Bou


Usai perjalanan mereka, Oscar membawa Hivi masuk ke dalam kamarnya dengan begitu tergesa-gesa. Pria tampan itu meletakan Hivi di kasur king size nya.

Oscar, pria itu sudah melucuti pakaian nya dan juga pakaian Hivi sehingga mereka sudah dalam keadaan naked sekarang.

Saat ini Oscar sudah ada di atas Hivi, ia sibuk bercambu dengan suami kecil nya itu. Tangan nya ia gunakan untuk memilin nipple mencuat Hivi, hingga membuat Hivi melenguh dalam ciuman nya.

Oscar melepaskan ciuman itu, kini ia turun ke bawah dan mulai menghisap nipple Hivi sehingga membuat pemuda itu mendesah keenakan.

“Aahh ngghh te-terus daddyhh” Desah Hivi keenakan, ia semakin mendorong kepala Oscar agar terus menghisap nipple nya dengan kuat, ia juga memainkan rambut suaminya itu yang kini sudah berantakan.

Dirasa sudah cukup, Oscar melepaskan hisapan nya dari nipple Hivi lalu menatap Hivi yang sudah berantakan. “Kamu keliatan cantik sayang, tolong jangan kasih liat ekspresi itu pada siapapun selain saya.” Ucap Oscar, sebelum ia kembali mengajak Hivi untuk saling melumat satu sama lain.

Dengan perlahan Oscar mulai melebarkan kedua paha Hivi, tangannya mengelus penis mungil Hivi lalu mengocoknya dengan tempo sedang.

Setelah ciuman itu terlepas, Hivi terus mendesah menikmati penis nya sedang di manjakan oleh Oscar. “Eunghh dad ga tahan ahh mau keluar aahh” Mendengar mengakuan dari suami kecil nya itu Oscar semakin mempercepat tempo kocokkan nya pada penis Hivi.

Crott! crott! crott!

“Sshhh ahh enak banget” Desah Hivi menikmati pelepasan nya. Oscar menjilati jari nya yang terkena cairan precum Hivi tadi. “Jangan di jilat anjing, itu kotor.” Cegah Hivi, namun tidak di hiraukan oleh Oscar.

Cuihh!

Oscar meludah di hole Hivi lalu memainkan jarinya nya disana, ia memasukan satu jari ke dalam hole Hivi sampai membuat suami kecil nya itu kelojotan.

“Arghh pe-perihh keluarin aahh” Hivi, pemuda itu hanya bisa diam dikarenakan tangan nya sudah di ikat ke atas dengan dasi yang di gunakan Oscar tadi. “Diem sayang, nanti juga enak kok” Ucap Oscar, meyakinkan Hivi.

Pemuda manis itu terus merintih kesakitan pada bagian bawah nya. Namun Oscar berusaha mengalihkan rasa sakit itu dengan rasa nikmat yang ia berikan pada puting mencuat Hivi.

“Akhh hiks keluarin Oscar aarghh aahh sakitt”

Oscar sama sekali tidak menghiraukan Hivi, ia malah menambah satu jari lagi dan terus memainkan hole si manis. Ia sangat menikmati wajah tersiksa Hivi saat ini, di tambah lagi tatapan Hivi yang seakan memintanya untuk segera menyetubuhi nya.

“Aahh enaak fasterr pleasee” Pemuda itu mulai menikmati permainan Oscar. “Jadi sakit atau enak sayang?”

“Enakk bangett ahh ahh lagiihh”

Dengan senang hati Oscar mempercepat gerakan tangan nya. Hivi semakin terbuai dengan permainan Oscar, ia sampai menjulurkan lidah nya dan matanya kini terlihat memutih.

Oscar mendekatkan dirinya pada Hivi, ia meludah pada mulut Hivi dan langsung melumat bibir ranum itu dengan lembut. Berbeda dengan tangan nya yang terus memainkan hole Hivi dengan cepat dan brutal.

Saat pelepasan Hivi tiba, disaat itu juga Oscar melepaskan lumatan nya, ia mengoleskan cairan precum milik Hivi tadi pada penis nya dan menepuk-nepuk penis itu pada permukaan hole Hivi.

Penis Oscar cukup membuat Hivi menganga tidak percaya. Ukuran penis itu 3X lebih besar dan panjang dari milik nya, suami nya yang sadar dengan pandangan Hivi tertawa pelan.

“Kenapa sayang?” “Emang nya itu muat?” “Muat dong, kan di paksa”

Setelah pembicaraan singkat itu Oscar langsung menghentakan penis nya ke dalam hole Hivi sepenuh nya. Hingga penis nya tercetak di permukaan perut rata Hivi, Oscar memandang itu dengan bangga.

Hole Hivi seakan robek saat penis besar Oscar memaksa masuk ke dalam nya.

“Arghhh Sakiitt banget hiks hiks sshh” Teriak Hivi, saat penis itu masuk ke dalam hole nya.

Oscar diam sebentar, membiarkan Hivi terbiasa dengan penis nya. Ia mendekatkan dirinya pada nipple Hivi dan mengecupnya sebentar sebelum ia kembali melumat bibir Hivi agar suami kecil nya itu rilex terlebih dahulu.

Saat dirasa Hivi sudah mulai terbiasa dengan penis nya. Oscar mulai menggerakan pinggul nya, ia melepaskan lumatan nya.

Tangan nya bertengger di pinggang di manis dan menggerakan nya berlawanan arah. Ia sempet lupa bahwa tangan Hivi masih terikat sekarang, dengan cepat Oscar melepaskan ikatan itu dan tangan Hivi mulai meremat bantal di sebelah nya.

Plok! plok! plok!

“Dalem bangett daddyyh sshh ahh enaak” Desah Hivi keenakan.

Desahan itu terdengar sangat merdu di telinga Oscar, lantas membuat Oscar semakin gancar menghentakan penis nya.

“Aahh enak banget hole kamu, kontol saya jadi betah di dalam sini” Lenguh Oscar.

“Iyyaah gua juga sukaa ngghh aahh kontol lo bisa bang- AAAHH!” Belum sempat Hivi menyelesaikan ucapan nya, penis mungil nya itu kembali mengeluarkan cairan precum nya.

Oscar tertawa melihat Hivi, kondisi nya sangat berantakan. Tubuh nya penuh dengan peju dan keringat, sangat indah. “Tahan ya, saya belum keluar”

“Tunggu dulu sshh” Hivi menahan Oscar yang hendak menghentakan kembali penis nya. Namun Oscar sama sekali tidak memperduli kan Hivi sebab dirinya juga sedang mengejar putihnya.

“Oouuhh aahh gua capek tapi enakk” Desah Hivi sembari memeluk Oscar.

“Aaahh aahh saya mau sampai kitten” Oscar menanam dalam dalam penis nya di dalam hole Hivi dan memuncrat kan peju nya di dalam sana.

Oscar ambruk di atas Hivi, pemuda itu memeluk tubuh suami nya. Nafas mereka terengah-engah, Oscar menyatukan kening mereka.

“Belum selesai kitten, kita harus nyoba semua gaya sampai saya puas”

Setelah mengatakan itu Oscar membalik tubuh Hivi tanpa melepas menyatuan mereka, doggy style. Gaya yang sangat ingin di coba oleh Oscar, ia sempatkan untuk menampar bongkahan pantat Hivi hingga memerah baru ia mulai menghentakan kembali penis nya.

“Arghhh jangaan lagihh” Desahan Hivi malah membuat Oscar semakin bersemangat.

Mereka saling menuntaskan hasrat mereka hingga dini hari, setelah merasa puas mereka baru tertidur sambil memeluk satu sama lain.


Katakan Oscar telat datang, saat ia sampai disana bukan Hivi lagi yang nge dj melainkan sang pemilik bar itu.

Suami kecil nya sedang berkumpul dengan teman teman nya, ia sengaja memilih table yang sedikit jauh dari table Hivi dan teman temannya agak ia tidak ketauan.

Oscar melihat Hivi minum banyak minuman alkohol, semua gerak gerik Hivi tak luput dari pandangan Oscar.

“Lo ngapa diem mulu dah? itu cewek-cewek pada mau sama lo kok gak lo ambil sih? lumayan ege.” Ujar Nelson yang sedang sibuk dengan perempuan di sebelahnya. Tidak dengan Oscar dan Morgan, kedua orang itu sedang sibuk memperhatikan target mereka. “Udah gak minat gua, buat lo aja dah sono.” Jawab Oscar santai sembari meneguk wine di gelas nya.

Saat ini jam sudah menunjukan pukul 23.36, Oscar melihat temen-temen Hivi pulang dan meninggalkan Hivi dan Kalle disana. Hampir semua temen Hivi mabok, cuma 3 orang yang engga. Jadi mereka bergantian membawa teman-teman nya untuk masuk ke mobil, saat itu lah Oscar dan Morgan menghampiri Hivi dan Kalle.

“Jadi target lo Kalle gan?” Oscar, pria itu mengeluarkan smirk nya lalu mengelus pipi suaminya yang sedari tadi mengoceh tidak jelas. “Iya, cocok kan buat gua?” Morgan terkekeh lalu menggendong Kalle bridal syle. “Duluan ya Car, keburu sadar ini anak.” Morgan pamit pergi dari sana dan berniat membawa Kalle ke rumah nya.

Hivi memandang Oscar dengan tatapan bingung. “Lo pak tua bukan? aduh pak tua ganteng banget sih.” Hivi berdiri dari duduknya lalu mendorong Oscar untuk duduk di sofa yang tadi di duduki oleh dirinya.

Pemuda manis itu dengan santai nya duduk di pangkuan Oscar. Hivi tertegun dengan wajah rupawan Oscar, ia baru sadar kalau suami nya itu sangat tampan. “Suami gua ganteng banget!” Ujar Hivi dengan cengengesan, tangan nya mengunyel-unyel pipi Oscar.

Pria tampan itu hanya bisa pasrah dengan apa yang di lakukan suami kecilnya ini. “Tapi bisa gak sih lo gak main cewek mulu? anjing lah gua sama cewek cewek sialan lo itu lebih baik gua begoo.” Omel Hivi sembari menepuk-nepuk pipi Oscar lumayan kencang.

Dengan perlahan tangan Oscar mulai bertengger di pinggang ramping Hivi. “Emang nya kenapa kalau saya main sama cewek? lagian kamu fine fine aja tuh, kok sekarang malah gini?” Pancing Oscar.

“Gua juga gatau anjing, lo pernah bilang kalo lo gak pernah gituan sama cewek lo? TAPI KENAPA POSTINGAN TERAKHIR LO KAYA GITU?? Ihh bangsat benci banget gua sama lo.” Bibir Hivi mengerucut lucu, ia mulai mendekatkan dirinya pada Oscar. Memeluk suaminya itu dan bersender di dada bidang Oscar.

“Jadi kamu cemburu gara-gara itu?” “Engga, ngapain gua cemburu sama lonte sialan itu? gua juga bisa kali kaya gitu, yang sah sah aja dong.”

Oscar tertawa pelan. Hivi dalam keadaan tidak sadar ini sangat menggemaskan bagi Oscar, biasanya Hivi selalu biasa aja kalo Oscar pergi sama cewek cewek itu, sekarang malah gak boleh.

“Masa sih? emang nya kamu bisa muasin saya kaya mereka muasin saya hm?”

Hivi membenamkan mukanya di leher Oscar lalu mengangguk. “Bisa kok!” Hivi sudah benar-benar lepas kendali. Ia mulai mencium dan menggigit leher Oscar, membuat beberapa Kissmark lagi disana.

“Liat, cantik kan? ini karya gua, cewek cewek lo bisa gak kaya gini haha cuma gua yang bisa bro.” Hivi tertawa lalu mengelus leher Oscar dengan sensual. “Yang ini bekas tadi siang ya? hihi makin banyak karya Hivi.”

“Iya itu buatan kamu, suka?” Hivi memandang Oscar dengan mata sayu nya, lalu mengangguk antusias. “Sukaaa, ini punya gua ya pak tua. Gak boleh buat orang lain, terus ini juga punya gua! lo itu suami gua, semua ini punya gua.” Oceh Hivi, tangan nya mengelus-elus tubuh Oscar.

Oscar memegang dagu Hivi agar tetap menatap matanya, dengan perlahan Oscar mulai mendekatkan mukanya dan menempelkan bibir mereka berdua.

Pasangan muda itu saling mencium dan melumat bibir satu sama lain, Oscar sangat menikmati ciuman ini. Ia bisa merasakan betapa manis bibir Hivi.

Dirasa tidak begitu puas, pria tampan itu menggigit bibir bawah Hivi agar sang empu membuka mulut nya.

“Akhh..” Hivi, pemuda itu merasakan ada benda tak bertulang masuk ke dalam mulut nya dan mengajak nya untuk berperang lidah.

Di rasa Hivi sudah mulai kehabisan nafas Oscar melepaskan pagutan bibir nya, namun pria itu turun ke leher Hivi dan menciumi leher itu. Kegiatan mereka terhentikan sebab ada temen Hivi yang datang.

“Vi kok?” Akim terdiam.

Oscar semakin mengeratkan pelukan nya, seolah ia tidak ingin Hivi di bawa oleh temen nya itu. “Hivi biar saya yang bawa.” Ucap Oscar dengan wajah dan suara yang begitu datar.

“Oh gi-gitu, yaudah permisi ya.” Setelahnya Akim langsung berlari dari sana begitupun dengan Oscar. Ia langsung mengendong Hivi bridal style dan membawa Hivi ke mobilnya, saat ingin menaruh Hivi di kursi depan tiba-tiba aja Hivi merengek tidak mau dan hanya ingin duduk di pangkuan Oscar.

Terpaksa pria tampan itu mengiyakan keinginan Hivi, namun saat ia hendak menjalankan mobil nya Hivi mulai menghentak-hentakan dirinya di atas penis Oscar.

“Sayang.. diem ya?” Ujar Oscar dengan lembut.

“Gamauu, mau kaya gini.” Hivi memeluk leher Oscar dengan dirinya yang masih tidak mau diam. “Astaga..”

Oscar segera menjalankan mobil nya dengan kecepatan tinggi, ia ingin cepat-cepat sampai ke rumah dan meminta hak nya sebagai suami pada Hivi.


Katakan Oscar telat datang, saat ia sampai disana bukan Hivi lagi yang nge dj melainkan sang pemilik bar itu.

Suami kecil nya sedang berkumpul dengan teman teman nya, ia sengaja memilih table yang sedikit jauh dari table Hivi dan teman temannya agak ia tidak ketauan.

Oscar melihat Hivi minum banyak minuman alkohol, semua gerak gerik Hivi tak luput dari pandangan Oscar.

“Lo ngapa diem mulu dah? itu cewek-cewek pada mau sama lo kok gak lo ambil sih? lumayan ege.” Ujar Nelson yang sedang sibuk dengan perempuan di sebelahnya. Tidak dengan Oscar dan Morgan, kedua orang itu sedang sibuk memperhatikan target mereka. “Udah gak minat gua, buat lo aja dah sono.” Jawab Oscar santai sembari meneguk wine di gelas nya.

Saat ini jam sudah menunjukan pukul 23.36, Oscar melihat temen-temen Hivi pulang dan meninggalkan Hivi dan Kalle disana. Hampir semua temen Hivi mabok, cuma 3 orang yang engga. Jadi mereka bergantian membawa teman-teman nya untuk masuk ke mobil, saat itu lah Oscar dan Morgan menghampiri Hivi dan Kalle.

“Jadi target lo Kalle gan?” Oscar, pria itu mengeluarkan smirk nya lalu mengelus pipi suaminya yang sedari tadi mengoceh tidak jelas. “Iya, cocok kan buat gua?” Morgan terkekeh lalu menggendong Kalle bridal syle. “Duluan ya Car, keburu sadar ini anak.” Morgan pamit pergi dari sana dan berniat membawa Kalle ke rumah nya.

Oscar duduk di samping Hivi, lalu mengangkat Hivi untuk duduk di pangkuan nya. “Ih ini pak tua ya? ganteng banget sih suami gua.” Oceh Hivi sembari menangkup muka Oscar dan memberikan kecupan pada bibir suami nya itu.

“Iya, ini saya. Kamu mau apa kitten?” Oscar dengan santai nya memasukan tangan nya ke dalam baju Hivi, ia mulai mengelus perut rata suami kecilnya itu. “Gua tuh kesel banget sama lo, kenapa sih lo main sama cewek ituu?? ihh kenapa gak sama gua aja? jangan sama cewek-cewek itu Oscar gua kesepian.” Hivi mempoutkan bibir nya, ia mengalung kan lengannya pada leher Oscar.

“Hahaha katanya gapapa? kan kamu aja gak ngelarang saya kalo saya pergi sama cewek.” Pancing Oscar. Hivi menatap Oscar seolah-olah pemuda manis itu sedang frustasi. “Gua malu anjing, nanti jangan gitu lagi yaa? gua gak suka lo main sama cewek-cewek itu, lo waktu itu bilang gak pernah gituan sama cewek lo tapi tadi gua liat postingan lo kaya gitu.” Mata Hivi mulai berkaca-kaca, tangan nya sibuk memukul-mukul dada Oscar.

Pria tampan itu tersenyum simpul. “Jadi kamu cemburu hm?” Hivi menangguk. “Iyaa, gaboleh main cewek lagi Oscar, gamau.” Hivi mulai menitikkan air matanya, ia menatap Oscar penuh harap dengan bibir yang sudah mengerucut lucu.

“Eh vi.” Panggil Akim, tadi nya ia berniat untuk membawa Hivi dan Kalle ke mobil.

“Hivi biar saya yang bawa.” Oscar semakin mengeratkan pelukan nya, seolah tidak rela Hivi di bawa oleh temennya. “Oh gitu, ya-yaudah saya duluan ya pak.” Akim langsung berlari dari sana, setelah nya Oscar langsung mengangkat Hivi menuju mobil nya.

Ia manaruh Hivi di kursi sebelahnya, dan ia duduk di kursi pengemudi. Namun saat Oscar hendak menjalankan mobil nya ini merengek minta duduk di pangkuan Oscar.

“Mau duduk disitu, gamau disini.” Rengek Hivi sembari menggoyangkan lengan Oscar. “Sini sayang.” Oscar membiarkan Hivi untuk duduk di pangkuan nya.

Hivi menyamankan duduknya dan bersandar di dada Oscar. Tangan nya sibuk mengelus-elus perut Oscar, membayangkan gimana kalau dirinya duduk disana.

Tidak hanya itu, bahkan Hivi sekarang menciumi leher Oscar. Tanpa sadar pemuda manis itu memberikan beberapa kissmark lagi di leher Oscar. “Hihi lucu ya? ini karya Hivi, yang lain gak boleh okey? ini punya gua.” Hivi menatap Oscar dengan tangan yang sibuk mengelus kissmark bikinannya.

Oscar terkekeh melihat Hivi seperti itu, sangat berbeda ketika suami kecil nya itu dalam keadaan sadar. “I'm yours kitten.”

Setelahnya Oscar mulai menambah kecepatan, ia ingin cepat-cepat pulang dan meminta hak nya sebagai suami pada Hivi.


Saat ini Oscar dan Hivi sedang bersantai di ruang tengah. Oscar yang sedang duduk di sofa dan Hivi yang sedang berguling-guling di karpet bulu yang ada disana.

Hivi sibuk dengan menonton Tv, dan Oscar yang sedari tadi sibuk dengan handphone nya. Beberapa menit kemudia Oscar berdiri dari duduk nya lalu berjalan ke arah kamar nya, tak lama dari itu Oscar keluar dengan keadaan yang sudah rapih.

Oscar mendekati Hivi, mengangkat tubuh Hivi lalu mendudukan nya di sofa, dirinya ikut duduk di sebelah Hivi. “Hivi, saya mau pergi ya? buat makan malam kamu masak buat diri kamu sendiri aja.” Oscar mengatakan itu sembari mengelus-elus tangan Hivi.

Hivi memicingkan matanya. “Lo mau kemana dah?” Tanya Hivi sembari menatap Oscar dengan tatapan penuh curiga. “Ah itu, tadi Ghea minta di temenin.” Jawab Oscar santai.

“Ghea sape? cewek lo?”

“Iya lah, siapa lagi emang.”

Hivi mendecak lalu menarik tangan nya yang sedari tadi di elus elus oleh Oscar. “Yaudah sana, ngapain juga lo izin sama gua pak pak. Mau lo jalan ama presiden juga kaga peduli gua, udah sono ah ganggu aja lo.” Omel Hivi tanpa sadar bibirnya sudah mengerucut lucu.

Oscar tertawa pelan lalu berdiri dari sana berniat untuk pergi. “Oi pak, gua juga nanti mau pergi sama temen gua, jadi kalo lo pulang tapi gua gak ada, gak usah nyari.” Beritahu Hivi tanpa melihat ke arah Oscar.

“Yaudah, emang siapa yang mau cariin kamu?” Celetuk Oscar.

“Yaudah sih.”

Oscar pergi dari sana menuju bagasi, saat di perjalanan Oscar tersenyum simpul. “Gua juga tau sayang lo mau kemana, makanya gua bilang ketemu Ghea dulu baru nyusulin lo ke bar nanti malem.” Pria itu terkekeh sembari melihat Lockscreen nya sendiri.


Geno duduk sendirian di pojok rak sedang membaca buku, itu adalah tempat favotit nya ketika ia ada si perpustakaan.

Seperti biasa Cesa yang selalu mengobati Geno ketika pemuda itu terluka. Cesa berjalan mendekati pemuda itu dengan tangan yang sedang menenteng kotak P3K.

“Geno, kesana yuk? biar enak ngobatin nya.” Ajak Cesa pada Geno. “Gua gamau Cesa, luka gua ada di muka, gua gamau lo liat muka gua ntar malah jijik.” Tolak Geno tanpa menatap Cesa sedikitpun.

“Gak bakal Geno, ayo.” Ajak Cesa sembari menarik tangan Geno untuk pergi dari sana. Mereka duduk di kursi yang ada di perpustakan itu, Cesa terus memaksa Geno untuk membuka masker nya. “Bukaa aja sih, lagian gua gak bakal nge bully lo.” Paksa Cesa.

Geno menghela nafas berat, akhirnya Geno membuka masker nya. Namun pemuda itu malah menunduk seakan takut menunjukan mukanya pada Cesa, pemuda manis itu memegang dagu Geno dan mengangkat nya untuk menatap dirinya.

“ANJINGG?!” Teriak Cesa setelah melihat muka Geno, ia langsung mendorong kepala Geno untuk kembali menunduk. Tangan satu nya ia gunakan untuk menutup mulut nya sendiri. “Kenapa? lo jijik ya? makanya gua gak mau kasih liat muka gua ke orang-orang.” Lirih Geno.

Cesa menangkup kedua pipi Geno. “JIJIK APANYA JING, muka ganteng gini kenapa di tutupin mulu sih.” Cesa menepuk-nepuk pipi Geno.

“Gua takut Cesa..” Ucap Geno pelan.

“Takut kenapa astaga, udah lah muka lo ganteng gini kok.” Cesa terus memuji muka Geno bahkan sampai membuat sang pemilik muka pipi nya mulai bersemu. “Jadi menurut lo gua ganteng gitu?”

“YA IYA LAH?” Bentak Cesa.

“Btw kenapa sih lo pake masker mulu?” Lanjut Cesa penasaran.

“Jadi gini, pas kelas 9 tuh gua ikut ke kumpulan keluarga gitu. Gua ketemu sepupu sepupu gua yang bahkan gua sendiri gak pernah ketemu mereka sebelumnya. Waktu itu ada 2 sepupu cewek gua pingsan gara-gara abis tatap tatapan sama gua. Disitu gua panik banget, gua mikir nya muka gua sejelek itu ya sampe bikin mereka pingsan?” Jelas Geno panjang lebar, sedangkan Cesa sibuk mendengarkan Geno.

“ITU MEREKA PINGSAN KARENA LO TERLALU GANTENG BODOH” Bentak Cesa.

“Jadi gitu ya?”

“Gua kira lo pinter Gen Gen, tau tau nya soal ginian bego banget.”

“Tapi abis ini lo gak boleh buka masker ya? cukup gua aja yang liat muka lo.” Lanjut Cesa.

“Kenapa gitu?”

“Gapapa sih, nurut aja udah.”


Geno duduk sendirian di pojok rak sedang membaca buku, itu adalah tempat favotit nya ketika ia ada si perpustakaan.

Seperti biasa Cesa yang selalu mengobati Geno ketika pemuda itu terluka. Cesa berjalan mendekati pemuda itu dengan tangan yang sedang menenteng kotak P3K.

“Geno, kesana yuk? biar enak ngobatin nya.” Ajak Cesa pada Geno. “Gua gamau Cesa, luka gua ada di muka, gua gamau lo liat muka gua ntar malah jijik.” Tolak Geno tanpa menatap Cesa sedikitpun.

“Gak bakal Geno, ayo.” Ajak Cesa sembari menarik tangan Geno untuk pergi dari sana. Mereka duduk di kursi yang ada di perpustakan itu, Cesa terus memaksa Geno untuk membuka masker nya. “Bukaa aja sih, lagian gua gak bakal nge bully lo.” Paksa Cesa.

Geno menghela nafas berat, akhirnya Geno membuka masker nya. Namun pemuda itu malah menunduk seakan takut menunjukan mukanya pada Cesa, pemuda manis itu memegang dagu Geno dan mengangkat nya untuk menatap dirinya.

“ANJINGG?!” Teriak Cesa setelah melihat muka Geno, ia langsung mendorong kepala Geno untuk kembali menunduk. Tangan satu nya ia gunakan untuk menutup mulut nya sendiri. “Kenapa? lo jijik ya? makanya gua gak mau kasih liat muka gua ke orang-orang.” Lirih Geno.

Cesa menangkup kedua pipi Geno. “JIJIK APANYA JING, muka ganteng gini kenapa di tutupin mulu sih.” Cesa menepuk-nepuk pipi Geno.

“Gua takut Cesa..” Ucap Geno pelan.

“Takut kenapa astaga, udah lah muka lo ganteng gini kok.” Cesa terus memuji muka Geno bahkan sampai membuat sang pemilik muka pipi nya mulai bersemu. “Jadi menurut lo gua ganteng gitu?”

“YA IYA LAH?” Bentak Cesa.

“Btw kenapa sih lo pake masker mulu?” Lanjut Cesa penasaran.

“Jadi gini, pas kelas 9 tuh gua ikut ke kumpulan keluarga gitu. Gua ketemu sepupu sepupu gua yang bahkan gua sendiri gak pernah ketemu mereka sebelumnya. Waktu itu ada 2 sepupu cewek gua pingsan gara-gara abis tatap tatapan sama gua. Disitu gua panik banget, gua mikir nya muka gua sejelek itu ya sampe bikin mereka pingsan?” Jelas Geno panjang lebar, sedangkan Cesa sibuk mendengarkan Geno.

“ITU MEREKA PINGSAN KARENA LO TERLALU GANTENG BODOH” Bentak Cesa.

“Jadi gitu ya?”

“Gua kira lo pinter Gen Gen, tau tau nya soal ginian bego banget.”

“Tapi abis ini lo gak boleh buka masker ya? cukup gua aja yang liat muka lo.” Lanjut Cesa.

“Kenapa gitu?”

“Gapapa sih, nurut aja udah.”


Hivi sekarang ada di kamar yang ada di ruangan Oscar, setelah menangis dan makan bareng tadi Hivi mengantuk jadi ia tertidur disana. Sebenernya tadi Hivi tidur di pangkuan Oscar, pemuda itu terus mengoceh dan sesekali Oscar meladeni Hivi walaupun ia sedang sibuk dengan pekerjaan nya.

Pemuda manis itu perlahan membuka matanya, ia melihat Oscar sedang duduk di sebelahnya. Oscar sibuk dengan laptop di depannya sampai ia tidak sadar kalo Hivi sudah bangun. “Ini ruangan apa?” Tanya Hivi dengan mata yang kembali memejam.

Antensi Oscar langsung tertuju pada Hivi, pria tampan itu tersenyum lalu meletakkan laptop nya di atas nakas dan dirinya ikut berbaring dengan Hivi.

“Baru bangun tuan putri?” Tanya nya sambil terkekeh. Hivi yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas, dengan perlahan ia mendekat ke arah Oscar minta untuk di peluk. “Mau peluk.” Oscar tertawa pelan lalu menarik Hivi untuk masuk ke dalam pelukan nya.

“Pak tua lo jangan gitu dong, gua gak peduli ya anjing, lo tetep harus makan masakan gua, kalo gak mau gua paksa beneran.” Omel Hivi yang sebenarnya masih kesal dengan Oscar perihal tadi pagi. “Iya iya, berandalan apa sih kamu? masa kaya gini doang nangis, kalo turun ke jalanan kena celurit nangis gak?” Tanya Oscar dengan nada bercanda, sedari tadi Oscar tidak bisa menahan senyum nya, Hivi semakin terlihat seperti telor sekarang.

“Engga lah, yakali gua nangis. Lagian gua tiap turun kaga pernah kena senjata mereka, ya pernah sih tapi pisau doang kena pinggang gua.” Jawab Hivi dengan bangga, Oscar yang melihat itu hanya mengangguk saja. “Nanti kalo udah lulus tetep mau turun ke lapangan?” Hivi menggeleng, ia mengingat sesuatu.

“Engga juga, sekarang aja gua udah gak pernah ikut tawuran lagi. Setelah di pikir-pikir kaga ada gunanya gua kaya gitu, enak balapan.”

“Kalo ada yang nyerang kamu gimana?” Oscar mengelus punggung Hivi, seolah ia tidak memperbolehkan Hivi lepas dari pelukan nya. “Ya gua serang balik lah, lagian gua bukan orang cupu kok.”

“Hahaha iya deh, tapi kenapa tadi pagi nangis? kan saya gak apa-apain kamu.” Hivi mendorong Oscar pelan lalu mendongak dan menatap muka Oscar. “Gua juga gak tau pak, rasanya nyesek aja gitu. Gua gak terima lo sarapan sama cewek itu, jahat banget sih kan harusnya sama gua.” Ucap Hivi kesal sembari memukul-mukul dada Oscar lumayan kencang.

Oscar kembali tertawa saat ia mengingat gimana Hivi nangis tadi. “Haha kan saya udah minta maaf, mau di maafin gak?” Tanya Oscar sambil memainkan pipi gembul Hivi.

Hivi berpikir sebentar lalu tersenyum sambil mengangguk. “Iya di maafin.” Setelah nya Oscar dan Hivi sama-sama tertawa.

Mereka saling berbincang satu sama lain dengan posisi yang masih berpelukan. Di sertai dengan lagu-lagu yang sebelumnya sudah di putar oleh Oscar, lagu itu menambah kesan romantis untuk pasangan muda ini.


Selepas Oscar pergi ke kantor nya Hivi sibuk memaki Oscar dengan segala macam makian untuk suaminya itu.

“PAK TUA ANJIING LO, bisa-bisa nya gua masak banyak gini buat lo tapi lo malah sarapan sama cewek! awas aja lo gua datengin kantor lo terus gua paksa lo makan ini. Enak aja gua capek-capek masak malah gak di makan.” Omel Hivi dengan tangan yang sibuk menata makanan tadi ke dalam tempat makan sebelum ia pergi ke kantor Oscar.

Hivi melajukan motor nya menuju kantor suaminya, untungnya hari ini sekolah libur jadi Hivi bisa lama disana. Membutuhkan waktu 20 menit di perjalanan akhirnya Hivi sampai di kantor Oscar.

Pemuda manis itu menghampiri resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan Oscar. “Misi mbak ruangan pak tua dimana ya? saya mau anterin makanan.” Tanya Hivi pada mbak mbak resepsionis itu dengan senyumam di wajah nya.

“Eh maaf, pak tua siapa ya?”

“Emmm Oscar, iya Oscar willonder. Dia CEO disini kan? gua gak salah perusahaan kan ini.” Jawab Hivi sambil memperhatikan sekitar.

“Oh engga mas, beliau emang CEO disini. Kalau boleh tau mas udah bikin janji sama beliau?” Tanya resepsionis itu lalu mengulum bibirnya sebab Hivi terlihat sangat menggemaskan sekarang.

“Engga sih, saya ngide aja kesini.”

“Loh gimana? atau mas ini keluarga nya?”

“Sini mbak saya bisikin aja.” Hivi menyuruh resepsionis itu mendekat lalu membisikan sesuatu. “Sebenernya saya ini suami nya mbak.” Bisik Hivi.

“HAHH?!” Teriak mbak itu sambil menutup mulutnya dengan tangan. “Yang bener mas?” Tanya resepsionis itu sambil berbisik.

“Ho'oh nih mbak liat sendiri foto nikahan saya sama pak tua.” Hivi memberikan handphone nya pada mbak mbak resepsionis, ia menunjukan foto diri nya sedang berciuman dengan Oscar di hari pernikahan nya.

“OMAIGAT LUCUU NYA.” Mbak mbak resepsionis itu bahkan sampai melompat-lompat kecil. “Oke boleh langsung ke ruangan aja ya, bentar dulu. PAK SINI PAK.” Resepsionis itu memanggil security. “Tolong anterin mas mas ini ke ruangan pak Oscar ya.”

“Silahkan mas.” Ucap resepsionis itu sambil membungkuk hormat. Lalu setelah nya Hivi pergi ke ruangan Oscar. “Buset ini perusahaan gede amat dah, kira-kira ruangan pak tua dimana nya.” Batin Hivi sambil memperhatikan sekitar.

“Sudah sampai, ini ruangan pak Oscar. Mari mas, saya pergi dulu.” Pamit security itu sambil membungkuk.

“Eh iya, makasih ya pak.”

Hivi membuka pintu itu tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia melihat Oscar yang sedang sibuk dengan berkas berkas di depan nya di temani dengan seorang perempuan yang ada di sebelah nya. Perempuan itu sibuk menggoda Oscar namun Oscar sama sekali tidak menghiraukam nya.

“Ekhem ekhem” Hivi berjalan mendekat ke arah Oscar.

“Eh kamu siapa, berani berani nya masuk ke ruangan pak Oscar tanpa mengetuk pintu.” Perempuan itu berdiri lalu menghampiri Hivi.

Hivi menatap tak suka pada perempuan itu, sedangkan Oscar hanya memperhatikan apa yang akan di lakukan suami kecil nya itu.

“Gini deh, gua tanya dulu lo itu siapa?” Tanya Hivi pada perempuan itu.

“Saya? ck saya Kyle sekertaris pak Oscar, kamu siapa?”

“Sekertaris apaan anjir, lonte ya? masa iya ada sekertaris yang kaya gitu ke bos nya, liat noh baju lo kurang bahan. Mana tete lo kebesaran lagi, gak engap lo baju nya kaya gitu haha.” Ujar Hivi yang membuat perempuan itu meremat baju nya sendiri dengan tatapan kesal. “Oiya lo nanya gua ini siapa? gua Hivi Shine suami nya Oscar.” Lanjut Hivi tepat di telinga Kyle.

“Hahaha ngaco kamu, mana mau pak Oscar sama bocah ingusan kaya kamu.” Kyle tertawa terbahak-bahak sembari memperhatikan Hivi dengan tatapan mengejek.

Hivi tersenyum simpul lalu manaruh makanan tadi di meja yang ada disana. Lalu berjalan mendekat ke arah Oscar, namun pergerakan Hivi tak luput dari pandangan Kyle. Dengan santai nya Hivi duduk di pangkuan Oscar sambil mengalungkan tangan nya pada leher suami nya.

“Sayangg masa dia gak percaya sih, aku kan suami kamu.” Ucap Hivi dengan nada mendayu, bahkan bibirnya sudah mengerucut lucu sekarang. “Kyle lebih baik kamu keluar sekarang, suami kecil saya sudah ada disini jadi kamu tidak perlu menemani saya lagi.” Tegas Oscar dengan tangan nya memeluk pinggang Hivi posesif.

“Kok dia gak mau pergi sih mas, aku gak mau liat dia disini.” Rengek Hivi lalu menyandarkan dirinya pada dada bidang suami nya. “Saya bilang keluar Kyle!” Bentak Oscar.

“Ck awas aja kamu.” Decak Kyle lalu melengos pergi dari sana.

“Kamu kenapa?” Tanya Oscar pada Hivi yang masih bersandar di dada nya.

Hivi turun dari pangkuan Oscar lalu mengambil makanan yang ia taruh di meja tadi dan berjalan lagi menghampiri Oscar.

“Gini ye pak tua, gua udah capek-capek masak MASA LO GAK MAU MAKAN ANJINGG? gua gak terima ya bangsat, makan sekarang juga.” Titah Hivi sambil memberikan makanan itu pada Oscar.

Oscar mengulum senyumnya. Hivi terlihat menggemaskan sekarang, bahkan pipi nya sempet memerah. “Saya sibuk, lebih baik kamu sendiri yang makan.” Jawab Oscar seadanya lalu kembali fokus pada berkas-berkas itu.

Hivi mendecak lalu masuk ke sela sela tangan Oscar dan duduk di pangkuan Oscar. Ia menghadap pada suami nya itu dengan mata yang berkaca. “Maapin gua, iya gua tau gua salah karena gua udah diemin lo sebulanan ini tapi lo jangan diemin gua dongg.” Hivi mengalungkan tangan nya pada leher Oscar.

“Kamu aja bisa kenapa saya engga?” Jawab Oscar santai, bahkan tangan Oscar sama sekali tidak menyentuh Hivi. “Ihh gaboleh anjing, gua gamau di diemin sama lo.” Akhir nya tangis Hivi pecah, dan itu cukup membuat Oscar panik sekaligus gemas dengan suami nya ini. “Kenapa gaboleh hm?”

“Ih lo mah gak tau gua udah bangun pagi-pagi demi nyiapin makanan itu buat lo eh lo nya malah sarapan sama cewek disini hiks” Isak nya sambil membenamkan muka nya pada dada Oscar. Oscar sedari tadi menahan tawa, namun ia tidak boleh tertawa takut Hivi malah semakin nangis.

Oscar melingkarkan tangannya pada pinggang si manis lalu mengecup kening Hivi. Pemuda itu mendongak, menatap Oscar dengan muka yang sudah memerah dan air mata yang masih bercucuran. Oscar tidak bisa menahan tawa lagi. “Hahaha jelek banget muka kamu.” Bohong, sebenarnya Oscar gemas dengan Hivi.

Oscar menghapus air mata Hivi dengan tangan nya sendiri lalu mencium kedua mata Hivi. “Udah jangan nangis, kita makan bareng ya, sayang?” Hivi mengangguk, ia sudah tidak menangis lagi namun masih terus terisak. “Maaf ya udah buat kamu nangis.” Oscar kembali memeluk Hivi lalu menumpukan dagu nya pada kepala Hivi sambil terus membisikan kata-kata maaf.

Beberapa menit kemudian isakan Hivi mulai berhenti. Oscar menperhatikan wajah Hivi dengan senyuman yang sudah tak bisa ia tahan lagi, Hivi nya sangat menggemaskan.

“Maaf, kedepannya saya janji lebih perhatiin kamu, kamu tau sendiri kan mereka cuma mainan saya? You are my wife, you are not comparable to them Hivi. You are the winner, even though I am still playing with that girl, you are still the winner.” Ucap Oscar sambil mengelus kedua pipi gembul Hivi.

“Aaaaaa jangan gitu anjing.” Bukannya menjawab perkataan Oscar tadi Hivi malah kembali menangis. “Eh kok nangis lagi.” Oscar mulai panik lalu mengelus-elus punggung Hivi agar kembali tenang.

“Gua gak bisa bahasa inggris bangsat, pake bahasa indonesia aja.” Ucap nya sambil memukul-mukul lengan Oscar.

“Ya Tuhan..” Batin Oscar.


Selepas Oscar pergi ke kantor nya Hivi sibuk memaki Oscar dengan segala macam makian untuk suaminya itu.

“PAK TUA ANJIING LO, bisa-bisa nya gua masak banyak gini buat lo tapi lo malah sarapan sama cewek! awas aja lo gua datengin kantor lo terus gua paksa lo makan ini. Enak aja gua capek-capek masak malah gak di makan.” Omel Hivi dengan tangan yang sibuk menata makanan tadi ke dalam tempat makan sebelum ia pergi ke kantor Oscar.

Hivi melajukan motor nya menuju kantor suaminya, untungnya hari ini sekolah libur jadi Hivi bisa lama disana. Membutuhkan waktu 20 menit di perjalanan akhirnya Hivi sampai di kantor Oscar.

Pemuda manis itu menghampiri resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan Oscar. “Misi mbak ruangan pak tua dimana ya? saya mau anterin makanan.” Tanya Hivi pada mbak mbak resepsionis itu dengan senyumam di wajah nya.

“Eh maaf, pak tua siapa ya?”

“Emmm Oscar, iya Oscar willonder. Dia CEO disini kan? gua gak salah perusahaan kan ini.” Jawab Hivi sambil memperhatikan sekitar.

“Oh engga mas, beliau emang CEO disini. Kalau boleh tau mas udah bikin janji sama beliau?” Tanya resepsionis itu lalu mengulum bibirnya sebab Hivi terlihat sangat menggemaskan sekarang.

“Engga sih, saya ngide aja kesini.”

“Loh gimana? atau mas ini keluarga nya?”

“Sini mbak saya bisikin aja.” Hivi menyuruh resepsionis itu mendekat lalu membisikan sesuatu. “Sebenernya saya ini suami nya mbak.” Bisik Hivi.

“HAHH?!” Teriak mbak itu sambil menutup mulutnya dengan tangan. “Yang bener mas?” Tanya resepsionis itu sambil berbisik.

“Ho'oh nih mbak liat sendiri foto nikahan saya sama pak tua.” Hivi memberikan handphone nya pada mbak mbak resepsionis, ia menunjukan foto diri nya sedang berciuman dengan Oscar di hari pernikahan nya.

“OMAIGAT LUCUU NYA.” Mbak mbak resepsionis itu bahkan sampai melompat-lompat kecil. “Oke boleh langsung ke ruangan aja ya, bentar dulu. PAK SINI PAK.” Resepsionis itu memanggil security. “Tolong anterin mas mas ini ke ruangan pak Oscar ya.”

“Silahkan mas.” Ucap resepsionis itu sambil membungkuk hormat. Lalu setelah nya Hivi pergi ke ruangan Oscar. “Buset ini perusahaan gede amat dah, kira-kira ruangan pak tua dimana nya.” Batin Hivi sambil memperhatikan sekitar.

“Sudah sampai, ini ruangan pak Oscar. Mari mas, saya pergi dulu.” Pamit security itu sambil membungkuk.

“Eh iya, makasih ya pak.”

Hivi membuka pintu itu tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia melihat Oscar yang sedang sibuk dengan berkas berkas di depan nya di temani dengan seorang perempuan yang ada di sebelah nya. Perempuan itu sibuk menggoda Oscar namun Oscar sama sekali tidak menghiraukam nya.

“Ekhem ekhem” Hivi berjalan mendekat ke arah Oscar.

“Eh kamu siapa, berani berani nya masuk ke ruangan pak Oscar tanpa mengetuk pintu.” Perempuan itu berdiri lalu menghampiri Hivi.

Hivi menatap tak suka pada perempuan itu, sedangkan Oscar hanya memperhatikan apa yang akan di lakukan suami kecil nya itu.

“Gini deh, gua tanya dulu lo itu siapa?” Tanya Hivi pada perempuan itu.

“Saya? ck saya Kyle sekertaris pak Oscar, kamu siapa?”

“Sekertaris apaan anjir, lonte ya? masa iya ada sekertaris yang kaya gitu ke bos nya, liat noh baju lo kurang bahan. Mana tete lo kebesaran lagi, gak engap lo baju nya kaya gitu haha.” Ujar Hivi yang membuat perempuan itu meremat baju nya sendiri dengan tatapan kesal. “Oiya lo nanya gua ini siapa? gua Hivi Shine suami nya Oscar.” Lanjut Hivi tepat di telinga Kyle.

“Hahaha ngaco kamu, mana mau pak Oscar sama bocah ingusan kaya kamu.” Kyle tertawa terbahak-bahak sembari memperhatikan Hivi dengan tatapan mengejek.

Hivi tersenyum simpul lalu manaruh makanan tadi di meja yang ada disana. Lalu berjalan mendekat ke arah Oscar, namun pergerakan Hivi tak luput dari pandangan Kyle. Dengan santai nya Hivi duduk di pangkuan Oscar sambil mengalungkan tangan nya pada leher suami nya.

“Sayangg masa dia gak percaya sih, aku kan suami kamu.” Ucap Hivi dengan nada mendayu, bahkan bibirnya sudah mengerucut lucu sekarang. “Kyle lebih baik kamu keluar sekarang, suami kecil saya sudah ada disini jadi kamu tidak perlu menemani saya lagi.” Tegas Oscar dengan tangan nya memeluk pinggang Hivi posesif.

“Kok dia gak mau pergi sih mas, aku gak mau liat dia disini.” Rengek Hivi lalu menyandarkan dirinya pada dada bidang suami nya. “Saya bilang keluar Kyle!” Bentak Oscar.

“Ck awas aja kamu.” Decak Kyle lalu melengos pergi dari sana.

“Kamu kenapa?” Tanya Oscar pada Hivi yang masih bersandar di dada nya.

Hivi turun dari pangkuan Oscar lalu mengambil makanan yang ia taruh di meja tadi dan berjalan lagi menghampiri Oscar.

“Gini ye pak tua, gua udah capek-capek masak MASA LO GAK MAU MAKAN ANJINGG? gua gak terima ya bangsat, makan sekarang juga.” Titah Hivi sambil memberikan makanan itu pada Oscar.

Oscar mengulum senyumnya. Hivi terlihat menggemaskan sekarang, bahkan pipi nya sempet memerah. “Saya sibuk, lebih baik kamu sendiri yang makan.” Jawab Oscar seadanya lalu kembali fokus pada berkas-berkas itu.

Hivi mendecak lalu masuk ke sela sela tangan Oscar dan duduk di pangkuan Oscar. Ia menghadap pada suami nya itu dengan mata yang berkaca. “Maapin gua, iya gua tau gua salah karena gua udah diemin lo sebulanan ini tapi lo jangan diemin gua dongg.” Hivi mengalungkan tangan nya pada leher Oscar.

“Kamu aja bisa kenapa saya engga?” Jawab Oscar santai, bahkan tangan Oscar sama sekali tidak menyentuh Hivi. “Ihh gaboleb anjing, gua gamau di diemin sama lo.” Akhir nya tangis Hivi pecah, dan itu cukup membuat Oscar panik sekaligus gemas dengan suami nya ini. “Kenapa gaboleh hm?”

“Ih lo mah gak tau gua udah bangun pagi-pagi demi nyiapin makanan itu buat lo eh lo nya malah sarapan sama cewek disini hiks” Isak nya sambil membenamkan muka nya pada dada Oscar. Oscar sedari tadi menahan tawa, namun ia tidak boleh tertawa takut Hivi malah semakin nangis.

Oscar melingkarkan tangannya pada pinggang si manis lalu mengecup kening Hivi. Pemuda itu mendongak, menatap Oscar dengan muka yang sudah memerah dan air mata yang masih bercucuran. Oscar tidak bisa menahan tawa lagi. “Hahaha jelek banget muka kamu.” Bohong, sebenarnya Oscar gemas dengan Hivi.

Oscar menghapus air mata Hivi dengan tangan nya sendiri lalu mencium kedua mata Hivi. “Udah jangan nangis, kita makan bareng ya, sayang?” Hivi mengangguk, ia sudah tidak menangis lagi namun masih terus terisak. “Maaf ya udah buat kamu nangis.” Oscar kembali memeluk Hivi lalu menumpukan dagu nya pada kepala Hivi sambil terus membisikan kata-kata maaf.

Beberapa menit kemudian isakan Hivi mulai berhenti. Oscar menperhatikan wajah Hivi dengan senyuman yang sudah tak bisa ia tahan lagi, Hivi nya sangat menggemaskan.

“Maaf, kedepannya saya janji lebih perhatiin kamu, kamu tau sendiri kan mereka cuma mainan saya? You are my wife, you are not comparable to them Hivi. You are the winner, even though I am still playing with that girl, you are still the winner.” Ucap Oscar sambil mengelus kedua pipi gembul Hivi.

“Aaaaaa jangan gitu anjing.” Bukannya menjawab perkataan Oscar tadi Hivi malah kembali menangis. “Eh kok nangis lagi.” Oscar mulai panik lalu mengelus-elus punggung Hivi agar kembali tenang.

“Gua gak bisa bahasa inggris bangsat, pake bahasa indonesia aja.” Ucap nya sambil memukul-mukul lengan Oscar.

“Ya Tuhan..” Batin Oscar.


Selepas Oscar pergi ke kantor nya Hivi sibuk memaki Oscar dengan segala macam makian untuk suaminya itu.

“PAK TUA ANJIING LO, bisa-bisa nya gua masak banyak gini buat lo tapi lo malah sarapan sama cewek! awas aja lo gua datengin kantor lo terus gua paksa lo makan ini. Enak aja gua capek-capek masak malah gak di makan.” Omel Hivi dengan tangan yang sibuk menata makanan tadi ke dalam tempat makan sebelum ia pergi ke kantor Oscar.

Hivi melajukan motor nya menuju kantor suaminya, untungnya hari ini sekolah libur jadi Hivi bisa lama disana. Membutuhkan waktu 20 menit di perjalanan akhirnya Hivi sampai di kantor Oscar.

Pemuda manis itu menghampiri resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan Oscar. “Misi mbak ruangan pak tua dimana ya? saya mau anterin makanan.” Tanya Hivi pada mbak mbak resepsionis itu dengan senyumam di wajah nya.

“Eh maaf, pak tua siapa ya?”

“Emmm Oscar, iya Oscar willonder. Dia CEO disini kan? gua gak salah perusahaan kan ini.” Jawab Hivi sambil memperhatikan sekitar.

“Oh engga mas, beliau emang CEO disini. Kalau boleh tau mas udah bikin janji sama beliau?” Tanya resepsionis itu lalu mengulum bibirnya sebab Hivi terlihat sangat menggemaskan sekarang.

“Engga sih, saya ngide aja kesini.”

“Loh gimana? atau mas ini keluarga nya?”

“Sini mbak saya bisikin aja.” Hivi menyuruh resepsionis itu mendekat lalu membisikan sesuatu. “Sebenernya saya ini suami nya mbak.” Bisik Hivi.

“HAHH?!” Teriak mbak itu sambil menutup mulutnya dengan tangan. “Yang bener mas?” Tanya resepsionis itu sambil berbisik.

“Ho'oh nih mbak liat sendiri foto nikahan saya sama pak tua.” Hivi memberikan handphone nya pada mbak mbak resepsionis, ia menunjukan foto diri nya sedang berciuman dengan Oscar di hari pernikahan nya.

“OMAIGAT LUCUU NYA.” Mbak mbak resepsionis itu bahkan sampai melompat-lompat kecil. “Oke boleh langsung ke ruangan aja ya, bentar dulu. PAK SINI PAK.” Resepsionis itu memanggil security. “Tolong anterin mas mas ini ke ruangan pak Oscar ya.”

“Silahkan mas.” Ucap resepsionis itu sambil membungkuk hormat. Lalu setelah nya Hivi pergi ke ruangan Oscar. “Buset ini perusahaan gede amat dah, kira-kira ruangan pak tua dimana nya.” Batin Hivi sambil memperhatikan sekitar.

“Sudah sampai, ini ruangan pak Oscar. Mari mas, saya pergi dulu.” Pamit security itu sambil membungkuk.

“Eh iya, makasih ya pak.”

Hivi membuka pintu itu tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia melihat Oscar yang sedang sibuk dengan berkas berkas di depan nya di temani dengan seorang perempuan yang ada di sebelah nya. Perempuan itu sibuk menggoda Oscar namun Oscar sama sekali tidak menghiraukam nya.

“Ekhem ekhem” Hivi berjalan mendekat ke arah Oscar.

“Eh kamu siapa, berani berani nya masuk ke ruangan pak Oscar tanpa mengetuk pintu.” Perempuan itu berdiri lalu menghampiri Hivi.

Hivi menatap tak suka pada perempuan itu, sedangkan Oscar hanya memperhatikan apa yang akan di lakukan suami kecil nya itu.

“Gini deh, gua tanya dulu lo itu siapa?” Tanya Hivi pada perempuan itu.

“Saya? ck saya Kyle sekertaris pak Oscar, kamu siapa?”

“Sekertaris apaan anjir, lonte ya? masa iya ada sekertaris yang kaya gitu ke bos nya, liat noh baju lo kurang bahan. Mana tete lo kebesaran lagi, gak engap lo baju nya kaya gitu haha.” Ujar Hivi yang membuat perempuan itu meremat baju nya sendiri dengan tatapan kesal. “Oiya lo nanya gua ini siapa? gua Hivi Shine suami nya Oscar.” Lanjut Hivi tepat di telinga Kyle.

“Hahaha ngaco kamu, mana mau pak Oscar sama bocah ingusan kaya kamu.” Kyle tertawa terbahak-bahak sembari memperhatikan Hivi dengan tatapan mengejek.

Hivi tersenyum simpul lalu manaruh makanan tadi di meja yang ada disana. Lalu berjalan mendekat ke arah Oscar, namun pergerakan Hivi tak luput dari pandangan Kyle. Dengan santai nya Hivi duduk di pangkuan Oscar sambil mengalungkan tangan nya pada leher suami nya.

“Sayangg masa dia gak percaya sih, aku kan suami kamu.” Ucap Hivi dengan nada mendayu, bahkan bibirnya sudah mengerucut lucu sekarang. “Kyle lebih baik kamu keluar sekarang, suami kecil saya sudah ada disini jadi kamu tidak perlu menemani saya lagi.” Tegas Oscar dengan tangan nya memeluk pinggang Hivi posesif.

“Kok dia gak mau pergi sih mas, aku gak mau liat dia disini.” Rengek Hivi lalu menyandarkan dirinya pada dada bidang suami nya. “Saya bilang keluar Kyle!” Bentak Oscar.

“Ck awas aja kamu.” Decak Kyle lalu melengos pergi dari sana.

“Kamu kenapa?” Tanya Oscar pada Hivi yang masih bersandar di dada nya.

Hivi turun dari pangkuan Oscar lalu mengambil makanan yang ia taruh di meja tadi dan berjalan lagi menghampiri Oscar.

“Gini ye pak tua, gua udah capek-capek masak MASA LO GAK MAU MAKAN ANJINGG? gua gak terima ya bangsat, makan sekarang juga.” Titah Hivi sambil memberikan makanan itu pada Oscar.

Oscar mengulum senyumnya. Hivi terlihat menggemaskan sekarang, bahkan pipi nya sempet memerah. “Saya sibuk, lebih baik kamu sendiri yang makan.” Jawab Oscar seadanya lalu kembali fokus pada berkas-berkas itu.

Hivi mendecak lalu masuk ke sela sela tangan Oscar dan duduk di pangkuan Oscar. Ia menghadap pada suami nya itu dengan mata yang berkaca. “Maapin gua, iya gua tau gua salah karena gua udah diemin lo sebulanan ini tapi lo jangan diemin gua dongg.” Hivi mengalungkan tangan nya pada leher Oscar.

“Kamu aja bisa kenapa saya engga?” Jawab Oscar santai, bahkan tangan Oscar sama sekali tidak menyentuh Hivi. “Ihh gaboleb anjing, gua gamau di diemin sama lo.” Akhir nya tangis Hivi pecah, dan itu cukup membuat Oscar panik sekaligus gemas dengan suami nya ini. “Kenapa gaboleh hm?”

“Ih lo mah gak tau gua udah bangun pagi-pagi demi nyiapin makanan itu buat lo eh lo nya malah sarapan sama cewek disini hiks” Isak nya sambil membenamkan muka nya pada dada Oscar. Oscar sedari tadi menahan tawa, namun ia tidak boleh tertawa takut Hivi malah semakin nangis.

Oscar melingkarkan tangannya pada pinggang si manis lalu mengecup kening Hivi. Pemuda itu mendongak, menatap Oscar dengan muka yang sudah memerah dan air mata yang masih bercucuran. Oscar tidak bisa menahan tawa lagi. “Hahaha jelek banget muka kamu.” Bohong, sebenarnya Oscar gemas dengan Hivi.

Oscar menghapus air mata Hivi dengan tangan nya sendiri lalu mencium kedua mata Hivi. “Udah jangan nangis, kita makan bareng ya, sayang?” Hivi mengangguk, ia sudah tidak menangis lagi namun masih terus terisak. “Maaf ya udah buat kamu nangis.” Oscar kembali memeluk Hivi lalu menumpukan dagu nya pada kepala Hivi sambil terus membisikan kata-kata maaf.

Beberapa menit kemudian isakan Hivi mulai berhenti. Oscar menperhatikan wajah Hivi dengan senyuman yang sudah tak bisa ia tahan lagi, Hivi nya sangat menggemaskan.

“Maaf, kedepannya saya janji lebih perhatiin kamu, kamu tau sendiri kan mereka cuma mainan saya? You are my wife, you are not comparable to them Hivi. You are the winner, even though I am still playing with that girl, you are still the winner.” Ucap Oscar sambil mengelus kedua pipi gembul Hivi.

“Aaaaaa jangan gitu anjing.” Bukannya menjawab perkataan Oscar tadi Hivi malah kembali menangis. “Eh kok nangis lagi.” Oscar mulai panik lalu mengelus-elus punggung Hivi agar kembali tenang.

“Gua gak bisa bahasa inggris bangsat, pake bahasa indonesia aja.” Lirik Hivi.

“Ya Tuhan..” Batin Oscar.