Bou


Sudah 2 hari Hivi berbaring lemah di kasur rumah sakit, selama itu juga Oscar menemani nya disana. Bahkan Oscar sama sekali tidak ingin meninggalkan Hivi walaupun hanya 1 menit pun, namun ia juga harus bersih-bersih.

Tepat setelah Hivi dilarikan ke rumah sakit, Oscar menyusul Hivi dengan pakaian yang penuh dengan noda darah, badan nya penuh dengan luka lebam dan goresan pisau, serta muka tampan nya kini terlihat beberapa luka disana.

“Hivi sayang, ini udah 2 hari loh. Kamu gak mau bangun?” Monolog Oscar sembari mengelus tangan Hivi, pria tampan itu mencoba untuk tersenyum tegar saat ia berada di ruangan Hivi.

Namun ia tetep tidak bisa menahan itu, matanya mulai berkaca-kaca hingga tetesan air mata keluar dari mata indah nya.

Laskar sedari tadi memperhatikan Oscar dari ambang pintu. “Dia bener-bener tobat ya? cih dasar ngeyel” Gumam nya sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.

Tak terasa hari sudah mulai menjelang malam. Oscar masih setia di samping Hivi, ia juga sempat tertidur di samping suami kecil nya itu.

Oscar selalu berharap ketika dirinya terbangun dari tidur nya, Hivi sudah siuman dan sedang mengelus rambut nya seperti biasa.

“Pak pak” Kalle datang menjenguk Hivi dengan Morgan, tepukan pada pundak nya itu membuat Oscar terbangun. “Kenapa?” Tanya nya lirih.

“Udah mau malem ini, mending bapak pulang dulu deh. Hivi biar saya sama kak Morgan yang jaga, bapak cukup mandi aja udah kalo soal makan malem tadi kita udah beli kok” Ujar Kalle sembari menggenggam tangan kekasihnya itu.

Sebelum menjawab Kalle, Oscar lebih dulu melihat ke arah Hivi. Lalu mengangguk, setidak nya ada yang menemani Hivi.

“Tolong jaga Hivi ya” Oscar berdiri lalu pergi dari sana, ia berniat untuk bersih-bersih badan dan membeli beberapa makanan kesukaan Hivi. Ia berharap ketika ia datang lagi kesana Hivi nya sudah siuman.

Setelah kepergian Oscar. Kalle duduk di kursi yang tadi di duduki Oscar, dengan perlahan ia memegang tangan Hivi.

“Anjing lo pi, belum juga lo lawan sama Bima udah kaya gini aja, pi maapin gua ya? waktu itu handphone gua mati”

“Pi lo gak mau sadar? laki lo udah kaya orang gak di urus haha rada kasian sebenernya, lo juga. Kok bisa kaya gini? mana Hivi yang selalu bilang “gua bukan cupu” “elah 15 orang bukan apa-apa buat gua” sekarang cuma 10 orang aja udah kaya gini. Lo lagi kenapa sih pi?” Ujar nya sembari terus mengelus tangan Hivi.

Namun sayangnya tidak ada pepatah jawaban pun dari Hivi, pemuda manis itu masih terus terbaring lemah.


Malam ini sangat cerah, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, begitupun wajah Hivi. Wajah Hivi terlihat sangat cerah, dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

Pemuda itu melihat pantulan dirinya di cermin, melihat kagum dirinya yang sekarang sudah rapih. “Nah bagus, tinggal cus berangkat hehe gak sabar ketemu pak tua” Ucap nya lalu ia melangkahkan kaki nya untuk keluar dari kamarnya dan menuju bagasi.

Hivi melihat motor nya terparkir rapih disana, bersandingan dengan motor milik Oscar. Oscar, pria tampan itu memutuskan untuk membeli motor seperti Hivi agar bisa balapan dengan suami kecil nya itu.

“Berdy lo baik-baik ye disini, Luna mau pergi sama gua hehe mau ketemu pak su alias majikan lo” Monolog Hivi sembari menepuk-nepuk bagian depan motor Oscar atau bisa di sebut Berdy.

Setelah nya ia memakai helm nya lalu mengendarai motornya menuju lokasi yang di kasih Oscar.

Udara dingin mulai menghampiri Hivi, terasa semakin dingin saat gerimis mulai turun.

“Aish prasaan tadi cerah cerah aja kok malah gerimis gini sat, harus buru buru ini mah” Gumam Hivi, lalu ia menambah kecepatan nya.

Tiba-tiba saja dari belakang, Hivi merasa ada orang yang mengikutinya. Ia melihat dari kaca spion ada lima orang yang mengikuti nya dari belakang, mereka memakai jaket yang sama.

“Arshela? ngapain mereka ngikutin gua” Hivi semakin menambah kecepatan nya ketika dirasa orang yang mengikuti nya semakin bertambah.

Hivi mengubah arah tujuan nya ke sebuah tempat sepi, ia yakin anak-anak Arshela yang ngikutin dia itu punya niat jahat.

Pas sekali Hivi berpapasan dengan orang lain, yang penampilan nya hampir mirip dengan dirinya.

Saat itu juga Hivi mendekatkan kendaraan nya dengan orang itu hingga membuat anak-anak Arshela sedikit kebingungan dimana Hivi yang sebenarnya.

Orang asing itu benar-benar mirip Hivi, mungkin ada beberapa yang beda namun dari kejauhan mereka berdua terlihat seperti orang yang sama.

Saat di pertigaan Hivi dan orang itu berpisah. Hivi ke arah kanan dan orang itu ke arah Kiri, namun anak-anak Arshela terkecoh dengan itu dan mereka malah mengikuti orang asing tadi.

Hivi memarkirkan motornya di tepi an dan membuka handphone nya, ia ingin menghubungi Kalle atau mungkin Oscar untuk menolong nya, jaga jaga takut dia gak bisa lawan mereka semua.

“Aelah anjing ini pada kemana sih, giliran gini aja gak ada yang bisa di hubungi” Keluh Hivi sembari terus menghubungi mereka.

Namun tiba-tiba saja anak-anak tadi menghampiri Hivi lagi, bahkan sekarang mereka mengepung Hivi.

“Sialan” Batin Hivi.

“Hivi Shine, right?” Tanya ketua nya.

“Iye gua, ngape?” Jawab nya santai. Orang itu mendekat pada telinga Hivi dan membisikan sesuatu. “Lo harus mati” Ucap orang itu dengan penuh penekanan.

Hivi mengeluarkan smirk nya lalu mendorong orang itu. “Mati? kenapa gua harus mati?” Tanya nya dengan tangan yang di lipat di depan dada.

“INTINYA LO HARUS MATI SIALAN” Teriak orang itu lalu mulai menghajar Hivi di ikuti dengan yang lain nya.

Hivi melawan mereka dalam waktu bersamaan, sebenernya ini bukan apa apa untuk Hivi.

Walaupun begitu jumlah mereka sangat banyak, membuat beberapa bagian tubuh Hivi terluka. Hivi memukul mereka semua, hanya tersisa ketuanya yang masih belum terluka.

Wajah Hivi sangat kacau, banyak goresan di muka nya. Hivi tersenyum simpul lalu menggerakan tangan nya menyuruh orang itu mendekati nya.

“Bisa tahan, pantes aja Satria milih lo buat jadi penerus nya.”

“Jelas, gua bahkan lebih baik dari lo” Ucap nya di sertai dengan tawa. Orang itu mengepalkan tangan lalu menghajar pipi Hivi membuat pemuda itu terjatuh.

Hivi memegang ujung bibirnya yang sedikit robek lalu terkekeh. “Lumayan” Gumam nya.

Hivi berdiri lalu menghajar orang itu, Hivi mendorong orang itu hingga terjatuh ke bawa dan ia duduk di atas perut orang itu. Dengan perlahan Hivi mengelus muka orang itu. “Ganteng banget, udah punya pacar belum” Ucap nya dengan senyuman manis yang terukir di wajah nya, ia juga memberi beberapa pujian untuk orang itu sehingga membuatnya terbuai dengan apa yang di lakukan Hivi.

Di saat itu juga Hivi mulai memukul wajah orang itu dengan kuat.

Bugh! Bugh!

Ketua Arshela itu sama sekali tidak melawan sebab pergerakan nya sudah di kunci Hivi.

“LO YANG HARUS MATI ANJING” Teriak Hivi lalu memukul orang itu dengan sangat brutal.

Di rasa orang itu sudah tidak sadarkan diri Hivi berdiri lalu meludah pada orang itu.

“Lo bukan tandingan gua” Saat Hivi hendak naik ke motor nya, ketua Arshela itu menarik pundak Hivi dan mendorong nya ke tembok yang ada disana.

Tangan nya mencekek leher Hivi dengan sangat kuat, Hivi memukul-mukul tangan orang itu. “See? lo yang bakal mati di tangan gua Hivi!” Ucap orang itu disertai dengan seringai.

Hivi meraba saku belakang nya, mangambil belati kecil kesayangan nya lalu menusukan belati itu tepat di pinggang orang itu sehingga membuat cekikan nya terlepas dan mengeluarkan banyak darah dari pinggangnya.

Hivi mulai mengambil nafas dalam dalam, leher nya terasa sangat sakit. Orang itu bangun dan tertawa pelan. “Gua gak bakal mati Hivi” Orang itu hendak memegang Hivi namun ada orang lain yang menarik orang itu dan melempar nya kebelakang.

“Hivi lo gapapa kan? bagian mana aja yang luka?” Laskar, Laskar yang menolong nya.

“Gua gapapa pak tua” Lirih Hivi sebelum kehilangan kesadaran nya.


Malam ini sangat cerah, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, begitupun wajah Hivi. Wajah Hivi terlihat sangat cerah, dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

Pemuda itu melihat pantulan dirinya di cermin, melihat kagum dirinya yang sekarang sudah rapih. “Nah bagus, tinggal cus berangkat hehe gak sabar ketemu pak tua” Ucap nya lalu ia melangkahkan kaki nya untuk keluar dari kamarnya dan menuju bagasi.

Hivi melihat motor nya terparkir rapih disana, bersandingan dengan motor milik Oscar. Oscar, pria tampan itu memutuskan untuk membeli motor seperti Hivi agar bisa balapan dengan suami kecil nya itu.

“Berdy lo baik-baik ye disini, Luna mau pergi sama gua hehe mau ketemu pak su alias majikan lo” Monolog Hivi sembari menepuk-nepuk bagian depan motor Oscar atau bisa di sebut Berdy.

Setelah nya ia memakai helm nya lalu mengendarai motornya menuju lokasi yang di kasih Oscar.

Udara dingin mulai menghampiri Hivi, terasa semakin dingin saat gerimis mulai turun.

“Aish prasaan tadi cerah cerah aja kok malah gerimis gini sat, harus buru buru ini mah” Gumam Hivi, lalu ia menambah kecepatan nya.

Tiba-tiba saja dari belakang, Hivi merasa ada orang yang mengikutinya. Ia melihat dari kaca spion ada lima orang yang mengikuti nya dari belakang, mereka memakai jaket yang sama.

“Arshela? ngapain mereka ngikutin gua” Hivi semakin menambah kecepatan nya ketika dirasa orang yang mengikuti nya semakin bertambah.

Hivi mengubah arah tujuan nya ke sebuah tempat sepi, ia yakin anak-anak Arshela yang ngikutin dia itu punya niat jahat.

Pas sekali Hivi berpapasan dengan orang lain, yang penampilan nya hampir mirip dengan dirinya.

Saat itu juga Hivi mendekatkan kendaraan nya dengan orang itu hingga membuat anak-anak Arshela sedikit kebingungan dimana Hivi yang sebenarnya.

Orang asing itu benar-benar mirip Hivi, mungkin ada beberapa yang beda namun dari kejauhan mereka berdua terlihat seperti orang yang sama.

Saat di pertigaan Hivi dan orang itu berpisah. Hivi ke arah kanan dan orang itu ke arah Kiri, namun anak-anak Arshela terkecoh dengan itu dan mereka malah mengikuti orang asing tadi.

Hivi memarkirkan motornya di tepi an dan membuka handphone nya, ia ingin menghubungi Kalle atau mungkin Oscar untuk menolong nya, jaga jaga takut dia gak bisa lawan mereka semua.

“Aelah anjing ini pada kemana sih, giliran gini aja gak ada yang bisa di hubungi” Keluh Hivi sembari terus menghubungi mereka.

Namun tiba-tiba saja anak-anak tadi menghampiri Hivi lagi, bahkan sekarang mereka mengepung Hivi.

“Sialan” Batin Hivi.

“Hivi Shine, right?” Tanya ketua nya.

“Iye gua, ngape?” Jawab nya santai. Orang itu mendekat pada telinga Hivi dan membisikan sesuatu. “Lo harus mati” Ucap orang itu dengan penuh penekanan.

Hivi mengeluarkan smirk nya lalu mendorong orang itu. “Mati? kenapa gua harus mati?” Tanya nya dengan tangan yang di lipat di depan dada.

“INTINYA LO HARUS MATI SIALAN” Teriak orang itu lalu mulai menghajar Hivi di ikuti dengan yang lain nya.

Hivi melawan mereka dalam waktu bersamaan, sebenernya ini bukan apa apa untuk Hivi.

Walaupun begitu jumlah mereka sangat banyak, membuat beberapa bagian tubuh Hivi terluka. Hivi memukul mereka semua, hanya tersisa ketuanya yang masih belum terluka.

Wajah Hivi sangat kacau, banyak goresan di muka nya. Hivi tersenyum simpul lalu menggerakan tangan nya menyuruh orang itu mendekati nya.

“Bisa tahan, pantes aja Satria milih lo buat jadi penerus nya.”

“Jelas, gua bahkan lebih baik dari lo” Ucap nya di sertai dengan tawa. Orang itu mengepalkan tangan lalu menghajar pipi Hivi membuat pemuda itu terjatuh.

Hivi memegang ujung bibirnya yang sedikit robek lalu terkekeh. “Lumayan” Gumam nya.

Hivi berdiri lalu menghajar orang itu, Hivi mendorong orang itu hingga terjatuh ke bawa dan ia duduk di atas perut orang itu. Dengan perlahan Hivi mengelus muka orang itu. “Ganteng banget, udah punya pacar belum” Ucap nya dengan senyuman manis yang terukir di wajah nya, ia juga memberi beberapa pujian untuk orang itu sehingga membuatnya terbuai dengan apa yang di lakukan Hivi.

Di saat itu juga Hivi mulai memukul wajah orang itu dengan kuat.

Bugh! Bugh!

Ketua Arshela itu sama sekali tidak melawan sebab pergerakan nya sudah di kunci Hivi.

“LO YANG HARUS MATI ANJING” Teriak Hivi lalu memukul orang itu dengan sangat brutal.

Di rasa orang itu sudah tidak sadarkan diri Hivi berdiri lalu meludah pada orang itu.

“Lo bukan tandingan gua” Saat Hivi hendak naik ke motor nya, ketua Arshela itu menarik pundak Hivi dan mendorong nya ke tembok yang ada disana.

Tangan nya mencekek leher Hivi dengan sangat kuat, Hivi memukul-mukul tangan orang itu. “See? lo yang bakal mati di tangan gua Hivi!” Ucap orang itu disertai dengan seringai.

Hivi meraba saku belakang nya, mangambil belati kecil kesayangan nya lalu menusukan belati itu tepat di pinggang orang itu sehingga membuat cekikan nya terlepas.

Hivi mulai mengambil nafas dalam dalam, leher nya terasa sangat sakit. Orang itu bangun dan tertawa pelan. “Gua gak bakal mati Hivi” Orang itu hendak memegang Hivi namun ada orang lain yang menarik orang itu dan melempar nya kebelakang.

“Hivi lo gapapa kan? bagian mana aja yang luka?” Laskar, Laskar yang menolong nya.

“Gua gapapa pak tua” Lirih Hivi sebelum kehilangan kesadaran nya.


Malam ini sangat cerah, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, begitupun wajah Hivi. Wajah Hivi terlihat sangat cerah, dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

Pemuda itu melihat pantulan dirinya di cermin, melihat kagum dirinya yang sekarang sudah rapih. “Nah bagus, tinggal cus berangkat hehe gak sabar ketemu pak tua” Ucap nya lalu ia melangkahkan kaki nya untuk keluar dari kamarnya dan menuju bagasi.

Hivi melihat motor nya terparkir rapih disana, bersandingan dengan motor milik Oscar. Oscar, pria tampan itu memutuskan untuk membeli motor seperti Hivi agar bisa balapan dengan suami kecil nya itu.

“Berdy lo baik-baik ye disini, Luna mau pergi sama gua hehe mau ketemu pak su alias majikan lo” Monolog Hivi sembari menepuk-nepuk bagian depan motor Oscar atau bisa di sebut Berdy.

Setelah nya ia memakai helm nya lalu mengendarai motornya menuju lokasi yang di kasih Oscar.

Udara dingin mulai menghampiri Hivi, terasa semakin dingin saat gerimis mulai turun.

“Aish prasaan tadi cerah cerah aja kok malah gerimis gini sat, harus buru buru ini mah” Gumam Hivi, lalu ia menambah kecepatan nya.

Tiba-tiba saja dari belakang, Hivi merasa ada orang yang mengikutinya. Ia melihat dari kaca spion ada lima orang yang mengikuti nya dari belakang, mereka memakai jaket yang sama.

“Arshela? ngapain mereka ngikutin gua” Hivi semakin menambah kecepatan nya ketika dirasa orang yang mengikuti nya semakin bertambah.

Hivi mengubah arah tujuan nya ke sebuah tempat sepi, ia yakin anak-anak Arshela yang ngikutin dia itu punya niat jahat.

Pas sekali Hivi berpapasan dengan orang lain, yang penampilan nya hampir mirip dengan dirinya.

Saat itu juga Hivi mendekatkan kendaraan nya dengan orang itu hingga membuat anak-anak Arshela sedikit kebingungan dimana Hivi yang sebenarnya.

Orang asing itu benar-benar mirip Hivi, mungkin ada beberapa yang beda namun dari kejauhan mereka berdua terlihat seperti orang yang sama.

Saat di pertigaan Hivi dan orang itu berpisah. Hivi ke arah kanan dan orang itu ke arah Kiri, namun anak-anak Arshela terkecoh dengan itu dan mereka malah mengikuti orang asing tadi.

Hivi memarkirkan motornya di tepi an dan membuka handphone nya, ia ingin menghubungi Kalle atau mungkin Oscar untuk menolong nya, jaga jaga takut dia gak bisa lawan mereka semua.

“Aelah anjing ini pada kemana sih, giliran gini aja gak ada yang bisa di hubungi” Keluh Hivi sembari terus menghubungi mereka.

Namun tiba-tiba saja anak-anak tadi menghampiri Hivi lagi, bahkan sekarang mereka mengepung Hivi.

“Sialan” Batin Hivi.

“Hivi Shine, right?” Tanya ketua nya.

“Iye gua, ngape?” Jawab nya santai. Orang itu mendekat pada telinga Hivi dan membisikan sesuatu. “Lo harus mati” Ucap orang itu dengan penuh penekanan.

Hivi mengeluarkan smirk nya lalu mendorong orang itu. “Mati? kenapa gua harus mati?” Tanya nya dengan tangan yang di lipat di depan dada.

“INTINYA LO HARUS MATI SIALAN” Teriak orang itu lalu mulai menghajar Hivi di ikuti dengan yang lain nya.

Hivi melawan mereka dalam waktu bersamaan, sebenernya ini bukan apa apa untuk Hivi.

Walaupun begitu jumlah mereka sangat banyak, membuat beberapa bagian tubuh Hivi terluka. Hivi memukul mereka semua, hanya tersisa ketuanya yang masih belum terluka.

Wajah Hivi sangat kacau, banyak goresan di muka nya. Hivi tersenyum simpul lalu menggerakan tangan nya menyuruh orang itu mendekati nya.

“Bisa tahan, pantes aja Satria milih lo buat jadi penerus nya.”

“Jelas, gua bahkan lebih baik dari lo” Ucap nya di sertai dengan tawa. Orang itu mengepalkan tangan lalu menghajar pipi Hivi membuat pemuda itu terjatuh.

Hivi memegang ujung bibirnya yang sedikit robek lalu terkekeh. “Lumayan” Gumam nya.

Hivi berdiri lalu menghajar orang itu, Hivi mendorong orang itu hingga terjatuh ke bawa dan ia duduk di atas perut orang itu. Dengan perlahan Hivi mengelus muka orang itu. “Ganteng banget, udah punya pacar belum” Ucap nya dengan senyuman manis yang terukir di wajah nya, ia juga memberi beberapa pujian untuk orang itu sehingga membuatnya terbuai dengan apa yang di lakukan Hivi.

Di saat itu juga Hivi mulai memukul wajah orang itu dengan kuat.

Bugh! Bugh!

Ketua Arshela itu sama sekali tidak melawan sebab pergerakan nya sudah di kunci Hivi.

“LO YANG HARUS MATI ANJING” Teriak Hivi lalu memukul orang itu dengan sangat brutal.

Di rasa orang itu sudah tidak sadarkan diri Hivi berdiri lalu meludah pada orang itu.

“Lo bukan tandingan gua” Saat Hivi hendak naik ke motor nya, ketua Arshela itu menarik pundak Hivi dan mendorong nya ke tembok yang ada disana.

Tangan nya mencekek leher Hivi dengan sangat kuat, Hivi memukul-mukul tangan orang itu. “See? lo yang bakal mati di tangan gua Hivi!” Ucap orang itu disertai dengan seringai.

Hivi meraba saku belakang nya, mangambil belati kecil kesayangan nya lalu menusukan belati itu tepat di pinggang orang itu sehingga membuat cekikan nya terlepas.

Hivi mulai mengambil nafas dalam dalam, leher nya terasa sangat sakit. Orang itu bangun dan tertawa pelan. “Gua gak bakal mati Hivi” Orang itu hendak memegang Hivi namun ada orang lain yang menarik orang itu dan melempar nya kebelakang.

“Hivi lo gapapa kan? bagian mana aja yang luka?” Laskar, Laskar yang menolong nya.

“Gua gapapa pak tua” Lirih Hivi sebelum kehilangan kesadaran nya.


Malam ini sangat cerah, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, begitupun wajah Hivi. Wajah Hivi terlihat sangat cerah, dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

Pemuda itu melihat pantulan dirinya di cermin, melihat kagum dirinya yang sekarang sudah rapih. “Nah bagus, tinggal cus berangkat hehe gak sabar ketemu pak tua” Ucap nya lalu ia melangkahkan kaki nya untuk keluar dari kamarnya dan menuju bagasi.

Hivi melihat motor nya terparkir rapih disana, bersandingan dengan motor milik Oscar. Oscar, pria tampan itu memutuskan untuk membeli motor seperti Hivi agar bisa balapan dengan suami kecil nya itu.

“Berdy lo baik-baik ye disini, Luna mau pergi sama gua hehe mau ketemu pak su alias majikan lo” Monolog Hivi sembari menepuk-nepuk bagian depan motor Oscar atau bisa di sebut Berdy.

Setelah nya ia memakai helm nya lalu mengendarai motornya menuju lokasi yang di kasih Oscar.

Udara dingin mulai menghampiri Hivi, terasa semakin dingin saat gerimis mulai turun.

“Aish prasaan tadi cerah cerah aja kok malah gerimis gini sat, harus buru buru ini mah” Gumam Hivi, lalu ia menambah kecepatan nya.

Tiba-tiba saja dari belakang, Hivi merasa ada orang yang mengikutinya. Ia melihat dari kaca spion ada lima orang yang mengikuti nya dari belakang, mereka memakai jaket yang sama.

“Arshela? ngapain mereka ngikutin gua” Hivi semakin menambah kecepatan nya ketika dirasa orang yang mengikuti nya semakin bertambah.

Hivi mengubah arah tujuan nya ke sebuah tempat sepi, ia yakin anak-anak Arshela yang ngikutin dia itu punya niat jahat.

Pas sekali Hivi berpapasan dengan orang lain, yang penampilan nya hampir mirip dengan dirinya.

Saat itu juga Hivi mendekatkan kendaraan nya dengan orang itu hingga membuat anak-anak Arshela sedikit kebingungan dimana Hivi yang sebenarnya.

Orang asing itu benar-benar mirip Hivi, mungkin ada beberapa yang beda namun dari kejauhan mereka berdua terlihat seperti orang yang sama.

Saat di pertigaan Hivi dan orang itu berpisah. Hivi ke arah kanan dan orang itu ke arah Kiri, namun anak-anak Arshela terkecoh dengan itu dan mereka malah mengikuti orang asing tadi.

Hivi memarkirkan motornya di tepi an dan membuka handphone nya, ia ingin menghubungi Kalle atau mungkin Oscar untuk menolong nya, jaga jaga takut dia gak bisa lawan mereka semua.

“Aelah anjing ini pada kemana sih, giliran gini aja gak ada yang bisa di hubungi” Keluh Hivi sembari terus menghubungi mereka.

Namun tiba-tiba saja anak-anak tadi menghampiri Hivi lagi, bahkan sekarang mereka mengepung Hivi.

“Sialan” Batin Hivi.

“Hivi Shine, right?” Tanya ketua nya.

“Iye gua, ngape?” Jawab nya santai. Orang itu mendekat pada telinga Hivi dan membisikan sesuatu. “Lo harus mati” Ucap orang itu dengan penuh penekanan.

Hivi mengeluarkan smirk nya lalu mendorong orang itu. “Mati? kenapa gua harus mati?” Tanya nya dengan tangan yang di lipat di depan dada.

“INTINYA LO HARUS MATI SIALAN” Teriak orang itu lalu mulai menghajar Hivi di ikuti dengan yang lain nya.

Hivi melawan mereka dalam waktu bersamaan, sebenernya ini bukan apa apa untuk Hivi.

Walaupun begitu jumlah mereka sangat banyak, membuat beberapa bagian tubuh Hivi terluka. Hivi memukul mereka semua, hanya tersisa ketuanya yang masih belum terluka.

Wajah Hivi sangat kacau, banyak goresan di muka nya. Hivi tersenyum simpul lalu menggerakan tangan nya menyuruh orang itu mendekati nya.

“Bisa tahan, pantes aja Satria milih lo buat jadi penerus nya.”

“Jelas, gua bahkan lebih baik dari lo” Ucap nya di sertai dengan tawa. Orang itu mengepalkan tangan lalu menghajar pipi Hivi membuat pemuda itu terjatuh.

Hivi memegang ujung bibirnya yang sedikit robek lalu terkekeh. “Lumayan” Gumam nya.

Hivi berdiri lalu menghajar orang itu, Hivi mendorong orang itu hingga terjatuh ke bawa dan ia duduk di atas perut orang itu. Dengan perlahan Hivi mengelus muka orang itu. “Ganteng banget, udah punya pacar belum” Ucap nya dengan senyuman manis yang terukir di wajah nya, ia juga memberi beberapa pujian untuk orang itu sehingga membuatnya terbuai dengan apa yang di lakukan Hivi.

Di saat itu juga Hivi mulai memukul wajah orang itu dengan kuat.

Bugh! Bugh!

Ketua Arshela itu sama sekali tidak melawan sebab pergerakan nya sudah di kunci Hivi.

“LO YANG HARUS MATI ANJING” Teriak Hivi lalu memukul orang itu dengan sangat brutal.

Di rasa orang itu sudah tidak sadarkan diri Hivi berdiri lalu meludah pada orang itu.

“Lo bukan tandingan gua” Saat Hivi hendak naik ke motor nya, ketua Arshela itu menarik pundak Hivi dan mendorong nya ke tembok yang ada disana.

Tangan nya mencekek leher Hivi dengan sangat kuat, Hivi memukul-mukul tangan orang itu. “See? lo yang bakal mati di tangan gua Hivi!” Ucap orang itu disertai dengan seringai.

Hivi meraba saku belakang nya, mangambil belati kecil kesayangan nya lalu menusukan belati itu tepat di pinggang orang itu sehingga membuat cekikan nya terlepas.

Hivi mulai mengambil nafas dalam dalam, leher nya terasa sangat sakit. Orang itu bangun dan tertawa pelan. “Gua gak bakal mati Hivi” Orang itu hendak memegang Hivi namun ada orang lain yang menarik orang itu dan melempar nya kebelakang.

“Hivi lo gapapa kan? ada luka yang parah banget gak?” Laskar, Laskar yang menolong nya.

“Gua gapapa pak tua” Lirih Hivi sebelum kehilangan kesadaran nya.


Malam ini sangat cerah, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, segitupun wajah Hivi. Wajah Hivi terlihat sangat cerah, dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

Pemuda itu melihat pantulan dirinya di cermin, melihat kagum dirinya yang sekarang sudah rapih. “Nah bagus, tinggal cus berangkat hehe gak sabar ketemu pak tua” Ucap nya lalu ia melangkahkan kaki nya untuk keluar dari kamarnya dan menuju bagasi.

Hivi melihat motor nya terparkir rapih disana, bersandingan dengan motor milik Oscar. Oscar, pria tampan itu memutuskan untuk membeli motor seperti Hivi agar bisa balapan dengan suami kecil nya itu.

“Berdy lo baik-baik ye disini, Luna mau pergi sama gua hehe mau ketemu pak su alias majikan lo” Monolog Hivi sembari menepuk-nepuk bagian depan motor Oscar atau bisa di sebut Berdy.

Setelah nya ia memakai helm nya lalu mengendarai motornya menuju lokasi yang di kasih Oscar.

Udara dingin mulai menghampiri Hivi, terasa semakin dingin saat gerimis mulai turun.

“Aish prasaan tadi cerah cerah aja kok malah gerimis gini sat, harus buru buru ini mah” Gumam Hivi, lalu ia menambah kecepatan nya lagi.

Tiba-tiba saja dari belakang, Hivi merasa ada orang yang mengikutinya. Ia melihat dari kaca spion ada lima orang yang mengikuti nya dari belakang, mereka memakai jaket yang sama.

“Arshela? ngapain mereka ngikutin gua” Hivi semakin menambah kecepatan nya ketika dirasa orang yang mengikuti nya semakin bertambah.

Hivi mengubah arah tujuan nya ke sebuah tempat sepi, ia yakin anak-anak Arshela yang ngikutin dia itu cuma niat jahat.

Pas sekali Hivi berpapasan dengan orang lain, yang penampilan nya hampir mirip dengan dirinya.

Saat itu juga Hivi mendekatkan kendaraan nya dengan orang itu hingga membuat anak-anak Arshela sedikit kebingungan dimana Hivi yang sebenarnya.

Orang asing itu benar-benar mirip Hivi, mungkin ada beberapa yang beda namun dari kejauhan mereka berdua terlihat seperti orang yang sama.

Saat di pertigaan Hivi dan orang itu berpisah. Hivi ke arah kanan dan orang itu ke arah Kiri, namun anak-anak Arshela terkecoh dengan itu dan mereka malah mengikuti orang asing tadi.

Hivi memarkirkan motornya di tepi an dan membuka handphone nya, ia ingin menghubungi Kalle atau mungkin Oscar untuk menolong nya, jaga jaga takut dia gak bisa lawan mereka semua.

“Aelah anjing ini pada kemana sih, giliran gini aja gak ada yang bisa di hubungi” Keluh Hivi sembari terus menghubungi mereka.

Namun tiba-tiba saja anak-anak tadi menghampiri Hivi lagi, bahkan sekarang mereka mengepung Hivi.

“Sialan” Batin Hivi.

“Hivi Shine, right?” Tanya ketua nya.

“Iye gua, ngape?” Jawab nya santai. Orang itu mendekat pada telinga Hivi dan membisikan sesuatu. “Lo harus mati” Ucap orang itu dengan penuh penekanan.

Hivi mengeluarkan smirk nya lalu mendorong orang itu. “Mati? kenapa gua harus mati?” Tanya nya dengan tangan yang di lipat di depan dada.

“INTINYA LO HARUS MATI SIALAN” Teriak orang itu lalu mulai menghajar Hivi di ikuti dengan yang lain nya.

Hivi melawan mereka dalam waktu bersamaan, sebenernya ini bukan apa apa untuk Hivi.

Walaupun begitu jumlah mereka sangat banyak, membuat beberapa bagian tubuh Hivi terluka. Hivi memukul mereka semua, hanya tersisa ketuanya yang masih belum terluka.

Wajah Hivi sangat kacau, banyak goresan di muka nya. Hivi tersenyum simpul lalu menggerakan tangan nya menyuruh orang itu mendekati nya.

“Boleh tahan, pantes aja Satria milih lo buat jadi penerus nya.”

“Jelas, gua bahkan lebih baik dari lo” Ucap nya di sertai dengan tawa. Orang itu mengepalkan tangan lalu menghajar pipi Hivi membuat pemuda itu terjatuh.

Hivi memegang ujung bibirnya yang sedikit robek lalu terkekeh. “Lumayan” Gumam nya.

Hivi berdiri lalu menghajar orang itu, Hivi mendorong orang itu hingga terjatuh ke bawa dan ia duduk di atas perut orang itu. Dengan perlahan Hivi mengelus muka orang itu. “Ganteng banget, udah punya pacar belum” Ucap nya dengan senyuman manis yang terukir di wajah nya, ia juga memberi beberapa pujian untuk orang itu sehingga membuatnya terbuai dengan apa yang di lakukan Hivi.

Di saat itu juga Hivi mulai memukul wajah orang itu dengan kuat.

Bugh! Bugh!

Kedua Arshela itu sama sekali tidak melawan sebab pergerakan nya sudah di kunci Hivi.

“LO YANG HARUS MATI ANJING” Teriak Hivi lalu memukul orang itu dengan sangat brutal.

Di rasa orang itu sudah tidak sadarkan diri Hivi berdiri lalu meludah pada orang itu.

“Lo bukan tandingan gua” Saat Hivi hendak naik ke motor nya, ketua Arshela itu menarik pundak Hivi dan mendorong nya ke tembok yang ada disana.

Tangan nya mencekek leher Hivi dengan sangat kuat, Hivi memukul-mukul tangan orang itu. “See? lo yang bakal mati di tangan gua Hivi!” Ucap orang itu disertai dengan seringai.

Hivi meraba saku belakang nya, mangambil belati kecil kesayangan nya lalu menusukan belati itu tepat di pinggang orang itu sehingga membuat cekikan nya terlepas.

Hivi mulai mengambil nafas dalam dalam, leher nya terasa sangat sakit. Orang itu bangun dengan tertawa pelan. “Gua gak bakal mati Hivi” Orang itu hendak memegang Hivi namun ada orang lain yang menarik orang itu dan melempar nya kebelakang.

“Hivi lo gapapa kan? ada luka yang parah banget gak?” Laskar, Laskar yang menolong nya.

“Gu-gua gapapa, santai ajah” Ucap nya dengan nafas yang tidak beraturan. Melihat Hivi seperti itu membuat tubuh Laskar memanas lalu menghampiri orang itu dan memukul nya.

Menambah bekas pukulan Hivi di wajah orang itu hingga membuat orang itu pingsan.

“Ketua apaan kaya gini, lemah” Ucap nya lalu menggendong Hivi ke arah mobil nya.

“Diem ya Vi, gua mau nelpon temen gua dulu” Laskar menutup pintu mobil nya lalu berjalan sedikit menjauh dari sana.

Laskar mulai menghubungi seseorang, panggilan itu terhubung.

“Hallo”

“Kenapa?”

“Laki lo di hajar nih, tapi lo tenang aje udah aman kok. Lagian emang Hivi gak hubungin lo kak?”

“Tadi Hivi sempet nelpon gua, tapi tadi handphone gua mati”

“Lo bawa aja Hivi ke rumah sakit dulu, gua mau pergi”

“Kemana?”

“Ada lah”

Sambungan itu terputus.

Laskar berjalan ke arah mobil nya, saat hendak menjalan kan mobil nya ia sempet menoleh pada Hivi yang terus memandang locksreen nya.


Sedari tadi Hivi emang lagi duduk di dapur, ia sedang memakan buah yang tadi di potong-potong kecil sama Oscar.

Ia melihat ke arah ruang tengah, suaminya sedang melihat album foto pernikahan mereka. “Dia ngapain dah?” Gumam nya. “Pak tua! gendong dong, mau kesitu” Lanjut nya sambil melambai.

Oscar iya iya aja, pria tampan itu menghampiri suami kecil nya lalu menggendong Hivi menuju ke ruang tengah. “Udah kenyang?” Tanya nya. Hivi hanya menjawab dengan anggukan saja, Oscar kembali duduk di ruang tengah dengan Hivi yang di taruh di pangkuannya.

“Pak tua” Panggil Hivi. “Kenapa? butuh apa?”

“Jadi gini” Hivi sama sekali tidak melanjutkan ucapan nya, membuat Oscar kebingungan. “Jadi apa?”

“Gini loh, besok kan ujian. Tapi gua gak bisa jalan, gimana dong?” Oscar terdiam sebentar. “Yaudah saya antar” Jawab nya santai.

Entah kenapa Hivi jadi geram sendiri sama Oscar, si manis itu menggucang pundak Oscar kuat.

“Gamauu, lo bisa gak bilang ke pihak sekolah biar gua ujian di rumah gitu? ya ya? boleh ya” Pintanya dengan bibir yang mengerucut lucu.

“Kenapa gitu?” “Ya gamau anjing, kalo gua jalan tanpa bantuan lo juga pasti kaya pinguin pak tuaa gua gak mau” Rengek Hivi.

Oscar menghela nafas berat, ini salahnya juga sih. Tadi sebelum mandi Hivi masih bisa jalan sendiri walaupun pelan pelan tapi abis mandi langsung gak bisa jalan, ya kalian tau lah.

“Yaudah nanti saya bilang ke pihak sekolah nya ya” Hivi tersenyum senang. “Beneran? makasih pak tua” Ucap nya sembari memberikan kecupan pada bibir Oscar.

Setelah nya Hivi bersandar pada dada bidang suami nya itu. “Kenapa ya kalo kaya gini tuh nyaman banget” Hivi semakin menyamankan dirinya.

“Saya juga nyaman” Oscar memeluk pinggang ramping Hivi, semakin mendekatkan nya dengan dirinya. Dagu nya menumpu pada kepala si manis, Hivi terlihat mungil jika seperti ini.


Hivi sedang bersandar di dada bidang suaminya, ia sibuk membalas pesan dari Kalle. Begitupun dengan Oscar yang sedari tadi memperhatikan pembahasan mereka.

“Pak ini beneran temen lo?” “Iya, kemarin malem saya sama Morgan awasin kamu sama Kalle. Pas udah bener bener tepar baru kita bawa pulang”

Hivi hanya mengangguk-angguk saja, lalu tersenyum jahil. “Morgan ganteng ya? kaya bule bule gitu, gua juga mau” Ucap nya sambil berpura-pura membayangkan sesuatu.

“Jelek, lebih tampan saya” “Kata Kalle kontol nya gede” “Boong itu, gedean punya saya. Kalo kamu sama dia gak bakal puas sayang”

“Tapi gua mau nya Morgan, gimana dong?” Pancing Hivi. Oscar langsung mengambil handphone Hivi dan melemparnya asal lalu mengukung Hivi sebelum ia menciumi setiap inci muka Hivi.

“Oh jadi mau sama Morgan hm?” Tanyanya sambil terus menciumi Hivi. “Hahaha engga, bercandaa Oscar gelii” Oscar sama sekali tidak menghiraukan Hivi, ia sibuk dengan aksinya, gelak tawa memenuhi kamar Oscar.

Hivi terlihat lebih cantik ketika tersenyum maupun tertawa, Oscar suka itu.


Pagi ini cuaca sangat cerah, namun sepasang pasusu itu masih saling mendekap satu sama lain.

Oscar, pria itu bangun terlebih dahulu. Ia memandangi wajah Hivi yang masih tertidur nyenyak, sangat cantik. Terlihat sangat jelas banyak kissmark di tubuh Hivi, pria itu terkekeh.

“Terimakasih buat tadi malem sayang, maaf udah bikin kamu hampir pingsan haha saya gak bisa nahan diri saya” Oscar mengecup kening Hivi, lalu mengelus-elus pinggang ramping milik suami kecil nya itu.

Oscar baru sadar sekarang, bahwa suami kecil nya ini sangat cantik, dan memiliki postur tubuh yang bagus, bahkan pinggang Hivi lebih bagus dari pinggang cewek cewek simpanan nya. Oscar beruntung, sangat beruntung.

Hivi sedikit terganggu dengan elusan Oscar pada pinggang nya, sehingga membuat Hivi terbangun dari tidurnya.

“Udah pagi ya?” Ucapnya dengan suara khas orang bangun tidur, matanya masih belum terbuka sepenuhnya. Saat ia sudah benar-benar bangun dari tidurnya Hivi langsung mendorong Oscar.

“ANJING KOK LO DISINI? kok gua gak pake baju, lo perkosa gua ya? ihhh jauh jauh lo” Pemuda manis itu langsung bangun dan duduk sembari menyilangkan tangan nya di depan dada guna menutupi tubuhnya.

Bukannya menjawab, Oscar malah memandang Hivi dengan tatapan yang sulit di artikan.

“KOK DIEM SIH?” “Saya gak bakal ngelakuin itu kalo bukan kamu yang minta” Jawab nya dengan santai.

Dirinya yang minta? Hivi memperhatikan tubuh Oscar baik-baik. Disana terdapat banyak kissmark dan juga bekas cakaran di lengan pria itu, yang sudah pasti pelakunya itu dirinya sendiri.

“Be-beneran gua?” Tanya Hivi terbata-bata.

“Iya kamu, tadi malem kamu minum banyak banget, untungnya kamu gak di bungkus sama om om cabul disana.”

“Lah lo kan om om itu?”

“Beda lah, saya kan suami kamu”

Pipi Hivi bersemu, ia membayangkan malam panas mereka. Entah lah sebenarnya Hivi lupa apa yang terjadi semalam, namun jika di bayangkan itu membuat dirinya malu sendiri.

“Lo gak keluarin di dalem kan pak?” Tanya Hivi memastikan. “Tebak dong” “Lo pake kondom?” “Engga, saya keluarin semua sperma saya di dalam dan bonus nya air kencing saya haha.”

Mendengar itu Hivi sontak langsung memukul Oscar dengan bantal yang ada disana. “ANJING LO KIRA GUA TOILET?? nanti kalo gua hamil gimana bangsatt gua masih sekolah lagian gua gak mau anak gua punya bapak kaya lo!” Oscar terbahak mendengar ungkapan Hivi.

“Emang nya kenapa?” “Ya ngapain anak gua punya bapak kaya lo? lo aja gak mau punya anak, terus suka main cewek” Jawab Hivi sinis. “Lalu apa bedanya sama kamu?” “Yaa beda lah anjing, jangan samain sama gua! ih bangsat pokoknya kalo gua hamil awas aja lo”

Hivi hampir aja ngelempar lampu tidur yang ada disana, lampu itu ukuran nya cukup besar, untung nya Oscar dengan sigap menahan tangan Hivi.

“Emang nya mau ngapain?” “Kontol lo gua potong”

“Udah lah gua mau mandi” Lanjut Hivi, saat ia menyibak selimutnya. Hivi menganga melihat tubuh nya sendiri, di penuhi dengan kissmark.

“PAK TUA LO VACCUM CLEANER YA? yang bener aja sampe selangkangan gua lo kasih kissmark? BANGSAT LO”

“Hahaha kenapa sih? kan bagus tuh, karya saya” Oscar menarik Hivi untuk mendekat ke arah nya. Rasanya Hivi ingin menangis sekarang juga, gimana dia nutupin kissmark yang ada di leher sama dada nya.

“Tapi ini kebanyakan pak tua” “Bagus kok itu, saya mau mandi. Kamu mau ikut?”

“Gak, sana lo mandi” Usir Hivi pada Oscar. “Yakin kamu gak mau ikut? emang nya kamu bisa mandi sendiri? maksud saya, jalan sendiri?”

Setelah di pikir-pikir iya juga, bagian bawah nya kasih terasa ngilu dan perih.

“Oh gak mau? yaudah saya mandi duluan ya”

Oscar hendak turun dari tempat tidurnya, namun lengan nya di tahan oleh Hivi.

“Kenapa?” “Mau ikut” Cicit Hivi.

“Ayo sayang! lanjut ronde selanjutnya ya” Oscar langsung menggendong Hivi bridal style, dan membawa nya kekamar mandi.

“GAMAU DASAR CABUL”


Pagi ini cuaca sangat cerah, namun sepasang pasusu itu masih saling mendekap satu sama lain.

Oscar, pria itu bangun terlebih dahulu. Ia memandangi wajah Hivi yang masih tertidur nyenyak, sangat cantik. Terlihat sangat jelas banyak kissmark di tubuh Hivi, pria itu terkekeh.

“Terimakasih buat tadi malem sayang, maaf udah bikin kamu hampir pingsan haha saya gak bisa nahan diri saya” Oscar mengecup kening Hivi, lalu mengelus-elus pinggang ramping milik suami kecil nya itu.

Oscar baru sadar sekarang, bahwa suami kecil nya ini sangat cantik, dan memiliki postur tubuh yang bagus, bahkan pinggang Hivi lebih bagus dari pinggang cewek cewek simpanan nya. Oscar beruntung, sangat beruntung.

Hivi sedikit terganggu dengan elusan Oscar pada pinggang nya, sehingga membuat Hivi terbangun dari tidurnya.

“Udah pagi ya?” Ucapnya dengan suara khas orang bangun tidur, matanya masih belum terbuka sepenuhnya. Saat ia sudah benar-benar bangun dari tidurnya Hivi langsung mendorong Oscar.

“ANJING KOK LO DISINI? kok gua gak pake baju, lo perkosa gua ya? ihhh jauh jauh lo” Pemuda manis itu langsung bangun dan duduk sembari menyilangkan tangan nya di depan dada guna menutupi tubuhnya.

Bukannya menjawab Oscar malah memandang Hivi dengan tatapan yang sulit di artikan.

“KOK DIEM SIH?” “Saya gak bakal ngelakuin itu kalo bukan kamu yang minta” Jawab nya dengan santai.

Dirinya yang minta? Hivi memperhatikan tubuh Oscar baik-baik. Disana terdapat banyak kissmark dan juga bekas cakaran di lengan pria itu, yang sudah pasti pelakunya itu dirinya sendiri.

“Be-beneran gua?” Tanya Hivi terbata-bata.

“Iya kamu, tadi malem kamu minum banyak banget, untungnya kamu gak di bungkus sama om om cabul disana.”

“Lah lo kan om om itu?”

“Beda lah, saya kan suami kamu”

Pipi Hivi bersemu, ia membayangkan malam panas mereka. Entah lah sebenar Hivi lupa apa yang terjadi semalam, namun jika di bayangkan itu membuat dirinya malu sendiri.

“Lo gak keluarin di dalem kan pak?” Tanya Hivi memastikan. “Tebak dong” “Lo pake kondom?” “Engga, saya keluarin semua sperma saya di dalam dan bonus nya air kencing saya haha.”

Mendengar itu Hivi sontak langsung memukul Oscar dengan bantal yang ada disana. “ANJING LO KIRA GUA TOILET?? nanti kalo gua hamil gimana bangsatt gua masih sekolah lagian gua gak mau anak gua punya bapak kaya lo!” Oscar terbahak mendengar ucapan Hivi.

“Emang nya kenapa?” “Ya ngapain anak gua punya bapak kaya lo? lo aja gak mau punya anak, terus suka main cewek” Jawab Hivi sinis. “Lalu apa bedanya sama kamu?” “Yaa beda lah anjing, jangan samain sama gua! ih bangsat pokoknya kalo gua hamil awas aja lo”

Hivi hampir aja ngelempar lampu tidur yang ada disana, lampu itu ukuran nya cukup besar, untung nya Oscar dengan sigap menahan tangan Hivi.

“Emang nya mau ngapain?” “Kontol lo gua potong”

“Udah lah gua mau mandi” Lanjut Hivi, saat ia menyibak selimutnya. Hivi menganga melihat tubuh nya sendiri, di penuhi dengan kissmark.

“PAK TUA LO VACCUM CLEANER YA? yang bener aja sampe selangkangan gua lo kasih kissmark? BANGSAT LO”

“Hahaha kenapa sih? kan bagus tuh, karya saya” Oscar menarik Hivi untuk mendekat ke arah nya. Rasanya Hivi ingin menangis sekarang juga, gimana dia nutupin kissmark yang ada di leher sama dada nya.

“Tapi ini kebanyakan pak tua” “Bagus kok itu, saya mau mandi. Kamu mau ikut?”

“Gak, sana lo mandi” Usir Hivi pada Oscar. “Yakin kamu gak mau ikut? emang nya kamu bisa main sendiri? maksud saya, jalan sendiri?”

Setelah di pikir-pikir iya juga, bagian bawah nya kasih terasa ngilu dan perih.

“Oh gak mau? yaudah saya mandi duluan ya”

Oscar hendak turun dari tempat tidurnya, namun lengan nya di tahan oleh Hivi.

“Kenapa?” “Mau ikut” Cicit Hivi.