Bou


Oscar sedang berjalan menuruni tangga, namun matanya tertuju pada ruang tengah. Hanya ada suami kecil nya disana, sedang memakan kue yang tadi di bawa oleh Reno.

“Sayang, temen-temen kamu udah pulang?” Tanya nya, pertanyaan Oscar terdengar di telinga Hivi. “Iya, baru aja pulang. Tadi ada apa di atas?” Tanya nya balik sambil menatap suami nya.

Oscar tersenyum tipis lalu mengangkat tubuh Hivi untuk duduk di atas pangkuan nya. “Gak ada apa-apa kok, tadi kaya nya tikus deh” Mendengar ucapan Oscar, si manis tidak sepenuhnya percaya. Sebab tidak pernah ada tikus di rumah mereka, namun Hivi hanya mengangguk saja.

Perlahan ia mengalungkan lengan nya pada leher suami nya itu. “Mau cium boleh?” Tanya nya menatap Oscar.

“Boleh, sayang” Oscar dengan suka rela membiarkan Hivi memcium leher nya.

Hivi menciumi leher suami nya itu, namun perlahan-lahan ciuman itu menjadi gigitan kecil hingga menimbulkan beberapa kissmark disana. “Sshh kamu ngapain” Tanya nya sembari mengelus rambut punggung Hivi yang masih bermain di area leher nya.

Pemuda manis itu menjauhkah wajah nya lalu mendongak ke atas guna melihat wajah suami nya. “Kalo gua bikin kissmark disini marah gak?” Tanya nya sambil menunjuk dada Oscar.

“Engga” “Kalo disini?” Hivi menunjuk bahu Oscar. “Engga, sayang” “Okey, kalo disini marah gak?” Hivi mengelus paha dalam Oscar, sembari menatap Oscar dengan tatapan sayu nya.

“Daripada bikin kissmark, mending kamu kulum yang ini” Oscar menggerakan tangan Hivi untuk menyentuh penis nya.

“Saya rasa ini lebih enak, mau?”


Oscar sedang berjalan menuruni tangga, namun matanya tertuju pada ruang tengah. Hanya ada suami kecil nya disana, sedang memakan kue yang tadi di bawa oleh Reno.

“Sayang, temen-temen kamu udah pulang?” Tanya nya, pertanyaan Oscar terdengar di telinga Hivi. “Iya, baru aja pulang. Tadi ada apa di atas?” Tanya nya balik sambil menatap suami nya.

Oscar tersenyum tipis lalu mengangkat tubuh Hivi untuk duduk di atas pangkuan nya. “Gak ada apa-apa kok, tadi kaya nya tikus deh” Mendengar ucapan Oscar, si manis tidak sepenuhnya percaya. Sebab tidak pernah ada tikus di rumah mereka, namun Hivi hanya mengangguk saja.

Perlahan ia mengalungkan lengan nya pada leher suami nya itu. “Mau cium boleh?” Tanya nya menatap Oscar.

“Boleh, sayang” Oscar dengan suka rela membiarkan Hivi memcium leher nya.

Hivi menciumi leher suami nya itu, namun perlahan-lahan ciuman itu menjadi gigitan kecil hingga menimbulkan beberapa kissmark disana. “Sshh kamu ngapain” Tanya nya sembari mengelus rambut punggung Hivi yang masih bermain di area leher nya.

Pemuda manis itu menjauhkah wajah nya lalu mendongak ke atas guna melihat wajah suami nya. “Kalo gua bikin kissmark disini marah gak?” Tanya nya sambil menunjuk dada Oscar.

“Engga” “Kalo disini?” Hivi menunjuk bahu Oscar. “Engga, sayang” “Okey, kalo disini marah gak?” Hivi mengelus paha dalam Oscar, sembari menatap Oscar dengan tatapan sayu nya.

“Daripada bikin kissmark, mending kamu kulum yang ini” Oscar menggerakan tangan Hivi untuk menyentuh penis nya.

“Saya rasa ini lebih enak, mau?”


Oscar sedang berjalan menuruni tangga, namun matanya tertuju pada ruang tengah. Hanya ada suami kecil nya disana, sedang memakan kue yang tadi di bawa oleh Reno.

“Sayang, temen-temen kamu udah pulang?” Tanya nya, pertanyaan Oscar terdengar di telinga Hivi. “Iya, baru aja pulang. Tadi ada apa di atas?” Tanya nya balik sambil menatap suami nya.

Oscar tersenyum tipis lalu mengangkat tubuh Hivi untuk duduk di atas pangkuan nya. “Gak ada apa-apa kok, tadi kaya nya tikus deh” Mendengar ucapan Oscar, si manis tidak sepenuhnya percaya. Sebab tidak pernah ada tikus di rumah mereka, namun Hivi hanya mengangguk saja.

Perlahan ia mengalungkan lengan nya pada leher suami nya itu. “Mau cium boleh?” Tanya nya menatap Oscar.

“Boleh, sayang” Oscar dengan suka rela membiarkan Hivi memcium leher nya.

Hivi menciumi leher suami nya itu, namun perlahan-lahan ciuman itu menjadi gigitan kecil hingga menimbulkan beberapa kissmark disana. “Sshh kamu ngapain” Tanya nya sembari mengelus rambut punggung Hivi yang masih bermain di area leher nya.

Pemuda manis itu menjauhkah wajah nya lalu mendongak ke atas guna melihat wajah suami nya. “Kalo gua bikin kissmark disini marah gak?” Tanya nya sambil menunjuk dada Oscar.

“Engga” “Kalo disini?” Hivi menunjuk bahu Oscar. “Engga, sayang” “Okey, kalo disini marah gak?” Hivi mengelus paha dalam Oscar, sembari menatap Oscar dengan tatapan sayu nya.

“Daripada bikin kissmark, mending kamu kulum yang ini” Oscar menggerakan tangan Hivi untuk menyentuh penis nya. “Saya rasa ini lebih enak, mau?”


Saat ini teman-teman Hivi sedang ada di rumah nya, mereka membawa beberapa makanan dan buah-buahan untuk Hivi yang baru sembuh dari sakit nya itu.

“Elah pi pi, belom juga lo berantem sama Bima udah kaya gini aja” Ujar Kalle sembari memakan apel yang tadi di kupas oleh Ona. “Gak ada berantem-berantem ya Hivi, kamu ini belum sembuh total gak usah aneh aneh” Omel Oscar.

Pria tampan itu memperhatikan Hivi dengan wajah datar nya, tangan nya masih terus memijat betis Hivi pelan. Entah kenapa, hawa ruangan ini mendadak dingin setelah Oscar mengatakan itu.

“Iyaa enggak kok, santai aja lo mah” Jawab Hivi di sertai kekehan, berusaha untuk mencairkan suasana lagi. “Eh pi lo tau gak?”

Prang!

Ada suara barang jatuh dari atas, lebih tepat nya dari kamar Hivi. Seolah menandakan ada seseorang di atas sana, mata Oscar mulai menajam. “Diam disini, jangan ada yang ke atas.” Ucap nya datar, lalu beranjak dari sana.

Ia mulai berjalan mendekati kamar Hivi, saat ia ingin membuka pintu kamar itu. Pintu itu terkunci dari dalam, Oscar memicingkan matanya. “Di kunci?” Lalu dengan sekejap saja pintu itu di dobrak oleh Oscar.

Nihil.

Tidak ada siapa-siapa disana, namun jendela kamar Hivi terbuka. Vas bunga yang biasa di letakan disana juga entah hilang kemana, hanya ada bekas tanah disana.

Oscar mendekat ke arah jendela, lalu melihat ke bawah. Ia melihat ada dua orang dengan pakaian serba hitam berlarian menuju mobil mereka, dan hendak pergi dari sana.

Oscar membuka laci nakas Hivi, ia sempat menaruh pistol disana.

Dor! Dor!

Tepat sasaran, Oscar menembak ban mobil orang itu. “Kita liat mereka mau ngapain” Ucap nya di sertai senyum menyeringai.

Salah satu orang itu keluar dan mengecek ban belakang mereka, lalu melihat ke atas. Oscar sedang tersenyum sembari mengacungkan jari tengah nya.

Orang itu menghiraukan Oscar dan ingin masuk ke dalam mobil lagi. Namun sayang nya, Oscar menembak kepala orang itu hingga membuat orang itu langsung terjatuh tidak berdaya.

“Satu aja cukup kali ya? kalo dua dua nya gua bunuh malah gua yang repot harus bakar mayat mereka, kalo gini kan bisa di bawa sama yang satu nya” Gumam nya dengan muka yang masih menatap datar ke arah orang-orang itu.

Oscar berbalik badan, matanya langsung tertuju pada kotak merah yang ada di atas kasur Hivi.

Oscar mendekat, lalu mengambil kotak itu dan membukanya.

Di dalam nya ada sebuah kertas, dengan bunga mawar putih yang di hiasi dengan warna merah darah disana. “Bunga nya cantik, i like it” Lalu ia membuang bunga itu, Oscar mengambil kertas itu dan membacanya.

Hallo, Elder

Saya rasa sudah lama sekali kita tidak berjumpa, mungkin semenjak lulus SMA? Elder Elder, nama itu terus menghantui pikiran saya.

Elder, apa yang harus saya lakukan? saya sudah melakukan apa yang kamu perintahkan, tapi mengapa orang tua itu terus menghantui saya? Elder saya takut, tapi kenapa kamu seperti tidak perduli dengan saya? kenapa Elder?

Apa karena kamu sudah mempunyai suami? atau kamu emang sudah tidak perduli lagi dengan saya?

Pertanyaan itu terus mengganggu pikiran saya, namun saya paham sekarang. Kamu tidak mau membantu saya karena saya membunuh salah satu anggota kamu ya? maaf Elder, tapi sebentar lagi saya akan membunuh kamu, serta suami kecilmu itu.

Sampai jumpa lagi Elder, saya akan menemuimu beberapa hari lagi, I love you.

“Sampah, let's see who will die first. And I will make your death remembered by many people, like your Mother? Haha.” Oscar tersenyum manis, lalu membakar kertas itu di depan foto pernikahan nya dengan Hivi.

Lalu ia mengambil foto itu. “Sayang, maaf ya? hanya sebentar kok, saya gak mau orang-orang sampah ini mencelakai kamu. Urusan mereka dengan saya, bukan dengan kamu” Oscar memandang wajah Hivi yang terlihat bahagia di foto itu. Lalu mengelus nya perlahan sebelum ia menaruh foto itu di tempatnya.


Oscar menceritakan semuanya pada Hivi, sembari mengelus-elus rambut Hivi dengan sayang.

Hivi mendengarkan semua cerita Oscar, Hivi selalu menatap bibir Oscar ketika Oscar bercerita.

“Kenapa liatin bibir saya mulu?” “Mau kiss” Pinta Hivi sembari memanyunkan bibirnya.

“Haha jadi si telor ini mau kiss?” Oscar tertawa melihat Hivi, sangat menggemaskan. Lalu ia mencium bibir ranum milik suami kecil nya itu, Oscar juga memberikan lumatan lumatan kecil sebelum ia melepaskan ciuman nya.

Keduanya tertawa.

“Bentar deh, kenapa lo nyebut diri lo itu Elder? kan nama lo Oscar” Tanya Hivi penasaran.

“Elder itu nama yang saya pakai dulu sayang, dulu saya juga kaya kamu. Kayanya saya lebih nakal dari kamu? bahkan dulu saya pernah hampir bunuh 5 orang”

“HAH BENERAN?”

“Iya beneran” Jawab Oscar dengan santai.

“Tapi nama lo bagus ya? Elder”

“Kayanya anak gua harus di kasih nama Elder, gua naksir sama namanya, naksir sama laki gua juga sih” Gumam Hivi sebelum ia semakin mendusal pada dada Oscar.


Sesampainya Oscar disana, ia malah tercengang melihat anak-anak Arshela itu sedang melakukan push up. Bahkan beberapa anak itu ada yang baju nya terdapat noda darah, dan juga tangan nya berdarah sebab mereka push up di atas batu kecil yang lumayan tajem.

Oscar keluar dari mobil nya lalu menghampiri mereka, ia menepuk pundak orang yang sedang menghitung itu.

Orang itu menoleh “ANJING BANGSAT LO” Teriak orang itu sambil memegangi dada nya.

“Lo kenapa?” Tanya orang itu. “Abis berantem tadi, ini kenapa?”

Orang itu memandang anak-anak Arshela yang sejak tadi melalukan push up. “Ini bre mereka tadi nabrak kucing gua sampe penyek, makanya gua hukum mereka buat push up di batu batu ini, lo sendiri ngapain kesini?” Oscar terkekeh.

“Lo liat mereka babak belur kan? itu ulah Istri gua, malem ini niat nya gua mau ajak istri gua kesuatu tempat. Tapi di jalan dia di serang sama mereka sampe istri gua masuk rumah sakit, lo kaget kan kenapa gua darah semua gini? Gua abis ke base mereka, gua lawan mereka semua.” Jelas Oscar.

“Lah tapi kan mereka yang lakuin, kok lo malah serang yang disana?”

“Pendiri nya ngarep orang yang di serang mereka mereka ini mati, makanya gua serang mereka”

“Oh gitu” Orang itu hanya mengangguk, setelah di liat liat Oscar emang penuh dengan darah. Bahkan pakaian kemeja putih nya hampir tertutup dengan warna merah, kaya setan.

“Gua ada perlu sama anak ini, gua ambil gapapa?” Tanya Oscar sembari menunjuk ketua tadi. “Gapapa, ambil aja”

Oscar menyeret orang itu ke semak-semak. “Lo mau apa?” Tanya orang itu.

“Siapa yang nyuruh lo ngelakuin ini?” Oscar menatap tajam orang itu. “Gak bakal gua kasih tau” Orang itu malah tertawa melihat Oscar yang mulai emosi.

Oscar mengangkat kerah baju orang itu. “Siapa.”

“Gak” Oscar tersenyum menyeringai, lalu memukul leher orang itu.

Bugh!

“Masih gak mau bilang?” Orang itu menggeleng, tangan nya sibuk memegangi pinggang nya. “Ulah siapa?” Tanya nya.

“Istri lo” Setelah mendengar jawaban orang itu Oscar melempar nya ke pohon-pohon.

Luka orang itu sebenernya udah di obatin. Oscar melihat ada perban yang menggulung di pinggan nya.

Oscar mengambil belati di saku nya. “Lo mau bilang atau gua bunuh sekarang” Ujar Oscar sembari mendekati orang itu, tangan nya memegang belati dan sedikit menggoreskan nya di ujung jari manis nya.

Oscar memaksa orang itu untuk berdiri lalu menggoreskan belati nya tepat di pipi orang itu hingga darah segar mengalir dari sana.

“Akhh sakit sialan” Orang itu meremat pundak Oscar. “Mau bilang?” Namun orang itu tetep kekeuh tidak mau bilang pada Oscar. “Oh gitu? oke” Oscar menggoreskan belatinya di pipi sebelah orang itu.

“Sakitt anjing” Mata orang itu mulai berkaca-kaca namun tetep tidak mau memberitahu Oscar. “Lama lo”

Oscar menyayat leher orang itu hingga hampir putus, teriakan dari orang itu justru membuat Oscar semakin bersemangat.

Di rasa orang itu sudah meninggal Oscar melepaskan rematan nya pada kerah orang itu.

Oscar menatap datar jasad orang itu lalu menyeret kaki nya menuju mobil nya.

“Bangsat lo bunuh dia?” Oscar mengangguk lalu menaruh jasad orang itu di bagasi. “Iya, oiya nama lo siapa?”

“Hanson” Oscar mengangguk lalu masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari sana.

“Tuh lo liat tuh, untung aja gua yang hukum lo pada, kalo engga nasib lo bisa kaya orang itu”


Oscar memarkirkan mobilnya di halaman base Arshela, ia masih memakai pakaian kantor hanya saja ia melepas jaket nya dan menggulung lengan kemeja nya.

“Pantes aja Owen bilang ini rumah kosong, gak ada apa-apa nya sama base gua haha” Oscar keluar dari mobil nya, lalu menghampiri beberapa orang yang sedang duduk di kursi depan itu.

“Misi bang, boleh minta minum gak? maaf banget ngerepotin soalnya alfamart depan sana tutup” Ucap Oscar dengan wajah memelas.

“Oh boleh, sini duduk dulu” Ajak salah satu orang itu. “Ta ambilin dulu sana” Orang itu menyuruh teman nya. “Elah iye dah”

Oscar duduk di sebelah orang itu. “Baru pulang ngantor bang?” Tanya orang itu.

“Iya nih, lagi lembur haha” Orang itu melihat mobil yang di bawa Oscar. “Lo bos nya? mobil lo keren banget” Ujar Orang itu sembari terus menatap mobil Oscar.

“Oh engga bang, gua cuma karyawan biasa. Itu mah gua minjem mobil temen, gua mah cuma punya motor” Jelas Oscar.

Orang itu mengangguk “Anjir baik bener temen lo” Oscar hanya membalasnya dengan tawa.

“Oiya bang, namanya siapa?” “Gua Tomi, lo sendiri siapa?”

“Gua Elder salam kenal ya bang” Oscar menjabat tangan Tomi.

Sembari menunggu minum nya, Oscar mendengarkan Tomi bercerita tentang dirinya dan Arshela.

“Oh jadi orang ini pendirinya?” Gumam Oscar.

Tomi mendecak “Bentar ya gua susulin dulu temen gua” Lalu ia beranjak dari sana.

Oscar melihat Tomi masuk ke dalam. “Pantes aja gua baru denger Arshela Arshela ini, baru di bikin tahun 2019 ternyata.” Oscar tertawa remeh.

“Nih, sorry ye lama tadi dia kesusahan buka tutup sirup nya” Tomi memberikan gelas itu pada Oscar.

Kini di depan semakin rame anak-anak Arshela yang keluar. Mereka lagi duduk duduk sambil gitaran, ada juga yang lagi benerin motornya.

“Gini bang, lo tau gak ada anggota lo yang nyerang orang tadi?” Tanya Oscar.

“Nyerang orang? siapa dah? “Kata temen gua sih ketua nya”

“Ketua? Oh iya dia baru di lantik kemarin, soalnya ketua lama pindah ke Amerika anjir. Kalo boleh tau yang di serang mati kaga?” “Engga, cuma masuk rumah sakit” Jawab Oscar sembari meminum sirup tadi hingga tandas.

“Aelah kenapa harus masuk rumah sakit? harus nya di bikin mati gak sih haha” Ucapan Tomi mengundang gelak tawa dari anggota nya. Yang membuat tubuh Oscar semakin memanas.

“Lo tau gak siapa yang dia serang?” Tanya Oscar dengan senyum menyeringai.

“Engga, emang siapa?” “Istri gua.”

Setelah mengatakan itu Oscar langsung melempar meja di depan nya dan memukuli Tomi.

Saat Tomi ingin memukul balik, Oscar mengunci pergerakan Tomi. Dan memukul wajah nya hingga mengeluarkan darah dari hidung nya, lalu Oscar melihat dari ujung matanya ada orang yang ingin memukul nya dari belakang.

Oscar langsung membalikan tubuh nya dan menendang orang itu hingga terpental jauh. Ia ambil kayu itu dan menyerang hampir semua anak-anak Arshela. “MATI LO SEMUA!” Teriak Oscar semakin memukul mereka seperti orang kesetanan.

Terdengar kegaduhan dari luar, anak-anak Arshela yang ada di dalam keluar semua. “WOII LO APAIN TEMEN TEMEN GUA” Teriak salah satu orang disana.

“Gua? main main aja sih” Jawab Oscar dengan senyum menyeringai, wajah nya terdapat cipratan darah dan juga goresan. Oscar terlihat sangat menyeramkan sekarang.

“Serang!!” Teriak orang itu, bahkan mereka ada yang membawa pisau. Oscar merenggangkan tubuh nya. “Sini lo semua” Oscar sudah siap dengan kayu di tangan nya.

Mereka semua maju menghampiri Oscar, lalu memukul Oscar secara bersamaan.

Bugh! Bugh!

Oscar mengayunkan kayu nya lalu memukul bagian punggung mereka dengan kayu itu hingga membuat punggung orang orang itu berdarah sebab ada paku di kayu itu.

Oscar membuang kayu nya lalu memukuli mereka satu persatu, anak itu memukul kepala Oscar. Namun dengan cepat Oscar mematahkan tangan nya.

“ARGHHH SAKIT ANJING” Teriak anak itu sembari memegangi tangan nya, mendengar itu Oscar hanya tertawa remeh. “Sini gantian lo semua” Ujar Oscar sembari memberikan gestur tangan menyuruh mereka mendekat.

Lima orang berlari ke arah Oscar, satu orang dari belakang dan menahan tubuh Oscar. Empat orang itu memukuli perut Oscar membuat Oscar meringis, namun tenaga mereka bukan apa-apa untuk Oscar.

Ia menarik orang yang ada di belakang dan melemparkan ke empat orang itu, pria tampan itu menghampiri mereka. Lalu menginjak injak tangan salah satu orang itu hingga patah.

“HAHAHA GAK ADA APA APA NYA LO SEMUA” Teriak Oscar sembari menunjuk orang orang itu.

Bugh!

Tomi memukul punggu Oscar dengan kayu yang tadi, membuat Oscar terhuyung dan terjatuh ke bawa.

Tomi langsung membalik tubuh Oscar dan duduk di atas perut Oscar sebelum ia memukuli muka Oscar.

“LO YANG HARUS MATI ELDER” Tomi semakin memukul Oscar, namun setelah nya Oscar membalik tubuh mereka menjadi Oscar yang ada di atas Tomi. “Lo gak bisa bunuh gua” Oscar memukul Tomi hingga orang itu pingsan.

Masih ada beberapa yang sadar. Oscar berdiri lalu menatap mereka. “Kalo ada yang berani laporin gua, detik itu juga gua bunuh kalian semua” Ancam Oscar sebelum pergi dari sana untuk mencari ketua ingusan yang tadi menyerang Hivi.


Oscar sudah sampai di tempat itu lebih dulu, tempatnya di depan danau. Ada taman disana, biasanya Oscar kalo lagi banyak pikiran selalu kesini.

Sudah 1 jam Oscar menunggu, namun tidak ada tanda-tanda kedatangan Hivi. “Hivi kemana sih? mana handphone gua lagi di charger lagi” Keluh Oscar.

Ia kembali masuk ke dalam mobil nya, ingin pergi dari sana. Saat ia membuka handphone nya, ada banyak sekali telpon masuk dari suami kecil nya itu.

“Shit!” Oscar merasa ada yang tidak beres dengan Hivi, ia juga melihat posisi Hivi terjebak stuck di satu tempat. Oscar langsung menelpon Laskar.

“Hallo, cil”

“Apaan?”

“Posisi lo dimana?”

“Di rumah bang, ngapa sih?”

“Pergi ke pertigaan lingga, Hivi stuck disana gua khawatir. Gua lagi jauh dari sana, kalo gua yang nyamperin bisa makan waktu lama.”

“Iyee dah gua ke sono”

Oscar langsung mematikan telpon nya dan menambah kecepatan mobilnya. Oscar emang memasak pelacak di gelang Hivi, makanya dia bisa tau Hivi ada dimana sekarang.


Oscar sudah sampai di rumah sakit, setelah menerima pesan dari Kalle pria itu langsung bergegas pergi, ia sangat merindukan Hivi nya.

Saat sudah sampai di depan pintu Oscar terdiam sebentar, ia mengambil nafas dalam dalam lalu tersenyum tipis sebelum ia membuka pintu itu.

Ceklek

“Kak kita keluar yuk? aku pengen beli kopi yang ada di depan” Ajak Kalle pada Morgan, ia ingin Oscar dan Hivi memiliki waktu berdua.

Setelah kepergian Kalle dan Morgan tadi, Oscar segera mendekati Hivi. “Hallo sayang” Sapa nya dengan senyum manis yang terukir pada bibirnya.

Hivi tersenyum senang. “Hallo pak tua, kangen gak?” Tanya nya dengan nada manja.

“Banget, saya kangen banget sama kamu. Maaf ya waktu itu saya gak sempet bantuin kamu” Keluh nya sembari menundukan kepala, tangan nya masih terus menggenggam tangan Hivi.

“Lah jadi yang nolongin gua bukan lo pak?” Jujur aja Hivi juga kaget, perasaan dia yang nolongin itu Oscar. “Bukan, tapi Laskar” Jawab nya.

“Ih kok bukan lo sih! Padahal gua udah ngarep lo yang nolongin gua, bangsat lo sibuk mulu” Hivi menarik tangan nya dari genggaman Oscar lalu mengalihkan pandangan nya.

Oscar mengambil tangan Hivi lagi, lalu ia mengecup kedua tangan Hivi. “Maaf sayang, mau saya ceritain?” Mendengar itu Hivi langsung melihat Oscar. “MAU!! Eh gua baru sadar, kok lo luka luka gini sih? abis berantem?” Tanya nya, Oscar bisa melihat raut wajah Hivi yang begitu khawatir akan dirinya.

“Abis berantem gak ya?” “Ngeselin lo pak, sini deh tiduran samping gua” Hivi menepuk-nepuk di sebelah nya, untung nya Oscar meminta ruang VIP jadi nya dapet kasur yang lebih besar.

Oscar naik dan tiduran di sebelah suami kecil nya itu. “Mauu peluk!” Rengek Hivi. “Haha sini sini” Oscar langsung menarik tubuh Hivi ke dalam pelukan nya.

Hivi paling suka di peluk Oscar, rasanya nyaman. “Lo luka aja tetep ganteng ya” Hivi terus memandang kagum wajah suami nya itu.

“Kamu juga” “Apa?” “Kamu cantik, istri saya selalu cantik” Ucap nya sembari memberikan kecupan pada bibir Hivi.

Sudah 2 hari ini berbaring lemah di kasur rumah sakit, selama itu juga Oscar menemani nya disana. Bahkan Oscar sama sekali tidak ingin meninggalkan Hivi walaupun hanya 1 menit pun, namun ia juga harus bersih-bersih.

Pakaian nya pada malam itu penuh dengan darah, badan nya penuh dengan luka lebam dan goresan pisau, serta muka tampan nya kini terlihat beberapa luka disana.

“Hivi sayang, ini udah 2 hari loh. Kamu gak mau bangun?” Monolog Oscar sembari mengelus tangan Hivi, pria tampan itu mencoba untuk tersenyum tegar saat ia berada di ruangan Hivi.

Namun ia tetep tidak bisa menahan itu, matanya mulai berkaca-kaca hingga tetesan air mata keluar dari mata indah nya.

Laskar sedari tadi memperhatikan Oscar dari ambang pintu. “Dia bener-bener tobat ya? cih dasar ngeyel” Gumam nya sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.

Tak terasa hari sudah mulai menjelang malam. Oscar masih setia di samping Hivi, ia juga sempat tertidur di samping suuami kecil nya itu.

Oscar selalu berharap ketika dirinya terbangun dari tidur nya, Hivi sudah siuman dan sedang mengelus rambut nya seperti biasa.