan-bahan yang akan ia gunakan nanti, namun sebelum itu ia berniat untuk membuat sandwich terlebih dahulu untuk sarapan mereka.

Saat ia sedang membuat sandwich, tiba-tiba saja ada tangan yang melingkar di pinggang nya, ia tentu tau itu tangan siapa. Hivi membalikan badan nya, lalu menghamburkan pelukan pada suami tampannya itu.

“Gua lagi bikin sandwich, sesuai request lo tadi malem” Ucapan Hivi mengundang kekehan dari Oscar.

“Jadi kamu beneran bikin ya? makasih ya sayang” Si manis hanya mengangguk lucu, lalu ia melepaskan pelukan mereka.

“Sana lo mandi dulu, kita sarapan abis lo mandi. Oiya hari ini Mommy mau kesini katanya, mungkin nanti gua mau pergi keluar sebentar”

“Mommy mau kesini? emang nya mau ngapain?” Pria tampan itu kembali mendekat pada Hivi.

“Gatau, katanya Mommy mau bahas sesuatu gitu” Sahut nya.

“Bahas sama kamu atau sama saya?” Tanya nya memastikan, sebab hari ini Oscar memiliki jadwal meeting dengan kolega bisnisnya.

Hivi diam sebentar, mengingat ucapan Mommy Oscar semalem. “Kayanya sama gua deh? Mommy bilang dia mau kesini mau bahas sesuatu sama gua, gak ada sebut-sebut lo”

Oscar menghela nafas lega lalu tersenyum pada suami kecil nya itu. “Yaudah saya mandi dulu ya” Ujar nya yang hanya di balas anggukan oleh Hivi.


Mereka masih senantiasa mendengarkan cerita Oscar, sama sekali tidak ada yang berani memotong omongan ketua mereka itu.

“Waktu itu dia nyuruh orang buat dateng ke rumah gua, naruh surat sama bunga mawar putih. Dia bilang mau bunuh gua dan Hivi haha, emang nya dia siapa? dia cuma wanita jalang”

Oscar mengakhiri ceritanya lalu mengelus pinggang ramping Hivi.

“Wanita jalang?” Tanya Biru pada Oscar. Lelaki itu menangguk, ia membuka Ipad nya dan menunjukan sesuah foto.

Yola sedang bermain dengan beberapa di bar, Oscar punya banyak foto Yola. Setiap Yola berhubungan badan, Oscar pasti punya fotonya.

Darimana Oscar mendapatkan itu? tentu saja dari Laskar.

“Kamu takut sayang?” Tanya Oscar pada sang pujaan hatinya itu.

Hivi tersenyum menyeringai, tangan nya mengelus rahang Oscar sensual.

“Gua bukan cupu pak tua, dan gua gak akan biarin si ular itu ngerebut lo dari gua” Oscar mengangguk bangga, ia sangat bersyukur menikah dengan Hivi.

“Nahh ini nih yang gua maksud” Celetuk Biru tiba-tiba sambil bertepuk tangan.

Semua orang yang ada disana menatap Biru heran, apanya yang perempuan itu maksud.

“Apaan anjing” Lingga menoyor kepala Biru, perempuan itu langsung menghentikan tepukan tangan nya.

“Pasangan yang cocok buat Oscar, gak menye menye” Balas Biru sambil menoyor kepala Lingga.

Oscar hanya menghelas nafas, ia sudah capek melihat mereka berantem.

“Jadi gimana?” Tanya Shera yang sedari tadi memakan snack yang di bawa oleh Oscar dan Hivi.

“Kita tunggu aja si Yola mau ngapain, cepat atau lambat dia juga bakal mati di tangan gua”

“Untuk sekarang biarin kita ikut campur Car, Arthur itu teman kita. Kita juga mau bales dendam kita ke Yola, gapapa deh lo ngasih kita cuma buat siksa Yola doang” Ujar Jenifer dengan nada yang memohon.

“Iya kalian boleh ikut campur” Akhirnya Oscar mengiyakan permintaan Jenifer setelah sekian lama nya ia selalu menjawab tidak.

“Belati pasangan nya dimana?” Tanya Oscar pada semua anggota nya.

“Di kamar lo lah”

Setelah itu Oscar mengajak Hivi berjalan ke lantai 2, dimana kamar nya berada.

Oscar membuka pintu nya, dan mengajak Hivi untuk masuk ke dalam kamar nya. Kamar yang bernuasa hitam itu cukup membuat Hivi tertegun, disana banyak model gitar di dalam sana.

“Buset, ini kamar lo pak? gila keren bener dah” Tanya Hivi sambil melihat-lihat kamar Oscar.

“Iya, sayang. Bagus kan selera saya? haha” Oscar berjalan mendekati Hivi dengan membawa sebuah kotak yang entah apa isinya Hivi juga tidak tau.

“Iya anjay, kok lo gak bikin kamar gua kaya gini sih? malah terang gitu. Eh apaan tuh?” Hivi penasaran apa yang ada di dalam kotak itu.

Oscar menyuruh Hivi untuk duduk di atas kasur, ia memberikan kotak itu pada Hivi.

“Kalo buat kamu bagus nya warna yang terang Hivi, coba kamu buka kotak nya”

Hivi hanya mengangguk saja, lalu ia membuka kotak yang di kasih oleh Oscar tadi.

Setelah kotak itu terbuka, ia sangat kaget dengan isi dari kotak itu.

Itu adalah belati pasangan, ia pernah membaca sebuah artikel bahwa belati itu adalah barang peninggalan Raja dan Ratu zaman dulu. Bahkan umur belati itu sudah ribuan tahun dan di nyatakan barang itu telah hilang ratusan tahun yang lalu, namun bagaimana belati pasangan itu ada di hadapan nya sekarang.

“Anjing pak tua, lo dapet darimana sat? ini lo pasti bikin belati pasangan kw kan? lo pasti sering baca artikel tentang ini belati jadinya bikin” Celetuk Hivi yang masih tidak percaya, ia juga menunjuk-nunjuk Oscar.

Oscar menghela nafas panjang lalu menyentil kening Hivi lumayan kencang hingga membuat pemuda itu mengumpat kesakitan.

“Sakit anjing, lo kekencengan nyentil nya bangsat” Hivi mengelus-elus kening nya.

“Hahaha lagian kamu sok tau banget, orang itu asli kok. Itu tuh dari kakek saya, saya juga gak tau kenapa beliau ngasih itu ke saya”

“Kaan gatau, sakit banget nih” Bibir si manis mengerucut lucu, tangan nya masih setia mengelus kening nya.

“Maaf sayaaangg” Ucap Oscar sambil terkekeh, tangan nya ikut mengelus kening Hivi.

“Kiss dulu kening nya”

“Iyaa telor, sini saya kiss”

Oscar menangkup pipi Hivi dan mengecup kening nya, ia juga memberi kecupan di setiap inci muka Hivi, membuat si manis tertawa geli.

“Haha udaah udaah. Tapi dari mana kakek dapet belati ini? ini belati udah hilang ratusan tahun yang lalu loh” Hivi menatap Oscar heran.

“Mana saya tau Hivi, cuman beliau pernah berpesan kalo saya baru bisa gunain belati itu kalo udah nemu pasangan saya”

“Ini lo yang mana, gua yang mana” Hivi sama sekali belum berani menyentuh belati itu.

“Punya saya warna biru, punya kamu warna merah. Kamu kalo ada apa-apa pake belati ini aja, belati lama kamu simpen aja” Oscar memberikan belati merah itu pada Hivi.

“Anjir cok ini beneran?” Hivi tidak bisa menyembunyikan senyum nya, entah mengapa ia merasa sangat senang.

“Eh tapi, ini taruh disini dulu deh. Ini kita gak langsung pulang kan?”

“Engga, kita nginep disini aja ya? saya kangen kamar saya, saya mau tidur disini sama kamu” Ucap nya di sertai dengan kekehan.

Oscar menaruh kembali belati itu di kotak nya. Lalu ia naik ke kasur dan memeluk butuh sang pujaan hati nya itu, ia merasa senang.

“Sayang, kamu tau gak?”

“Kaga, kan lo belom bilang” Hivi mendongak untuk menatap Oscar. Oscar masih setia mengelus rambut si manis, sesekali ia juga mencium rambut Hivi.

“Saya gak pernah bawa orang lain untuk tidur disini, saya ngerasa seneng aja bisa tidur sama kamu disini. Tempat tidur yang dulu saya tiduri sendiri, sekarang saya tidur di tempat tidur ini bersama orang yang saya cintai”

Oscar mengatakan itu dengan senyuman yang terukir di wajah tampan nya, entah lah. Namun itu mampu membuat pipi Hivi bersemu, sangat lucu.

“O-oh gitu? yaudah” Hivi menyembunyikan wajah nya di dada bidang Oscar dan semakin mengeratkan pelukan nya, mengabaikan Oscar yang sedang menertawakan dirinya.


“Ada yang mengunjungi kamu lagi” Ucap Polsuspas itu pada Yola yang sedang duduk di pojok ruangan sambil memeluk kaki nya.

Yola mengernyit bingung, siapa lagi yang datang? bukannya tadi Papa tiri nya sudah pergi sekitar 1 jam lalu? pikir nya.

Yola mengikuti Polsuspas itu, ia melihat Oscar sedang duduk di ruang kunjungan. Yola menghampiri Oscar dan duduk di hadapan pemuda itu, atensi Oscar langsung tertuju pada Yola dan meletakkan handphone nya.

“Waktu nya cuma 15 menit” Ucap Polsuspas itu sebelum pergi meninggalkan Yola bersama Oscar.

Oscar menatap Yola datar, lalu ia tertawa pelan. “Bagus ya rumah lo yang sekarang, betah betahin aja lah Yol. Lo disini gak seminggu dua minggu kan? 7 Tahun lo disini”

“Oscar” Panggil Yola lirih.

“Panggil gua Elder, mulai sekarang lo gausah manggil gua Oscar. Dan mulai sekarang lo itu musuh gua kan? haha gua tunggu lo sampe keluar dari penjara ini”

Yola mengangguk.

“Elder, aku takut” Ucap Yola tiba-tiba, mendengar itu Oscar mengernyit heran.

“Takut kenapa?”

“Tadi Papa tiri aku kesini, dia maki-maki aku terus nampar aku. Dia bersumpah akan membuat hidup aku menderita disini, dia juga bilang semoga tiap malem aku di mimpiin oleh Papa sama Mama aku biar aku semakin tersiksa. Elder aku takut, aku takut Papa sama Mama beneran dateng ke mimpi aku, aku takut Elder”

Yola menatap Oscar sendu, mata nya berkaca-kaca. Ia masih merasakan sakit di kaki nya karena tembakan Oscar, dan juga bekas tamparan dari Papa tiri nya.

“Nikmatin aja Yola, lagian mereka cuma dateng ke mimpi lo kan? gak dateng kesini buat nyekek lo sampe mati. Ngapain dah lo takut, pas bunuh nya aja lo gak takut tuh” Balas Oscar dengan gampang nya.

“Elder jangan gitu, aku harus apa? aku takut”

“Lo tutup kuping aja”

“Emang nya itu ngaruh?”

“Ya mana gua tau anjing, gua bukan ahli setan. Udah lah lo nikmatin aja, kalo emang beneran dateng lo abaiin aja siapa tau pergi sendiri.”

“Kamu bakal sering kesini kan?” Tanya Yola dengan mata yang berbinar, Yola berharap Oscar menanggukkan kepalanya. Namun sayang nya justru Oscar malah menggelengkan kepalanya.

“Gak gua bakal mau kesini lagi, lagian ngapain gua ketemu pembunuh kaya lo. Sampai jumpa 7 tahun lagi ya, baik-baik lo disini” Ucap Oscar sambil tersenyum menyeringai sebelum ia berdiri dari duduk nya.

“Dan aku akan terus mengejar kamu Oscar, sampe kamu jadi suami aku” Balas Yola dengan lantang.

Namun Oscar sama sekali tidak menghiraukan Yola, Oscar terus berjalan meninggalkan Yola yang masih terus berbicara padanya.

TW // Death, explosion, shot


Siang ini anak-anak sedang bersiap untuk tampil, begitupun dengan Oscar dan teman-temannya.

“Car, Arthur kemana dah? kok gak keliatan daritadi” Seru Lingga pada Oscar. Oscar menggeleng, ia juga tidak tau dimana teman nya itu berada.

Saat ini istri dari kepala sekolah sedang ada di atas panggung menyampaikan selamat atas kelulusan mereka, dan mengapresiasi mereka.

“Terimakasih..” Saat ia hendak menaruh mic itu pada standing mic, mic itu tiba-tiba meledak.

Semua antensi tertuju ke atas panggung, mereka melihat sang istri dari kepala sekolah mereka meninggal di tempat dengan kondisi yang mengenaskan.

“MAMA!” Teriak Yola dari kejauhan. Perempuan itu menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Perasaan nya hancur, rencana nya gagal, rencana nya untuk membunuh Biru gagal dan malah membunuh Mama nya sendiri.

Perempuan itu ingin berlari ke arah Mama nya yang sedang di kerumuni oleh banyak orang termasuk Papa tiri nya. Ia melihat dengan jelas Papa tiri nya sedang memangku jasad Mama nya sambil terus menangis.

“Mau kemana? ini pasti ulah lo kan?” Biru menahan tangan Yola dan menyeretnya ke tempat dimana ada Oscar dan teman-teman nya.

“Lepasin! aku mau ketemu Mama. LEPASIN” Yola terus memberontak namun bagi Biru tenaga Yola memang tidak ada apa-apa nya.

Biru mendorong Yola ke lantai dan di kelilingi oleh ia dan teman-teman nya.

“Ck, niat mau bunuh gua malah bunuh mama nya ya? kasian banget” Ujar Biru yang di akhiri dengan kekehan.

Yola enggan menjawab.

1 Menit.

2 Menit

3 Menit.

Hingga 10 menit berlalu.

“Lo bisu?” Oscar memandang datar ke arah Yola yang sedari tadi menunduk sambil meremat rok nya.

Alih-alih menjawab Yola justru malah tertawa kencang dengan air mata yang menetes dari kedua matanya.

“AHAHAHAHA IYAAA! Niat aku emang mau bunuh kamu biru. Tapi tidak apa-apa, aku udah bunuh salah satu dari kelian haha kalian pasti nyari Arthur kan? Arthur udah mati Oscar! siapa yang bunuh? jelas aku HAHAHA”

“TAPI KENAPA MALAH MAMA YANG KENA??! Harus nya yang mati itu kamu Biru, kamu!” Yola melanjutkan kalimat nya sambil menunjuk-nunjuk Biru.

Mendengar apa yang di ucapkan Yola membuat perasaan mereka campur aduk, mereka tidak menyangka teman nya yang selalu membuat mereka tertawa kini sudah tiada, dan yang mengakibatkan itu adalah orang yang mereka benci.

Tubuh Oscar memanas, mata nya berkaca-kaca dan pemuda itu menjambak rambut Yola agar perempuan itu berdiri di hadapan nya.

PLAK

Tamparan keras mendarat pada pipi mulus Yola, seakan tamparan itu adalah amarah yang Oscar pendam untuk dirinya.

Oscar melempar tubuh Yola, saat ia ingin mendekati Yola lagi tiba-tiba Daddy nya datang dan menjauhkan Oscar dari Yola.

“Tenang Oscar, kita bawa Yola ke kantor polisi” Tahan Daddy Oscar.

Yola yang mendengar itu merasa tubuhnya bergetar hebat, ia segera berlari dari sana.

“OSCAR, YOLA KABUR” Teriak Lingga sambil mengejar Yola.

Mendengar itu Oscar langsung menggerayagi tubuh Daddy nya seakan memcari sesuatu, sebuah pistol.

Setelah mengambil pistol itu Oscar ikut berlari untuk mengejar Yola.

“OSCAR JANGAN BUNUH DIA” Teriak sang Ayah dari kejauhan namun tidak di hiraukan oleh Oscar.

“Mati di balas mati. Yola gua pastiin lo mati di tangan gua, cepat atau lambat” Batin Oscar yang terus berlari.

Sudah setengah jam mereka mencari Yola. Perempuan itu pintar bersembunyi, seperti ular.

“Hah hah sumpah gua capek banget” Keluh Shera dan duduk di samping Biru.

Keadaan Biru paling berantakan, bahkan make up nya hampir luntur sebab ia berlari sambil terus menangis.

Arthur itu teman yang paling dekat dengan dirinya setelah Oscar, bahkan sampai sekarang Biru masih terus terisak.

“Udah Biru, percuma lo nangis. Arthur gak bakal bisa bangkit lagi, nanti kita cari Arthur ya” Jenifer berusaha untuk menenangkan Biru.

Perasaan mereka sangat hancur, terlebih dari itu ada Biru yang paling hancur di antara mereka.

“Jen, Arthur gua gak mungkin mati kan? dia masih ada janji sama gua” Tangisan Biru semakin menjadi-jadi. Oscar menatap sendu ke arah Biru dan membawa perempuan itu ke dalam pelukan nya.

“Kita temuin Arthur nanti ya? sekarang tenangin diri lo dulu, kita cari Yola sampe ketemu” Biru semakin mengeratkan pelukannya pada Oscar dan mengangguk.

Setelah Biru sudah mulai tenang Oscar melepaskan pelukan nya dan menghapus air mata Biru.

Saat sedang mengatakan kata-kata penenang pada Biru. Matanya menangkap Yola yang sedang berlari ke arah sekolah dasar, pemuda itu langsung berlari mengejar Yola dan mengabaikan teman-teman nya.

Untung nya sekolah itu sepi, mungkin anak-anak sudah pulang, pikirnya.

DOR

Oscar menembakan peluru tepat pada kaki Yola, perempuan itu terjatuh dan memegangi kaki nya sambil mengerang kesakitan.

Oscar mendekat dan berdiri di depan Yola. “Sakit yang lo alami itu gak ada apa-apanya Yola di bandingkan dengan Arthur yang lo bunuh.”

“AKU MAU KAMU OSCAR” Teriak Yola lantang.

“Aku mau kamu.. KENAPA KAMU GAK NGERTI? aku benci saat kamu main sama Arthur dan Biru, aku mau menyingkirkan mereka agar kita bisa bersama Oscar. Emang nya aku salah ya berjuang buat dapetin orang yang aku cintai? haha” Lanjut Yola.

“BERISIK LO ANJING, lo tuh cuma obsessed sama gua. Sampe lo tega bunuh Arthur dan lo bahkan hampir aja mau bunuh Biru! Lo bilang ini cinta? LO TERLALU OBSESSED YOLA ITU BUKAN CINTA” Pemuda itu bersimpuh di hadapan Yola, tubuhnya bergetar dan isakan pemuda itu mulai terdengar.

“Arthur udah kaya sodara gua sendiri Yol, dan lo malah bunuh dia? haha bangsat bangsat” Ucapnya dengan suara yang bergetar.

“Mati di balas mati kan? siap mati sekarang Yola?” Lanjut Oscar sambil tertawa miris.

Perempuan itu menoleh pada tangan Oscar yang masih memegang sebuah pistol. Dengan sekuat tenaga ia mencoba melarikan diri, kaki nya masih terasa sangat sakit.

“Jangan Oscar, jangan bunuh aku!” Walaupun Yola berusaha menghindari Oscar, tentu saja pemuda itu pasti bisa mengejarnya hanya dengan berjalan biasa.

“Mau main kucing-kucingan, huh?” Oscar terus mengikuti Yola, bahkan pistol nya sudah siap untuk menembakkan peluru.

Oscar berhenti dan mengarahkan pistol nya ke arah Yola. “OSCAR JANGAN, aku gak mau mati Oscar!” Saat Oscar hendak menekan trigger pistol itu Yola manarik seorang anak kecil dan memasang tubuh anak kecil itu agar melindungi nya.

Oscar tersentak dan mengarahkan pistol nya ke atas. Ia bisa melihat jelas wajah anak itu sangat ketakutan.

Oscar langsung berlari menghampiri anak itu dan memeluk nya. “Astaga Hivi maaf, maaf buat kamu takut, maafin kakak nya” Oscar terus mengelus punggung anak itu.

Hivi membalas pelukan Oscar, tangan nya bergetar ketakutan. “Kakak aku takut..” Lirih Hivi.

“Iya, maafin kakak ya” Samar-samar ia merasakan Hivi mengangguk.

Ia bisa melihat Yola berjalan mundur, saat itu juga Oscar langsung menembakan peluru ke kaki Yola yang satu nya.

Sebelum ia menembakan peluru itu, ia sudah berbisik pada Hivi dan di angguki oleh Hivi. Hivi kecil memejamkan matanya dan memeluk Oscar erat saat suara tembakan itu terdengar dan di sertai dengan suara teriakan Yola.

Oscar membuang pistol nya asal dan kembali memeluk Hivi. Sampai teman-teman nya dan Daddy nya sampai, dengan beberapa polisi di belakang mereka.

Polisi-polisi itu langsung menangkap Yola dan membawanya pergi tertelah berbincang sebentar dengan Daddy Oscar.

Oscar langsung di serbu banyak pertanyaan dari teman-teman nya.

“Eh kamu Hivi ya?” Anak kecil itu mengangguk mengiyakan ucapan Daddy Oscar.

“Ayo, biar om anter kamu ke Bunda kamu. Tadi Bunda kamu nyariin loh” Daddy Oscar melanjutkan kalimat nya.

Sayang nya perkataan Daddy Oscar sama sekali tidak diindahkan oleh Hivi, justru si kecil masih terus memeluk Oscar.

“Biar aku aja Dad yang anterin, Bunda nya dimana?” Tanya Oscar sambil menggandeng tangan Hivi.

“Ada di depan, sana anterin”

Oscar mengangguk, ia dan Hivi jalan ke depan untuk menemui Bunda Hivi yang sedari tadi mencari anak nya yang entah pergi kemana. Saat mereka sudah dekat dengan Bunda Hivi, si kecil langsung lari dan memeluk kaki sang Bunda.

“Ibuunnn, maafin dede” Ucap si kecil dengan di sertai isakan kecil.

“Astaga dede, kamu kemana sih. Ibun panik banget, takut kamu di culik ih” Bunda memeluk Hivi kecil lalu mengelus-elus punggung kecil nya.

Memperhatikan itu, Oscar tersenyum hangat. Bunda Hivi menoleh pada Oscar yang sedang memperhatikan mereka.

“Kamu yang waktu itu ketemu di taman ya?” Tanya Bunda.

Oscar mengangguk dengan senyumam yang masih menghiasi wajah tampan nya. “Iya Tante” Bunda Hivi tersenyum lalu mengucapkan terimakasih pada Oscar.

“Terimakasih ya ganteng, yaudah kalo gitu Tante sama Hivi pamit pulang dulu ya? selamat buat kelulusan kamu” Pamit Bunda Hivi lalu menepuk-nepuk pundak Oscar sebelum ia pergi.

“Dadaahh kakak tampan” Hivi berjalan sambil melambai pada Oscar. Oscar tertawa terkekeh lalu ia ikut melambai pada di kecil.


Siang ini anak-anak sedang bersiap untuk tampil, begitupun dengan Oscar dan teman-temannya.

“Car, Arthur kemana dah? kok gak keliatan daritadi” Seru Lingga pada Oscar. Oscar menggeleng, ia juga tidak tau dimana teman nya itu berada.

Saat ini istri dari kepala sekolah sedang ada di atas panggung menyampaikan selamat atas kelulusan mereka, dan mengapresiasi mereka.

“Terimakasih..” Saat ia hendak menaruh mic itu pada standing mic, mic itu tiba-tiba meledak.

Semua antensi tertuju ke atas panggung, mereka melihat sang istri dari kepala sekolah mereka meninggal di tempat dengan kondisi yang mengenaskan.

“MAMA!” Teriak Yola dari kejauhan. Perempuan itu menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Perasaan nya hancur, rencana nya gagal, rencana nya untuk membunuh Biru gagal dan malah membunuh Mama nya sendiri.

Perempuan itu ingin berlari ke arah Mama nya yang sedang di kerumuni oleh banyak orang termasuk Papa tiri nya. Ia melihat dengan jelas Papa tiri nya sedang memangku jasad Mama nya sambil terus menangis.

“Mau kemana? ini pasti ulah lo kan?” Biru menahan tangan Yola dan menyeretnya ke tempat dimana ada Oscar dan teman-teman nya.

“Lepasin! aku mau ketemu Mama. LEPASIN” Yola terus memberontak namun bagi Biru tenaga Yola memang tidak ada apa-apa nya.

Biru mendorong Yola ke lantai dan di kelilingi oleh ia dan teman-teman nya.

“Ck, niat mau bunuh gua malah bunuh mama nya ya? kasian banget” Ujar Biru yang di akhiri dengan kekehan.

Yola enggan menjawab.

1 Menit.

2 Menit

3 Menit.

Hingga 10 menit berlalu.

“Lo bisu?” Oscar memandang datar ke arah Yola yang sedari tadi menunduk sambil meremat rok nya.

Alih-alih menjawab Yola justru malah tertawa kencang dengan air mata yang menetes dari kedua matanya.

“AHAHAHAHA IYAAA! Niat aku emang mau bunuh kamu biru. Tapi tidak apa-apa, aku udah bunuh salah satu dari kelian haha kalian pasti nyari Arthur kan? Arthur udah mati Oscar! siapa yang bunuh? jelas aku HAHAHA”

“TAPI KENAPA MALAH MAMA YANG KENA??! Harus nya yang mati itu kamu Biru, kamu!” Yola melanjutkan kalimat nya sambil menunjuk-nunjuk Biru.

Mendengar apa yang di ucapkan Yola membuat perasaan mereka campur aduk, mereka tidak menyangka teman nya yang selalu membuat mereka tertawa kini sudah tiada, dan yang mengakibatkan itu adalah orang yang mereka benci.

Tubuh Oscar memanas, mata nya berkaca-kaca dan pemuda itu menjambak rambut Yola agar perempuan itu berdiri di hadapan nya.

PLAK

Tamparan keras mendarat pada pipi mulus Yola, seakan tamparan itu adalah amarah yang Oscar pendam untuk dirinya.

Oscar melempar tubuh Yola, saat ia ingin mendekati Yola lagi tiba-tiba Daddy nya datang dan menjauhkan Oscar dari Yola.

“Tenang Oscar, kita bawa Yola ke kantor polisi” Tahan Daddy Oscar.

Yola yang mendengar itu merasa tubuhnya bergetar hebat, ia segera berlari dari sana.

“OSCAR, YOLA KABUR” Teriak Lingga sambil mengejar Yola.

Mendengar itu Oscar langsung menggerayagi tubuh Daddy nya seakan memcari sesuatu, sebuah pistol.

Setelah mengambil pistol itu Oscar ikut berlari untuk mengejar Yola.

“OSCAR JANGAN BUNUH DIA” Teriak sang Ayah dari kejauhan namun tidak di hiraukan oleh Oscar.

“Mati di balas mati. Yola gua pastiin lo mati di tangan gua, cepat atau lambat” Batin Oscar yang terus berlari.

Sudah setengah jam mereka mencari Yola. Perempuan itu pintar bersembunyi, seperti ular.

“Hah hah sumpah gua capek banget” Keluh Shera dan duduk di samping Biru.

Keadaan Biru paling berantakan, bahkan make up nya hampir luntur sebab ia berlari sambil terus menangis.

Arthur itu teman yang paling dekat dengan dirinya setelah Oscar, bahkan sampai sekarang Biru masih terus terisak.

“Udah Biru, percuma lo nangis. Arthur gak bakal bisa bangkit lagi, nanti kita cari Arthur ya” Jenifer berusaha untuk menenangkan Biru.

Perasaan mereka sangat hancur, terlebih dari itu ada Biru yang paling hancur di antara mereka.

“Jen, Arthur gua gak mungkin mati kan? dia masih ada janji sama gua” Tangisan Biru semakin menjadi-jadi. Oscar menatap sendu ke arah Biru dan membawa perempuan itu ke dalam pelukan nya.

“Kita temuin Arthur nanti ya? sekarang tenangin diri lo dulu, kita cari Yola sampe ketemu” Biru semakin mengeratkan pelukannya pada Oscar dan mengangguk.

Setelah Biru sudah mulai tenang Oscar melepaskan pelukan nya dan menghapus air mata Biru.

Saat sedang mengatakan kata-kata penenang pada Biru. Matanya menangkap Yola yang sedang berlari ke arah sekolah dasar, pemuda itu langsung berlari mengejar Yola dan mengabaikan teman-teman nya.

Untung nya sekolah itu sepi, mungkin anak-anak sudah pulang, pikirnya.

DOR

Oscar menembakan peluru tepat pada kaki Yola, perempuan itu terjatuh dan memegangi kaki nya sambil mengerang kesakitan.

Oscar mendekat dan berdiri di depan Yola. “Sakit yang lo alami itu gak ada apa-apanya Yola di bandingkan dengan Arthur yang lo bunuh.”

“AKU MAU KAMU OSCAR” Teriak Yola lantang.

“Aku mau kamu.. KENAPA KAMU GAK NGERTI? aku benci saat kamu main sama Arthur dan Biru, aku mau menyingkirkan mereka agar kita bisa bersama Oscar. Emang nya aku salah ya berjuang buat dapetin orang yang aku cintai? haha” Lanjut Yola.

“BERISIK LO ANJING, lo tuh cuma obsessed sama gua. Sampe lo tega bunuh Arthur dan lo bahkan hampir aja mau bunuh Biru! Lo bilang ini cinta? LO TERLALU OBSESSED YOLA ITU BUKAN CINTA” Pemuda itu bersimpuh di hadapan Yola, tubuhnya bergetar dan isakan pemuda itu mulai terdengar.

“Arthur udah kaya sodara gua sendiri Yol, dan lo malah bunuh dia? haha bangsat bangsat” Ucapnya dengan suara yang bergetar.

“Mati di balas mati kan? siap mati sekarang Yola?” Lanjut Oscar sambil tertawa miris.

Perempuan itu menoleh pada tangan Oscar yang masih memegang sebuah pistol. Dengan sekuat tenaga ia mencoba melarikan diri, kaki nya masih terasa sangat sakit.

“Jangan Oscar, jangan bunuh aku!” Walaupun Yola berusaha menghindari Oscar, tentu saja pemuda itu pasti bisa mengejarnya hanya dengan berjalan biasa.

“Mau main kucing-kucingan, huh?” Oscar terus mengikuti Yola, bahkan pistol nya sudah siap untuk menembakkan peluru.

Oscar berhenti dan mengarahkan pistol nya ke arah Yola. “OSCAR JANGAN, aku gak mau mati Oscar!” Saat Oscar hendak menekan trigger pistol itu Yola manarik seorang anak kecil dan memasang tubuh anak kecil itu agar melindungi nya.

Oscar tersentak dan mengarahkan pistol nya ke atas. Ia bisa melihat jelas wajah anak itu sangat ketakutan.

Oscar langsung berlari menghampiri anak itu dan memeluk nya. “Astaga Hivi maaf, maaf buat kamu takut, maafin kakak nya” Oscar terus mengelus punggung anak itu.

Hivi membalas pelukan Oscar, tangan nya bergetar ketakutan. “Kakak aku takut..” Lirih Hivi.

“Iya, maafin kakak ya” Samar-samar ia merasakan Hivi menganggur.

Ia bisa melihat Yola berjalan mundur, saat itu juga Oscar langsung menembakan peluru ke kaki Yola yang satu nya.

Sebelum ia menembakan peluru itu, ia sudah berbisik pada Hivi dan di angguki oleh Hivi. Hivi kecil memejamkan matanya dan memeluk Oscar erat saat suara tembakan itu terdengar dan di sertai dengan suara teriakan Yola.

Oscar membuang pistol nya asal dan kembali memeluk Hivi. Sampai teman-teman nya dan Daddy nya sampai, dengan beberapa polisi di belakang mereka.

Polisi-polisi itu langsung menangkap Yola dan membawanya pergi tertelah berbincang sebentar dengan Daddy Oscar.

Oscar langsung di serbu banyak pertanyaan dari teman-teman nya.

“Eh kamu Hivi ya?” Anak kecil itu mengangguk mengiyakan ucapan Daddy Oscar.

“Ayo, biar om anter kamu ke Bunda kamu. Tadi Bunda kamu nyariin loh” Daddy Oscar melanjutkan kalimat nya.

Sayang nya perkataan Daddy Oscar sama sekali tidak diindahkan oleh Hivi, justru si kecil masih terus memeluk Oscar.

“Biar aku aja Dad yang anterin, Bunda nya dimana?” Tanya Oscar sambil menggandeng tangan Hivi.

“Ada di depan, sana anterin”

Oscar mengangguk, ia dan Hivi jalan ke depan untuk menemui Bunda Hivi yang sedari tadi mencari anak nya yang entah pergi kemana. Saat mereka sudah dekat dengan Bunda Hivi, si kecil langsung lari dan memeluk kaki sang Bunda.

“Ibuunnn, maafin dede” Ucap si kecil dengan di sertai isakan kecil.

“Astaga sayang, kamu kemana sih. Ibun panik banget, takut kamu di culik ih” Bunda memeluk Hivi kecil lalu mengelus-elus punggung kecil nya.

Memperhatikan itu, Oscar tersenyum hangat. Bunda Hivi menoleh pada Oscar yang sedang memperhatikan mereka.

“Kamu yang waktu itu ketemu di taman ya?” Tanya Bunda.

Oscar mengangguk dengan senyumam yang masih menghiasi wajah tampan nya. “Iya Tante” Bunda Hivi tersenyum lalu mengucapkan terimakasih pada Oscar.

“Terimakasih ya ganteng, yaudah kalo gitu Tante sama Hivi pamit pulang dulu ya? selamat buat kelulusan kamu” Pamit Bunda Hivi lalu menepuk-nepuk pundak Oscar sebelum ia pergi.

“Dadaahh kakak tampan” Hivi berjalan sambil melambai pada Oscar. Oscar tertawa terkekeh lalu ia ikut melambai pada di kecil.


Siang ini anak-anak sedang bersiap untuk tampil, begitupun dengan Oscar dan teman-temannya.

“Car, Arthur kemana dah? kok gak keliatan daritadi” Seru Lingga pada Oscar. Oscar menggeleng, ia juga tidak tau dimana teman nya itu berada.

Saat ini istri dari kepala sekolah sedang ada di atas panggung menyampaikan selamat atas kelulusan mereka, dan mengapresiasi mereka.

“Terimakasih..” Saat ia hendak menaruh mic itu pada standing mic, mic itu tiba-tiba meledak.

Semua antensi tertuju ke atas panggung, mereka melihat sang istri dari kepala sekolah mereka meninggal di tempat dengan kondisi yang mengenaskan.

“MAMA!” Teriak Yola dari kejauhan. Perempuan itu menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Perasaan nya hancur, rencana nya gagal, rencana nya untuk membunuh Biru gagal dan malah membunuh Mama nya sendiri.

Perempuan itu ingin berlari ke arah Mama nya yang sedang di kerumuni oleh banyak orang termasuk Papa tiri nya. Ia melihat dengan jelas Papa tiri nya sedang memangku jasad Mama nya sambil terus menangis.

“Mau kemana? ini pasti ulah lo kan?” Biru menahan tangan Yola dan menyeretnya ke tempat dimana ada Oscar dan teman-teman nya.

“Lepasin! aku mau ketemu Mama. LEPASIN” Yola terus memberontak namun bagi Biru tenaga Yola memang tidak ada apa-apa nya.

Biru mendorong Yola ke lantai dan di kelilingi oleh ia dan teman-teman nya.

“Ck, niat mau bunuh gua malah bunuh mama nya ya? kasian banget” Ujar Biru yang di akhiri dengan kekehan.

Yola enggan menjawab.

1 Menit.

2 Menit

3 Menit.

Hingga 10 menit berlalu.

“Lo bisu?” Oscar memandang datar ke arah Yola yang sedari tadi menunduk sambil meremat rok nya.

Alih-alih menjawab Yola justru malah tertawa kencang dengan air mata yang menetes dari kedua matanya.

“AHAHAHAHA IYAAA! Niat aku emang mau bunuh kamu biru. Tapi tidak apa-apa, aku udah bunuh salah satu dari kelian haha kalian pasti nyari Arthur kan? Arthur udah mati Oscar! siapa yang bunuh? jelas aku HAHAHA”

“TAPI KENAPA MALAH MAMA YANG KENA??! Harus nya yang mati itu kamu Biru, kamu!” Yola melanjutkan kalimat nya sambil menunjuk-nunjuk Biru.

Mendengar apa yang di ucapkan Yola membuat perasaan mereka campur aduk, mereka tidak menyangka teman nya yang selalu membuat mereka tertawa kini sudah tiada, dan yang mengakibatkan itu adalah orang yang mereka benci.

Tubuh Oscar memanas, mata nya berkaca-kaca dan pemuda itu menjambak rambut Yola agar perempuan itu berdiri di hadapan nya.

PLAK

Tamparan keras mendarat pada pipi mulus Yola, seakan tamparan itu adalah amarah yang Oscar pendam untuk dirinya.

Oscar melempar tubuh Yola, saat ia ingin mendekati Yola lagi tiba-tiba Daddy nya datang dan menjauhkan Oscar dari Yola.

“Tenang Oscar, kita bawa Yola ke kantor polisi” Tahan Daddy Oscar.

Yola yang mendengar itu merasa tubuhnya bergetar hebat, ia segera berlari dari sana.

“OSCAR, YOLA KABUR” Teriak Lingga sambil mengejar Yola.

Mendengar itu Oscar langsung menggerayagi tubuh Daddy nya seakan memcari sesuatu, sebuah pistol.

Setelah mengambil pistol itu Oscar ikut berlari untuk mengejar Yola.

“OSCAR JANGAN BUNUH DIA” Teriak sang Ayah dari kejauhan namun tidak di hiraukan oleh Oscar.

“Mati di balas mati. Yola gua pastiin lo mati di tangan gua, cepat atau lambat” Batin Oscar yang terus berlari.

Sudah setengah jam mereka mencari Yola. Perempuan itu pintar bersembunyi, seperti ular.

“Hah hah sumpah gua capek banget” Keluh Shera dan duduk di samping Biru.

Keadaan Biru paling berantakan, bahkan make up nya hampir luntur sebab ia berlari sambil terus menangis.

Arthur itu teman yang paling dekat dengan dirinya setelah Oscar, bahkan sampai sekarang Biru masih terus terisak.

“Udah Biru, percuma lo nangis. Arthur gak bakal bisa bangkit lagi, nanti kita cari Arthur dimana ya” Jenifer berusaha untuk menenangkan Biru.

Perasaan mereka sangat hancur, terlebih dari itu ada Biru yang paling hancur di antara mereka.

“Jen, Arthur gua gak mungkin mati kan? dia masih ada janji sama gua” Tangisan Biru semakin menjadi-jadi. Oscar menatap sendu ke arah Biru dan membawa perempuan itu ke dalam pelukan nya.

“Kita temuin Arthur nanti ya? sekarang tenangin diri lo dulu, kita cari Yola sampe ketemu” Biru semakin mengeratkan pelukannya pada Oscar dan mengangguk.

Setelah Biru sudah mulai tenang Oscar melepaskan pelukan nya dan menghapus air mata Biru.

Saat sedang mengatakan kata-kata penenang pada Biru. Matanya menangkap Yola yang sedang berlari ke arah sekolah dasar, pemuda itu langsung berlari mengejar Yola dan mengabaikan teman-teman nya.

Untung nya sekolah itu sepi, mungkin anak-anak sudah pulang, pikirnya.

DOR

Oscar menembakan peluru tepat pada kaki Yola, perempuan itu terjatuh dan memegangi kaki nya sambil mengerang kesakitan.

Oscar mendekat dan berdiri di depan Yola. “Sakit yang lo alami itu gak ada apa-apanya Yola di bandingkan dengan Arthur yang lo bunuh.”

“AKU MAU KAMU OSCAR” Teriak Yola lantang.

“Aku mau kamu.. KENAPA KAMU GAK NGERTI? aku benci saat kamu main sama Arthur dan Biru, aku mau menyingkirkan mereka agar kita bisa bersama Oscar. Emang nya aku salah ya berjuang buat dapetin orang yang aku cintai? haha” Lanjut Yola.

“BERISIK LO ANJING, lo tuh cuma obsessed sama gua. Sampe lo tega bunuh Arthur dan lo bahkan hampir aja mau bunuh Biru! Lo bilang ini cinta? LO TERLALU OBSESSED YOLA ITU BUKAN CINTA” Pemuda itu bersimpuh di hadapan Yola, tubuhnya bergetar dan isakan pemuda itu mulai terdengar.

“Arthur udah kaya sodara gua sendiri Yol, dan lo malah bunuh dia? haha bangsat bangsat” Ucapnya dengan suara yang bergetar.

“Mati di balas mati kan? siap mati sekarang Yola?” Lanjut Oscar sambil tertawa miris.

Perempuan itu menoleh pada tangan Oscar yang masih memegang sebuah pistol. Dengan sekuat tenaga ia mencoba melarikan diri, kaki nya masih terasa sangat sakit.

“Jangan Oscar, jangan bunuh aku!” Walaupun Yola berusaha menghindari Oscar, tentu saja pemuda itu pasti bisa mengejarnya hanya dengan berjalan biasa.

“Mau main kucing-kucingan, huh?” Oscar terus mengikuti Yola, bahkan pistol nya sudah siap untuk menembakkan peluru.

Oscar berhenti dan mengarahkan pistol nya ke arah Yola. “OSCAR JANGAN, aku gak mau mati Oscar!” Saat Oscar hendak menekan trigger pistol itu Yola manarik seorang anak kecil dan memasang tubuh anak kecil itu agar melindungi nya.

Oscar tersentak dan mengarahkan pistol nya ke atas. Ia bisa melihat jelas wajah anak itu sangat ketakutan.

Oscar langsung berlari menghampiri anak itu dan memeluk nya. “Astaga Hivi maaf, maaf buat kamu takut, maafin kakak nya” Oscar terus mengelus punggung anak itu.

Hivi membalas pelukan Oscar, tangan nya bergetar ketakutan. “Kakak aku takut..” Lirih Hivi.

“Iya, maafin kakak ya” Samar-samar ia merasakan Hivi menganggur.

Ia bisa melihat Yola berjalan mundur, saat itu juga Oscar langsung menembakan peluru ke kaki Yola yang satu nya.

Sebelum ia menembakan peluru itu, ia sudah berbisik pada Hivi dan di angguki oleh Hivi. Hivi kecil memejamkan matanya dan memeluk Oscar erat saat suara tembakan itu terdengar dan di sertai dengan suara teriakan Yola.

Oscar membuang pistol nya asal dan kembali memeluk Hivi. Sampai teman-teman nya dan Daddy nya sampai, dengan beberapa polisi di belakang mereka.

Polisi-polisi itu langsung menangkap Yola dan membawanya pergi tertelah berbincang sebentar dengan Daddy Oscar.

Oscar langsung di serbu banyak pertanyaan dari teman-teman nya.

“Eh kamu Hivi ya?” Anak kecil itu mengangguk mengiyakan ucapan Daddy Oscar.

“Ayo, biar om anter kamu ke Bunda kamu. Tadi Bunda kamu nyariin loh” Daddy Oscar melanjutkan kalimat nya.

Sayang nya perkataan Daddy Oscar sama sekali tidak diindahkan oleh Hivi, justru si kecil masih terus memeluk Oscar.

“Biar aku aja Dad yang anterin, Bunda nya dimana?” Tanya Oscar sambil menggandeng tangan Hivi.

“Ada di depan, sana anterin”

Oscar mengangguk, ia dan Hivi jalan ke depan untuk menemui Bunda Hivi yang sedari tadi mencari anak nya yang entah pergi kemana. Saat mereka sudah dekat dengan Bunda Hivi, si kecil langsung lari dan memeluk kaki sang Bunda.

“Ibuunnn, maafin dede” Ucap si kecil dengan di sertai isakan kecil.

“Astaga sayang, kamu kemana sih. Ibun panik banget, takut kamu di culik ih” Bunda memeluk Hivi kecil lalu mengelus-elus punggung kecil nya.

Memperhatikan itu, Oscar tersenyum hangat. Bunda Hivi menoleh pada Oscar yang sedang memperhatikan mereka.

“Kamu yang waktu itu ketemu di taman ya?” Tanya Bunda.

Oscar mengangguk dengan senyumam yang masih menghiasi wajah tampan nya. “Iya Tante” Bunda Hivi tersenyum lalu mengucapkan terimakasih pada Oscar.

“Terimakasih ya ganteng, yaudah kalo gitu Tante sama Hivi pamit pulang dulu ya? selamat buat kelulusan kamu” Pamit Bunda Hivi lalu menepuk-nepuk pundak Oscar sebelum ia pergi.

“Dadaahh kakak tampan” Hivi berjalan sambil melambai pada Oscar. Oscar tertawa terkekeh lalu ia ikut melambai pada di kecil.


Siang ini anak-anak sedang bersiap untuk tampil, begitupun dengan Oscar dan teman-temannya.

“Car, Arthur kemana dah? kok gak keliatan daritadi” Seru Lingga pada Oscar. Oscar menggeleng, ia juga tidak tau dimana teman nya itu berada.

Saat ini istri dari kepala sekolah sedang ada di atas panggung menyampaikan selamat atas kelulusan mereka, dan mengapresiasi mereka.

“Terimakasih..” Saat ia hendak menaruh mic itu pada standing mic, mic itu tiba-tiba meledak.

Semua antensi tertuju ke atas panggung, mereka melihat sang istri dari kepala sekolah mereka meninggal di tempat dengan kondisi yang mengenaskan.

“MAMA!” Teriak Yola dari kejauhan. Perempuan itu menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Perasaan nya hancur, rencana nya gagal, rencana nya untuk membunuh Biru gagal dan malah membunuh Mama nya sendiri.

Perempuan itu ingin berlari ke arah Mama nya yang sedang di kerumuni oleh banyak orang termasuk Papa tiri nya. Ia melihat dengan jelas Papa tiri nya sedang memangku jasad Mama nya sambil terus menangis.

“Mau kemana? ini pasti ulah lo kan?” Biru menahan tangan Yola dan menyeretnya ke tempat dimana ada Oscar dan teman-teman nya.

“Lepasin! aku mau ketemu Mama. LEPASIN” Yola terus memberontak namun bagi Biru tenaga Yola memang tidak ada apa-apa nya.

Biru mendorong Yola ke lantai dan di kelilingi oleh ia dan teman-teman nya.

“Ck, niat mau bunuh gua malah bunuh mama nya ya? kasian banget” Ujar Biru yang di akhiri dengan kekehan.

Yola enggan menjawab.

1 Menit.

2 Menit

3 Menit.

Hingga 10 menit berlalu.

“Lo bisu?” Oscar memandang datar ke arah Yola yang sedari tadi menunduk sambil meremat rok nya.

Alih-alih menjawab Yola justru malah tertawa kencang dengan air mata yang menetes dari kedua matanya.

“AHAHAHAHA IYAAA! Niat aku emang mau bunuh kamu biru. Tapi tidak apa-apa, aku udah bunuh salah satu dari kelian haha kalian pasti nyari Arthur kan? Arthur udah mati Oscar! siapa yang bunuh? jelas aku HAHAHA”

“TAPI KENAPA MALAH MAMA YANG KENA??! Harus nya yang mati itu kamu Biru, kamu!” Yola melanjutkan kalimat nya sambil menunjuk-nunjuk Biru.

Mendengar apa yang di ucapkan Yola membuat perasaan mereka campur aduk, mereka tidak menyangka teman nya yang selalu membuat mereka tertawa kini sudah tiada, dan yang mengakibatkan itu adalah orang yang mereka benci.

Tubuh Oscar memanas, mata nya berkaca-kaca dan pemuda itu menjambak rambut Yola agar perempuan itu berdiri di hadapan nya.

PLAK

Tamparan keras mendarat pada pipi mulus Yola, seakan tamparan itu adalah amarah yang Oscar pendam untuk dirinya.

Oscar melempar tubuh Yola, saat ia ingin mendekati Yola lagi tiba-tiba Daddy nya datang dan menjauhkan Oscar dari Yola.

“Tenang Oscar, kita bawa Yola ke kantor polisi” Tahan Daddy Oscar.

Yola yang mendengar itu merasa tubuhnya bergetar hebat, ia segera berlari dari sana.

“OSCAR, YOLA KABUR” Teriak Lingga sambil mengejar Yola.

Mendengar itu Oscar langsung menggerayagi tubuh Daddy nya seakan memcari sesuatu, sebuah pistol.

Setelah mengambil pistol itu Oscar ikut berlari untuk mengejar Yola.

“OSCAR JANGAN BUNUH DIA” Teriak sang Ayah dari kejauhan namun tidak di hiraukan oleh Oscar.

“Mati di balas mati. Yola gua pastiin lo mati di tangan gua, cepat atau lambat” Batin Oscar yang terus berlari.

Sudah setengah jam mereka mencari Yola. Perempuan itu pintar bersembunyi, seperti ular.

“Hah hah sumpah gua capek banget” Keluh Shera dan duduk di samping Biru.

Keadaan Biru paling berantakan, bahkan make up nya hampir luntur sebab ia berlari sambil terus menangis.

Arthur itu teman yang paling dekat dengan dirinya setelah Oscar, bahkan sampai sekarang Biru masih terus teriak.

“Udah Biru, percuma lo nangis. Arthur gak bakal bisa bangkit lagi, nanti kita cari Arthur dimana ya” Jenifer berusaha untuk menenangkan Biru.

Perasaan mereka sangat hancur, terlebih dari itu ada Biru yang paling hancur di antara mereka.

“Jen, Arthur gua gak mungkin mati kan? dia masih ada janji sama gua” Tangisan Biru semakin menjadi-jadi. Oscar menatap sendu ke arah Biru dan membawa perempuan itu ke dalam pelukan nya.

“Kita temuin Arthur nanti ya? sekarang tenangin diri lo dulu, kita cari Yola sampe ketemu” Biru semakin mengeratkan pelukannya pada Oscar dan mengangguk.

Setelah Biru sudah mulai tenang Oscar melepaskan pelukan nya dan menghapus air mata Biru.

Saat sedang mengatakan kata-kata penenang pada Biru. Matanya menangkap Yola yang sedang berlari ke arah sekolah dasar, pemuda itu langsung berlari mengejar Yola dan mengabaikan teman-teman nya.

Untung nya sekolah itu sepi, mungkin anak-anak sudah pulang, pikirnya.

DOR

Oscar menembakan peluru tepat pada kaki Yola, perempuan itu terjatuh dan memegangi kaki nya sambil mengerang kesakitan.

Oscar mendekat dan berdiri di depan Yola. “Sakit yang lo alami itu gak ada apa-apanya Yola di bandingkan dengan Arthur yang lo bunuh.”

“AKU MAU KAMU OSCAR” Teriak Yola lantang.

“Aku mau kamu.. KENAPA KAMU GAK NGERTI? aku benci saat kamu main sama Arthur dan Biru, aku mau menyingkirkan mereka agar kita bisa bersama Oscar. Emang nya aku salah ya berjuang buat dapetin orang yang aku cintai? haha” Lanjut Yola.

“BERISIK LO ANJING, lo tuh cuma obsessed sama gua. Sampe lo tega bunuh Arthur dan lo bahkan hampir aja mau bunuh Biru! Lo bilang ini cinta? LO TERLALU OBSESSED YOLA ITU BUKAN CINTA” Pemuda itu bersimpuh di hadapan Yola, tubuhnya bergetar dan isakan pemuda itu mulai terdengar.

“Arthur udah kaya sodara gua sendiri Yol, dan lo malah bunuh dia? haha bangsat bangsat” Ucapnya dengan suara yang bergetar.

“Mati di balas mati kan? siap mati sekarang Yola?” Lanjut Oscar sambil tertawa miris.

Perempuan itu menoleh pada tangan Oscar yang masih memegang sebuah pistol. Dengan sekuat tenaga ia mencoba melarikan diri, kaki nya masih terasa sangat sakit.

“Jangan Oscar, jangan bunuh aku!” Walaupun Yola berusaha menghindari Oscar, tentu saja pemuda itu pasti bisa mengejarnya hanya dengan berjalan biasa.

“Mau main kucing-kucingan, huh?” Oscar terus mengikuti Yola, bahkan pistol nya sudah siap untuk menembakkan peluru.

Oscar berhenti dan mengarahkan pistol nya ke arah Yola. “OSCAR JANGAN, aku gak mau mati Oscar!” Saat Oscar hendak menekan trigger pistol itu Yola manarik seorang anak kecil dan memasang tubuh anak kecil itu agar melindungi nya.

Oscar tersentak dan mengarahkan pistol nya ke atas. Ia bisa melihat jelas wajah anak itu sangat ketakutan.

Oscar langsung berlari menghampiri anak itu dan memeluk nya. “Astaga Hivi maaf, maaf buat kamu takut, maafin kakak nya” Oscar terus mengelus punggung anak itu.

Hivi membalas pelukan Oscar, tangan nya bergetar ketakutan. “Kakak aku takut..” Lirih Hivi.

“Iya, maafin kakak ya” Samar-samar ia merasakan Hivi menganggur.

Ia bisa melihat Yola berjalan mundur, saat itu juga Oscar langsung menembakan peluru ke kaki Yola yang satu nya.

Sebelum ia menembakan peluru itu, ia sudah berbisik pada Hivi dan di angguki oleh Hivi. Hivi kecil memejamkan matanya dan memeluk Oscar erat saat suara tembakan itu terdengar dan di sertai dengan suara teriakan Yola.

Oscar membuang pistol nya asal dan kembali memeluk Hivi. Sampai teman-teman nya dan Daddy nya sampai, dengan beberapa polisi di belakang mereka.

Polisi-polisi itu langsung menangkap Yola dan membawanya pergi tertelah berbincang sebentar dengan Daddy Oscar.

Oscar langsung di serbu banyak pertanyaan dari teman-teman nya.

“Eh kamu Hivi ya?” Anak kecil itu mengangguk mengiyakan ucapan Daddy Oscar.

“Ayo, biar om anter kamu ke Bunda kamu. Tadi Bunda kamu nyariin loh” Daddy Oscar melanjutkan kalimat nya.

Sayang nya perkataan Daddy Oscar sama sekali tidak diindahkan oleh Hivi, justru si kecil masih terus memeluk Oscar.

“Biar aku aja Dad yang anterin, Bunda nya dimana?” Tanya Oscar sambil menggandeng tangan Hivi.

“Ada di depan, sana anterin”

Oscar mengangguk, ia dan Hivi jalan ke depan untuk menemui Bunda Hivi yang sedari tadi mencari anak nya yang entah pergi kemana. Saat mereka sudah dekat dengan Bunda Hivi, si kecil langsung lari dan memeluk kaki sang Bunda.

“Ibuunnn, maafin dede” Ucap si kecil dengan di sertai isakan kecil.

“Astaga sayang, kamu kemana sih. Ibun panik banget, takut kamu di culik ih” Bunda memeluk Hivi kecil lalu mengelus-elus punggung kecil nya.

Memperhatikan itu, Oscar tersenyum hangat. Bunda Hivi menoleh pada Oscar yang sedang memperhatikan mereka.

“Kamu yang waktu itu ketemu di taman ya?” Tanya Bunda.

Oscar mengangguk dengan senyumam yang masih menghiasi wajah tampan nya. “Iya Tante” Bunda Hivi tersenyum lalu mengucapkan terimakasih pada Oscar.

“Terimakasih ya ganteng, yaudah kalo gitu Tante sama Hivi pamit pulang dulu ya? selamat buat kelulusan kamu” Pamit Bunda Hivi lalu menepuk-nepuk pundak Oscar sebelum ia pergi.

“Dadaahh kakak tampan” Hivi berjalan sambil melambai pada Oscar. Oscar tertawa terkekeh lalu ia ikut melambai pada di kecil.


Siang ini anak-anak sedang bersiap untuk tampil, begitupun dengan Oscar dan teman-temannya.

“Car, Arthur kemana dah? kok gak keliatan daritadi” Seru Lingga pada Oscar. Oscar menggeleng, ia juga tidak tau dimana teman nya itu berada.

Saat ini istri dari kepala sekolah sedang ada di atas panggung menyampaikan selamat atas kelulusan mereka, dan mengapresiasi mereka.

“Terimakasih..” Saat ia hendak menaruh mic itu pada standing mic, mic itu tiba-tiba meledak.

Semua antensi tertuju ke atas panggung, mereka melihat sang istri dari kepala sekolah mereka meninggal di tempat dengan kondisi yang mengenaskan.

“MAMA!” Teriak Yola dari kejauhan. Perempuan itu menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Perasaan nya hancur, rencana nya gagal, rencana nya untuk membunuh Biru gagal dan malah membunuh Mama nya sendiri.

Perempuan itu ingin berlari ke arah Mama nya yang sedang di kerumuni oleh banyak orang termasuk Papa tiri nya. Ia melihat dengan jelas Papa tiri nya sedang memangku jasad Mama nya sambil terus menangis.

“Mau kemana? ini pasti ulah lo kan?” Biru menahan tangan Yola dan menyeretnya ke tempat dimana ada Oscar dan teman-teman nya.

“Lepasin! aku mau ketemu Mama. LEPASIN” Yola terus memberontak namun bagi Biru tenaga Yola memang tidak ada apa-apa nya.

Biru mendorong Yola ke lantai dan di kelilingi oleh ia dan teman-teman nya.

“Ck, niat mau bunuh gua malah bunuh mama nya ya? kasian banget” Ujar Biru yang di akhiri dengan kekehan.

Yola enggan menjawab.

1 Menit.

2 Menit

3 Menit.

Hingga 10 menit berlalu.

“Lo bisu?” Oscar memandang datar ke arah Yola yang sedari tadi menunduk sambil meremat rok nya.

Alih-alih menjawab Yola justru malah tertawa kencang dengan air mata yang menetes dari kedua matanya.

“AHAHAHAHA IYAAA! Niat aku emang mau bunuh kamu biru. Tapi tidak apa-apa, aku udah bunuh salah satu dari kelian haha kalian pasti nyari Arthur kan? Arthur udah mati Oscar! siapa yang bunuh? jelas aku HAHAHA”

“TAPI KENAPA MALAH MAMA YANG KENA??! Harus nya yang mati itu kamu Biru, kamu!” Yola melanjutkan kalimat nya sambil menunjuk-nunjuk Biru.

Mendengar apa yang di ucapkan Yola membuat perasaan mereka campur aduk, mereka tidak menyangka teman nya yang selalu membuat mereka tertawa kini sudah tiada, dan yang mengakibatkan itu adalah orang yang mereka benci.

Tubuh Oscar memanas, mata nya berkaca-kaca dan pemuda itu menjambak rambut Yola agar perempuan itu berdiri di hadapan nya.

PLAK

Tamparan keras mendarat pada pipi mulus Yola, seakan tamparan itu adalah amarah yang Oscar pendam untuk dirinya.

Oscar melempar tubuh Yola, saat ia ingin mendekati Yola lagi tiba-tiba Daddy nya datang dan menjauhkan Oscar dari Yola.

“Tenang Oscar, kita bawa Yola ke kantor polisi” Tahan Daddy Oscar.

Yola yang mendengar itu merasa tubuhnya bergetar hebat, ia segera berlari dari sana.

“OSCAR, YOLA KABUR” Teriak Lingga sambil mengejar Yola.

Mendengar itu Oscar langsung menggerayagi tubuh Daddy nya seakan memcari sesuatu, sebuah pistol.

Setelah mengambil pistol itu Oscar ikut berlari untuk mengejar Yola.

“OSCAR JANGAN BUNUH DIA” Teriak sang Ayah dari kejauhan namun tidak di hiraukan oleh Oscar.

“Mati di balas mati. Yola gua pastiin lo mati di tangan gua, cepat atau lambat” Batin Oscar yang terus berlari.

Sudah setengah jam mereka mencari Yola. Perempuan itu pintar bersembunyi, seperti ular.

“Hah hah sumpah gua capek banget” Keluh Shera dan duduk di samping Biru.

Keadaan Biru paling berantakan, bahkan make up nya hampir luntur sebab ia berlari sambil terus menangis.

Arthur itu teman yang paling dekat dengan dirinya setelah Oscar, bahkan sampai sekarang Biru masih terus teriak.

“Udah Biru, percuma lo nangis. Arthur gak bakal bisa bangkit lagi, nanti kita cari Arthur dimana ya” Jenifer berusaha untuk menenangkan Biru.

Perasaan mereka sangat hancur, terlebih dari itu ada Biru yang paling hancur di antara mereka.

“Jen, Arthur gua gak mungkin mati kan? dia masih ada janji sama gua” Tangisan Biru semakin menjadi-jadi. Oscar menatap sendu ke arah Biru dan membawa perempuan itu ke dalam pelukan nya.

“Kita temuin Arthur nanti ya? sekarang tenangin diri lo dulu, kita cari Yola sampe ketemu” Biru semakin mengeratkan pelukannya pada Oscar dan mengangguk.

Setelah Biru sudah mulai tenang Oscar melepaskan pelukan nya dan menghapus air mata Biru.

Saat sedang mengatakan kata-kata penenang pada Biru. Matanya menangkap Yola yang sedang berlari ke arah sekolah dasar, pemuda itu langsung berlari mengejar Yola dan mengabaikan teman-teman nya.

Untung nya sekolah itu sepi, mungkin anak-anak sudah pulang, pikirnya.

DOR

Oscar menembakan peluru tepat pada kaki Yola, perempuan itu terjatuh dan memegangi kaki nya sambil mengerang kesakitan.

Oscar mendekat dan berdiri di depan Yola. “Sakit yang lo alami itu gak ada apa-apanya Yola di bandingkan dengan Arthur yang lo bunuh.”

“AKU MAU KAMU OSCAR” Teriak Yola lantang.

“Aku mau kamu.. KENAPA KAMU GAK NGERTI? aku benci saat kamu main sama Arthur dan Biru, aku mau menyingkirkan mereka agar kita bisa bersama Oscar. Emang nya aku salah ya berjuang buat dapetin orang yang aku cintai? haha” Lanjut Yola.

“BERISIK LO ANJING, lo tuh cuma obsessed sama gua. Sampe lo tega bunuh Arthur dan lo bahkan hampir aja mau bunuh Biru! Lo bilang ini cinta? LO TERLALU OBSESSED YOLA ITU BUKAN CINTA” Pemuda itu bersimpuh di hadapan Yola, tubuhnya bergetar dan isakan pemuda itu mulai terdengar.

“Arthur udah kaya sodara gua sendiri Yol, dan lo malah bunuh dia? haha bangsat bangsat” Ucapnya dengan suara yang bergetar.

“Mati di balas mati kan? siap mati sekarang Yola?” Lanjut Oscar sambil tertawa miris.

Perempuan itu menoleh pada tangan Oscar yang masih memegang sebuah pistol. Dengan sekuat tenaga ia mencoba melarikan diri, kaki nya masih terasa sangat sakit.

“Jangan Oscar, jangan bunuh aku!” Walaupun Yola berusaha menghindari Oscar, tentu saja pemuda itu pasti bisa mengejarnya hanya dengan berjalan biasa.

“Mau main kucing-kucingan, huh?” Oscar terus mengikuti Yola, bahkan pistol nya sudah siap untuk menembakkan peluru.

Oscar berhenti dan mengarahkan pistol nya ke arah Yola. “OSCAR JANGAN, aku gak mau mati Oscar!” Saat Oscar hendak menekan trigger pistol itu Yola manarik seorang anak kecil dan memasang tubuh anak kecil itu agar melindungi nya.

Oscar tersentak dan mengarahkan pistol nya ke atas. Ia bisa melihat jelas wajah anak itu sangat ketakutan.

Oscar langsung berlari menghampiri anak itu dan memeluk nya. “Astaga Hivi maaf, maaf buat kamu takut, maafin kakak nya” Oscar terus mengelus punggung anak itu.

Hivi membalas pelukan Oscar, tangan nya bergetar ketakutan. “Kakak aku takut..” Lirih Hivi.

“Iya, maafin kakak ya” Samar-samar ia merasakan Hivi menganggur.

Ia bisa melihat Yola berjalan mundur, saat itu juga Oscar langsung menembakan peluru ke kaki Yola yang satu nya.

Sebelum ia menembakan peluru itu, ia sudah berbisik pada Hivi dan di angguki oleh Hivi. Hivi kecil memejamkan matanya dan memeluk Oscar erat saat suara tembakan itu terdengar dan di sertai dengan suara teriakan Yola.

Oscar membuang pistol nya asal dan kembali memeluk Hivi. Sampai teman-teman nya dan Daddy nya sampai, dengan beberapa polisi di belakang mereka.

Polisi-polisi itu langsung menangkap Yola dan membawanya pergi tertelah berbincang sebentar dengan Daddy Oscar.

Oscar langsung di serbu banyak pertanyaan dari teman-teman nya.

“Eh kamu Hivi ya?” Anak kecil itu mengangguk mengiyakan ucapan Daddy Oscar.

“Ayo, biar om anter kamu ke Bunda kamu. Tadi Bunda kamu nyariin loh” Daddy Oscar melanjutkan kalimat nya.

Sayang nya perkataan Daddy Oscar sama sekali tidak diindahkan oleh Hivi, justru si kecil masih terus memeluk Oscar.

“Biar aku aja Dad yang anterin, Bunda nya dimana?” Tanya Oscar sambil menggandeng tangan Hivi.

“Ada di depan, sana anterin”

Oscar mengangguk, ia dan Hivi jalan ke depan untuk menemui Bunda Hivi yang sedari tadi mencari anak nya yang entah pergi kemana. Saat mereka sudah dekat dengan Bunda Hivi, si kecil langsung lari dan memeluk kaki sang Bunda.

“Ibuunnn, maafin dede” Ucap si kecil dengan di sertai isakan kecil.

“Astaga sayang, kamu kemana sih. Ibun panik banget, takut kamu di culik ih” Bunda memeluk Hivi kecil lalu mengelus-elus punggung kecil nya.

Memperhatikan itu, Oscar tersenyum hangat. Bunda Hivi menoleh pada Oscar yang sedang memperhatikan mereka.

“Kamu yang waktu itu ketemu di taman ya?” Tanya Bunda.

Oscar mengangguk dengan senyumam yang masih menghiasi wajah tampan nya. “Iya Tante” Bunda Hivi tersenyum lalu mengucapkan terimakasih pada Oscar.

“Terimakasih ya ganteng, yaudah kalo gitu Tante sama Hivi pamit pulang dulu ya? selamat buat kelulusan kamu” Pamit Bunda Hivi lalu menepuk-nepuk pundak Oscar sebelum ia pergi.

“Dadaahh kakak tampan” Hivi berjalan sambil melambai pada Oscar. Oscar tertawa terkekeh lalu ia ikut melambai pada di kecil.

Bocil lagi


Oscar sedang mengayuh sepeda nya, ia sengaja lewat di depan rumah Hivi berharap ia bisa ketemu bocil itu lagi.

Namun nihil, tidak ada siapa-siapa disana. Oscar menghela nafas lalu terus mengayuh sepeda nya menuju taman, yang pasti bukan taman yang ia datangi waktu itu.

Jam menunjukan pukul 11.23 namun hari ini bukan teriknya matahari yang ada di atas, melainkan awan mendung yang cukup tebal dengan di sertai tiupan angin.

“Kayanya bentar lagi hujan, tapi enak sih kaya gini haha sejuk” Ucap Oscar sembari memarkirkan sepedanya, ia berjalan ke arah kursi yang ada di taman. Namun matanya tertuju pada seorang anak kecil yang sedang menjongkok di hadapan bunga-bunga.

Perlahan senyum nya mengembang, menyadari kalau anak kecil itu adalah anak kecil yang ia temui beberapa hari yang lalu.

Oscar berjalan mendekat, hingga ia tepat berdiri di belakang Hivi.

“Hivi?”

Anak kecil itu mendongak ke atas untuk melihat siapa yang memanggil namanya.

“Kakak!” Seru Hivi. Anak kecil itu langsung berdiri dengan senyuman manis yang menghiasi wajah nya.

“Kamu lagi ngapain?”

“Lagi nunggu Bunda”

“Emang Bundanya kemana?”

“Tadi Bunda bilang mau beli es krim buat aku, jadi aku di suruh nunggu disini. Kakak ngapain disini?”

“Gabut aja sih, sepedaan. Yuk duduk disana? biar enak ngobrol nya” Hivi mengangguk lucu lalu mengikuti Oscar untuk duduk di kursi yang ada disana.

Keduanya duduk di kursi panjang yang ada disana, si kecil sibuk memperhatikan sekitar, seperti kupu-kupu, orang-orang yang bersepeda, dan banyak lagi. Berbeda dengan Oscar, pemuda itu hanya tersenyum tipis sambil memperhatikan Hivi.

Tiupan angin itu membuat rambut Hivi bergerak hingga membuat Oscar gemas dan akhirnya mengelus rambut Hivi.

Entah perasaan apa ini, Oscar merasa sangat nyaman saat berdekatan dengan Hivi, ia sangat suka melihat senyuman anak kecil itu, ia rasa semua beban pikiran nya hilang hanya dengan senyuman Hivi.

Hivi hanya diam dan menikmati elusan Oscar pada surai halusnya. Si kecil menoleh pada Oscar, menatap yang lebih tua.

Tangan kecil Hivi menyentuh leher Oscar yang terdapat luka disana, anak itu mengerutkan kening nya heran.

“Leher kakak kenapa?” Tanya Hivi penasaran.

“Oh ini? bekas berantem kemarin haha, keliatan banget ya?”

“He'em, kakak suka berantem?”

“Suka, ini mah bukan apa-apa cil tenang aja haha kakak bahkan pernah lebih dari ini kok, untung aja masih hidup”

“Kenapa suka berantem? berarti kakak bukan orang baik dong? tapi menurut aku kakak itu orang baik”

Oscar diam sebentar, ia menatap lekat netra legam Hivi lalu mengelus pipi Hivi sebelum ia tersenyum.

“Cil kalo di pandang sebelah mata mah gua emang bukan orang baik, gua suka berantem, ikut tawuran, mabok, bikin geng sendiri, sering bolos. Pandangan orang ke kita itu beda-beda Hivi, ada yang liat keburukan kita aja, ada juga yang liat kebaikan kita, ada juga yang liat kebaikan dan keburukan kita. Baik buruk nya kita di orang lain itu tergantung orang itu memandang kita apa Hivi, kata lo gua orang baik kan? tapi kata orang lain belum tentu, apalagi musuh gua hahaha udah sering di kata iblis gua mah”

“Kamu udah tau keburukan kakak, apa kamu tetep bilang kakak orang baik?” Oscar melanjutkan kalimatnya.

Si kecil itu mengangguk. “Kakak tetep orang baik buat aku, aku tau kebaikan dan keburukan kakak, lagian kakak gak mungkin berantem tanpa sebab kan? kalo soal mabok itu mungkin udah biasa ya untuk remaja seumuran kakak jadi aku bisa maklumi itu. Lagian gak semua orang kaya kakak itu orang jahat kan?”

Oscar tertawa pelan. Iya, tidak semua orang yang seperti dirinya itu orang jahat, banyak teman-teman nya yang sama sepertinya namun orang itu sangat baik. Justru orang yang selalu di anggap baik itu malah lebih buruk dari mereka, dan Oscar sudah sering ketemu dan berurusan dengan orang seperti itu.

“Iya, kamu benar. Bentar deh kamu ini umur berapa? kelas berapa?” Oscar heran kenapa anak sekecil Hivi bisa mengerti pembicaraan nya.

“Aku? aku umur 11 tahun, kelas 6 sd hehe bentar lagi masuk smp”

“What?! tapi kenapa kamu keliatan kaya anak kelas 3 sd” Oscar memandang tidak percaya pada Hivi, sedangkan Hivi hanya tertawa.

“Aku emang kelas 6 kak, tapi aku pendek, pasti kakak ngira karena itu kan? pasti kakak juga ngira gitu karena aku gak bisa nyebrang?”

“Iya..” Jawab Oscar yang masih terkejut.

Hivi masih terus tertawa, lalu matanya melihat sang Bunda yang sedang menghampiri nya, ia ingat bahwa ia dan Bunda nya akan ke kantor sang Ayah.

“Kakak itu Bunda, aku duluan yaa? dadaahh” Hivi pergi meninggal kan Oscar dan menghampiri Bunda nya.

Namun pemuda tampan itu masih diam mematung.

Bocil lagi